Makna Representamen, Object, dan Interpretant
menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang masih memelihara nilai-nilai kebudayaan. Seperti yang ditujukkan juga pada kolom indeks sang kakek bermain
wayang karena ingin memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada cucunya. Untuk simbol tercantum bahwa wayang memberikan nasihat. Dalam setiap pertunjukan,
wayang selalu memberikan nasihat positif melalui para tokohnya. Kakek berharap Joko akan mengikuti nasihat yang diberikan yakni selalu ingat kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Sedangkan objeknya adalah wayang. Wayang terlihat dimainkan oleh
kakek dan cucunya. Wayang merupakan pertunjukan kesenian Indonesia yang berkembang pesat di Jawa dan Bali. Dalam dialog dikatakan wayang tersebut
merupakan adalah Pandawa Lima, tokoh Semar dan Raden Janoko. Pandawa Lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira,
Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Semar adalah salah satu tokoh wayang yang sangat sakti karena ketinggian ilmunya. Dia memiliki tubuh bulat seperti bumi
yang dapat diartikan ia memiliki pribadi yang rendah hati, bulat sempurna dan punya sifat bumi. Raden Janoko adalah nama lain dari Arjuna yang memiliki sifat
cerdik, pandai, lemah lembut budinya, berani, dan suka melindungi yang lemah. Dan kakek Joko beharap sekali Joko kelak akan memiliki sifat-sifat terpuji yang
dimiliki tokoh itu. Penulis menginterpretasikan gambaran ini adalah gambaran orang priyayi.
Priyayi menganggap bahwa wayang adalah salah satu perwujudan kesenian yang alus.dan kesenian itu mengekspresikan nilai- nilai priyayi.
Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang dapat kita ambil yaitu:
1. Melestarikan budaya Indonesia. Ini termasuk pesan moral kategori manusia dengan manusia lain dan lingkungannya.
2. Harus selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa untuk membantu sesama. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia
dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan dalamQS. Al Baqarah ayat 152 berikut:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu”
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar di atas adalah teknik medium close up. Dimana terlihat tubuh manusia
kakek dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke
dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara kakek dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian
film.
Tabel 4.2 Scene 2: Tarti Mengajak Joko Pergi Bersama
Visual Verbal
Tatri:“Eh Joko, mau kemana? Mau ke langgar ya?”
Joko: “Iya mba, mau ngaji.” Tatri: “Barengan aku aja, aku mau
ke gereja.” Joko: “Yo wis.”
Joko pun
dibonceng Tatri
menggunakan sepeda Joko: “Makasih ya mba.”
Tatri: “Sama-sama de.”
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon -
Gambar 1, seorang anak perempuan
menggunakan baju rok, kalung rosario, dan rambut dijepit rapi sambil menuntun sepeda
Tarti. Ada
seorang anak
laki-laki menggunakan baju koko dan peci sambil
membawa buku Joko. Latar tempat gambar menunjukkan sebuah perkampungan dimana
terdapat rumah penduduk dan aktivitas warga terlihat.
- Gambar 2, Tarti membonceng Joko dengan
sepeda. Latar tempat menunjukkan jalan perkampungan depan langgar dimana terlihat
anak sedang berwudhu dan seorang bapak berjalan menggunakan baju koko dan peci
menuju tempat itu.
Indeks Pada gambar di atas Joko menggunakan baju koko
dan peci itu menunjukkan dia beragama Islam. Sedangkan Tarti dengan menggunakan kalung
Rosario menunjukkan dia beragama Katolik.
Simbol Islam dan Kristen
2 Objek Y
Gereja dan langgar 3
Interpretan X=Y Menunjukkan orang yang agamis dan perbedaan
agama antara keduanya. Berdasarkan analisis penulis, gambar ini merepresentasikan seorang anak
perempuan dengan menggunakan kalung rosario dan seorang anak laki-laki dengan menggunakan baju koko dan peci. Keduanya menunjukkan identitas
dirinya masing-masing. Gambar tersebut menunjukkan identitas dari kedua anak tersebut. Tarti
beragama Katolik dan Joko beragama Islam. Hal itu terlihat dari atribut yang mereka gunakan. Tarti menggunakan kalung rosario yang banyak dikenal bagi
para umat Katolik, yang biasanya dipakai dalam doa yang dipanjatkan sebagai devosi kepada Bunda Maria. Sedangkan baju koko dan peci sangat identik dengan
busana muslim yang lazim digunakanan oleh pria muslim di Indonesia. Diperkuat dengan data verbal sebagai objek yang menunjukkan Tarti akan pergi ke gereja
yang merupakan tempat ibadah umat Katolik dan Joko akan ke langgar yang merupakan tempat ibadah umat Islam. Kita tahu di Indonesia agama mayoritas
adalah Islam dan Katolik sebagai minoritas. Tetapi inkulturasi budaya Jawa dan Katolik sudah terjadi sejak abad ke 19.
Penulis mengintrepetasikan bahwa dalam gambar tersebut menunjukkan orang yang agamis. Terlihat dari atribut yang keduanya. Dan tempat yang akan
dituju keduanya, yakni Tarti akan ke gereja dan Joko akan ke langgar untuk beribadah. Dan perbedaan agama diantara keduanya justru menunjukkan
kerukunan yang sangat besar. Tarti mengajak Joko untuk berangkat bersama. Dan ia mengantar Joko terlebih dahulu ke langgar kemudian dia baru ke gereja.
Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang diberikan, yaitu:
1. Memperlihatkan identitas diri kita sebagai seorang yang beragama. Ini termasuk pesan moral kategori manusia dengan dirinya sendiri.
2. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Saling menghormati dan berbuat baik tanpa harus membeda-bedakan. Ini termasuk pesan moral
kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Hujurat ayat 13 dan QS. Al Kafirun
ayat 6 berikut:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.” Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar yang digunakan pada
gambar di atas adalah teknik long shot. Tubuh fisik manusia Tarti dan Joko telah tampak jelas namun latar belakang perkampungan masih dominan. Dan jenis
suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan
antara Tarti dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame
atau berada dalam ruang kejadian film. Tabel 4.3
Scene 3: Anto Memberi Joko Uang Visual
Verbal
Anto: “Ini.” menyodorkan uang Joko: “Apa itu?”
Anto: “Jangan bilang ke Pak Ustadz kalau kami kabur.”
Joko: “Maaf kalau seperti ini aku ndak bisa terima.”
Joko dan Toto pun pergi meninggalkan Anto, Ruli, dan Jupri.
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon
- Gambar 1, Seorang anak laki-laki menggunakan
kain sarung menyodorkan uang logam Anto. Dan orang anak laki-laki menggunakan peci dan
baju koko Joko dan seorang anak laki-laki dengan sarung di pundak Toto.
- Gambar 2, Joko dan Toto pergi meninggalkan
Anto dan kedua temannya Rulli dan Jupri. Latar tempat kedua gambar di atas menunjukkan di
jalan pinggir sungai. Indeks
Anto memberikan Joko uang agar Joko tidak melapor ke Pak Ustadz bahwa Anto kabur dari
pengajian. Simbol
Alat tukar atau pembayaran 2
Objek Y Uang logam
3 Interpretan X=Y
Suap menyuap di kalangan anak-anak
Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan data visual dan verbal di atas adalah seorang anak laki-laki menggunakan kain sarung yang
menyodorkan uang Anto kepada seorang anak laki-laki menggunakan peci dan baju koko Joko. Mereka terlihat hendak pulang sehabis mengaji di langgar.Anto
menyodorkan uang tersebut dengan syarat Anto tidak melapor ke Pak Ustadz. Akan tetapi Joko menolak menerima uang tersebut dengan baik.Ini menunjukkan
sikap keras Anto yang memaksa Joko menerimanya karena dia takut. Dan sikap jujur Joko yang menolak yang bukan menjadi haknya.
Sedangkan objek pada gambar tersebut uang logam. Kita tahu uang adalah alat tukar yang dapat diterima secara umum. Dan berguna sebagai pembayaran
barang atau jasa. Uang berbentuk kertas dan logam. Uang logam biasa disebut sebagai uang receh atau uang kecil yang umumnya dipakai jajan untuk anak-anak.
Uang logam yang Anto beri adalah uang Rp 100,-. Ini dilihat pada tahun kejadian dalam gambar yakni 1973.
Sehingga penulis menginterpretasikan gambar ini adalah suap menyuap yang terjadi di kalangan anak-anak. Anto menyuap Joko dengan uang dengan
syarat Joko tidak melapor ke Pak Ustadz kalau mereka kabur dari pengajian. Joko menolak uang tersebut. Ini menunjukkan budaya suap menyuap sudah lama
terjadi. Pada zaman penjajahan pun sudah ada dan lebih dikenal dengan upeti. Kejadian pada gambar terjadi pada tahun 1973 yakni masa orde baru. Dimana
momentum akbar tumbuh suburnya korupsi bermula pada masa tersebut. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan
moral yang diberikan, yaitu:
1. Jangan pernah melakukan suap. Dan jangan menerima suap. Karena suap hukumnya haram. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia
dengan dirinya sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 188 berikut:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu
membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat
dosa, padahal kamu mengetahui.”
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium close up. Ini memperlihatkan tubuh manusia Joko
dari dada ke atas. Sosok manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Dan pada gambar kedua menggunakan teknik long shot. Ini
memperlihatan tubuh manusia Joko, Anto, Toto, Jupri, dan Rulli tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas
termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Anto dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam
ruang kejadian film.
Tabel 4.4 Scene 4: Ibu Guru Mengumumkan Nilai Ulangan
Visual Verbal
Ibu Guru:“Joko Widodo.” “Ibu heran, kamu ini nilainya selalu
bagus. Dari kelas satu nilainya selalu seratus.”
Joko: diam Murid-murid: bertepuk tangan
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon -
Gambar 1, seorang Ibu guru memakai kebaya
warna hijau dan bawahan kain dengan rambut disanggul. Ada seorang anak laki-laki memakai
seragam sekolah putih-putih berdiri di depan Ibu guru yaitu Joko. Ibu guru memperlihatkan
kertas kepada Joko.
- Gambar 2, anak laki-laki gemuk dengan muka
terkena tepung dan seorang anak perempuan sedang bertepuk tangan. Kedua latar tempat ini
adalah di dalam ruang kelas. Indeks
Ibu Guru memuji nilai Joko karena dari kelas satu nilainya selalu bagus selalu seratus.
Simbol Prestasi cemerlang
2 Objek Y
Nilai ulangan Joko 3
Interpretan X=Y Representasi anak berprestasi di sekolah
Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan seorang ibu guru dengan baju kebaya dan di sanggul menunjukkan ia adalah seorang wanita
yang berasal dari desa, sederhana, dan masih menjaga warisan budaya. Dan anak
laki-laki Joko mengenakan seragam putih-putih adalah seragam tingkat Sekolah Dasar. Kertas yang dipegang Ibu guru adalah kertas nilai ulangan murid-murid.
Objek yang ditunjukkan adalah nilai ulangan Joko. Nilai ulangan Joko selalu bagus dari kelas satu selalu seratus. Ini menunjukkan bahwa Joko anak
yang rajin. Sesuai pepatah rajin pangkal pandai. Selain rajin ia juga ulet. Karena tidak mudah mempertahankan nilai itu dari kelas satu hingga saat itu. Apalagi
Joko berasal dari keluarga miskin. Tapi dia memiliki semangat belajar yang tinggi. Hingga mencapai prestasi cemerlang di sekolahnya.
Penulis menginterpretasikan scene ini yakni Joko siswa berprestasi di sekolah. Kemampuannya dalam pencapaian berpikirnya cukup tinggi. Penilaian
yang dicapai Joko dalam kegiatan belajar terbilang amat baik dengan nilai yang selalu seratus. Dapat diartikan Joko sudah mencapai keberhasilan dalam belajar.
Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang diberikan, yaitu:
1. Untuk mencapai prestasi dan kesuksesan diperlukan sifat rajin dan ulet yang berasal dari diri sendiri. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia
dengan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ar Rad ayat 11 dan QS. Al Mujadilah ayah 11 berikut:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium long shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia Joko
dan Ibu Guru dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. Dan pada gambar kedua menggunakan teknik
medium shot. Ini memperlihatan tubuh manusia siswa siswi dari pinggang ke atas. Gestur dan ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan
dalam frame. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis monolog. Pembicaraan hanya dilakukan oleh ibu guru yang lain hanya diam dan
bertepuk tangan yang terlihat dalam frame.
Tabel 4.5 Scene 5: Bapak dan Joko sedang Memancing di Sungai
Bapak: “Kamu lihat orang-orang yang disana itu le.”
Joko: memandang ke depan Bapak: “Lahir dan menghabiskan
hidupnya di bantaran kali. Ndak sekolah. Kita juga akan seperti itu.
Tinggal nunggu nasib. Tapi kalau kita mau belajar dan berikhtiar, kita
bisa loh memperbaiki hidup kita. Lahir sebagai orang miskin itu ndak
salah. Tapi mati sebagai orang miskin itu salah. Tandanya kita ndak
berusaha. Padahal Allah kasih kemampuan untuk berusaha.”
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon -
Gambar 1, Terdapat gambar seorang bapak dan
anaknya. Itu adalah Joko dan bapaknya sedang memancing disebuah batu menggunakan kaos dan
celana. Dipinggir sungai terdapat ibu-ibu mencuci baju dan anak-anak berenang menggunakan ban.
Berlatar tempat di sungai. Terdapat rumah dan pepohonan di pinggir sungai dan jemuran berisi
kain.
- Gambar 2, Joko dan Bapak duduk di sebuah batu.
Indeks Bapak
dan Joko
sedang memancing
dan membicarakan
orang-orang pinggiran
sungai karena bapak tidak ingin memiliki kehidupan
seperti itu. Simbol
Berusaha merubah nasib 2
Objek Y Orang-orang pinggiran sungai.
3 Interpretan X=Y
Representasi masyarakat bantaran sungai yang miskin
Berdasarkan analisis penulis scene di atas merepresentasikan seorang Bapak dan anaknya Pak Notomiharjo dan Joko sedang memancing disebuah
batu menggunakan kaos dan celana. Mereka memperhatikan dan membicarakan orang-orang yang mereka lihat dipinggir sungai.
Objek pada scene di atas adalah orang-orang di pinggir sungai dimana kehidupan mereka sebagian besar dilakukan di sungai. Mulai dai bermain,
mencuci, mandi, dan sebagainya. Tidak sekolah dan belajar.Ini merupakan ciri orang-orang tertinggal. Memang di masa itu orang-orang desa masih banyak yang
mengikuti nasib tidak ada keinginan untuk maju. Penulis menginterpretasikan scene ini adalah masyarakat bantaran sungai
yang miskin. Mereka menghabiskan hidupnya di bantaran sungai. Dengan aktivitas yang mereka lakukan menunjukkan tingkat ekonomi dan pendidikan
mereka yang rendah. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan
moral yang diberikan, yaitu: 1. Selalu bersyukur dengan kehidupan kita yang lebih baik daripada orang lain.
Ini termasuk pesan moral kategori manusia dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 152 berikut:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu”
2. Berusaha dengan kemampuan yang kita miliki untuk dapat memperbaiki hidup kita menjadi lebih baik lagi. Bahwa Allah memberikan kemampuan
kepada kita agar kita berusaha mecapai kemajuan. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan
dalam QS. Al Najm ayat 39 dan QS. Ar Rad ayat 11 berikut:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik long shot. Memperlihatkan tubuh fisik manusia Joko dan
Bapak telah tampak jelas. Namun latar belakang masih dominan. Gambar kedua medium long shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia Joko dan Bapak dari
bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog.
Terdapat pembicaraan antara Bapak dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
Tabel 4.6 Scene 6: Joko Akan Berangkat Sekolah
Visual Verbal
Bapak: “Kamu kenapa? Daritadi kok merengut terus. Apa masih
tentang sekolahmu itu?” Ibu: “Mbok ya dicoba dulu toh le..
Lama-lama kan pasti seneng. Cari temen baru biar betah.”
Joko: “Aku pengen sekolah di SMA 1, sekolah favorit, bagus. Lah iki
opo? Sekolah baru, ndak mutu.” Bapak: “Jok, bapak punya cerita
soal baju. Yang bikin baju itu bagus apa toh?”
Joko: “Kok bapak malah ngomongin baju toh pak. Kalo baju bagus ya
bagus. Kalo baju jelek ya jelek.” Bapak: “Coba sekarang bapak tanya
lagi. Kalo baju bagus dipake orang jelek?”
Joko: “ Ya jelek.” Bapak: “Kamu lupa le.. Yang bikin
baju itu bagus atau jelek tergantung dari yang make. Kalo baju itu butut
atau jelek dipakai oleh orang kelihatan baik, makenya juga baik,
apa gak kelihatan bagus? Yang penting nyaman, anget, rapi.”
Bapak: minum kopi “Ada masalah apa dengan sekolahmu yang jelek
itu?” Joko: diam dan tampak berpikir
Bapak: “Kalo kamu belajar dengan tekun dan menimba ilmu sebanyak-
banyaknya, biarpun sekolahmu jelek kamu tetep jadi orang pintar.”
Joko: diam dan tersenyum
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon -
Gambar
1, Seorang
wanita dewasa
mengggunakan kebaya dan lelaki dewasa menggunakan baju Jawa dan penutup kepala
batik sedang duduk bersebelahan di kursi. Dia adalah Sujiatmi ibunda Joko dan Notomiharjo
bapaknya Joko. Didepannya terdapat piring berisi makanan dan secangkir kopi diatas meja.
Nampak ada lemari kaca dibelakang mereka.
- Gambar 2, Pak Notomiharjo nampak memegang
bajunya dibagian pundak.
- Gambar 3, Joko menggunakan seragam SMA
dibelakangnya terdapat lemari kaca. Dari ketiga gambar menunjukkan latar tempat adalah ruang
keluarga. Indeks
Joko murung dan tidak bersemangat karena sekolah
barunya tidak
sesuai dengan
keinginannya. Simbol
Penilaian seseorang 2
Objek Y Sekolah baru Joko yang tidak bermutu
3 Interpretan X=Y
Representasi sikap anak yang tidak setuju dengan pilihan orang tuanya
Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan gambar seorang anak laki-laki Joko, seorang ibu dan bapak Sujiatmi dan Notomiharjo
sedang duduk di ruang keluarga. Terlihat Joko akan berangkat sekolah dengan muka murung. Ini menunjukkan rasa kecewa, protes, dan sedih yang terjadi pada
Joko. Objek pada scene di atas adalah sekolah baru Joko yang menurutnya tidak
bermutu. Memang pada tahun itu tidak mulai banyak sekolah baru yang bermunculan. Dan belum diketahui kualitasnya.Joko ingin sekolah di sekolah
favorit. Namun orang tuanya hanya mampu menyekolahkan Joko di sekolah baru itu.
Penulis dapat menginterpretasikan pada scene ini adalah representasi sikap anak yang tidak setuju dengan pilihan orang tuanya. Joko mencoba memberikan
pendapatnya kepada kedua orang tuanya dengan sikap murung. Namun pada
akhirnya dengan musyawarah dan memberikan nasihat kepada Joko. Akhirnya Joko pun mengerti.
Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang diberikan, yaitu rasa bersyukur dengan yang kita dapat dan baik
buruknya sesuatu untuk kita itu sudah ditentukan Allah SWT kita hanya dapat berusaha. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan
dan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 216 berikut:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi [pula] kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.”
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium shot. Ini memperlihatan tubuh manusia Ibu dan
Bapak dari pinggang ke atas. Gestur dan ekspresi wajah mulai tampak. Pada gambar kedua dan ketiga menggunakan teknik medium close up. Ini
memperlihatkan tubuh manusia Bapak dan Joko dari dada ke atas. Sosok manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Sosok
manusia mulai dominan dalam frame. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Ibu, Bapak, dan
Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
Tabel 4.7 Scene 7: Joko Sedang Membeli Kaset Musik Rock
Visual Verbal
Joko: “Mas e…” Pedagang: “Wah ada pelanggan
dateng. Nih ada yang baru Queen, Rolling Stone, Jimmy Hendrik.”
sambil memberikan kaset Joko: “Les Caplin baru ono ora?”
Pedagang: “Wah ora ene. Wes ta catetin wae besok ta goleke.”
Joko: “Yow wis.” Pedagang: “Ni ada yang baru nih.
meyodorkan kaset. Ni borong semua bisa korting.”
Joko: “Ya sudah yang ini wae.” mengeluarkan uang
Pedagang: “Baru dapet duit dari bapak ya?”
Joko: “Ya ndak, iki uang jajang ta kumpulke buat ini.”
Pedagang: “Itu baru perjuangan roker sejati.”
Joko: “Iso wae.” Tiba-tiba datang seorang pengemis.
Pengemis: “Matur nyuwun mas..” Joko: “Sakedap mas. iki mbah.”
memberikan uang Pengemis: “Matur sembah nuwun
mas..mugi-mugi mas sekolah saget lancar, dan juga lekas pinter, sing
maju ya mas.” dan kemudian pergi Joko: “Njih. Makasih ya mbah.”
Pedagang: “Iki mau yang mana? opo wae?”
Joko: “Aku ambil Rolling Stonenya aja.”
Pedagang: “Gak jadi beli semua?” Joko: “Nanti ta kumpulke lagi
uangnya. Ini apa ini? Sakalian ini.” memberikan uang
Pedagang: “Matur
nuwun.” memberikan plastik berisi kaset
Pedagang: “Laris..laris..laris.”
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon -
Gambar 1, gambar seorang pria menggunakan
baju seragam sekolah dan membawa tas dipundaknya Joko. Dan seorang lelaki berambut
ikal dengan menggunakan kemeja. Dia adalah pedagang kaset yang memegang kertas dan
pulpen. Di depan joko terdapat lapak berisi kaset- kaset lagu.
- Gambar 2, Hampir sama dengan gambar 1. Hanya
saja terdapat pengemis seorang nenek. Latar tempat kedua gambar menunjukkan di sebuah
jalan yang berisi bermacam-macam pedagang. Indeks
Joko tidak jadi membeli semua kaset pilihannya karena sebagian uangnya dia berikan kepada
pengemis. Simbol
Sedekah 2
Objek Y Pengemis tua
3 Interpretan X=Y
Memberi uang kepada orang miskin dan lemah. Berdasarkan analisis penulis scene di atas merepresentasikan gambar
seorang siswa SMA Joko, tukang kaset, dan pengemis tua. Joko sedang memilih kaset yang akan dibeli, tiba-tiba datang seorang pengemis. Kemudian Joko
langsung memberikan sebagian uangnya untuk pengemis itu. Ini menunjukkan sikap suka memberi yang dimiliki Joko.
Objek pada scene di atas adalah pengemis tua. Pada tahun tersebut memang banyak sekali nenek tua yang menjadi pengemis itu dikaarenakan dia
sudah tua dan tidak mampu bekerja lagi. Tidak seperti zaman sekarang banyak anak kecil atau kaum muda menjadi pengemis.
Penulis menginterpretasikan scene ini adalah memberi uang kepada orang miskin dan lemah.Ini penggambaran dari pengemis tua. Joko lebih mementingkan
orang lain daripada diri sendiri. Dia rela memberikan sebagian uangnya dan tidak jadi membeli semua kaset pilihannya melainkan hanya sebagian saja.
Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral untuk selalu bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Ini termasuk
pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 245 berikut:
”Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan melipat
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezki dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.”
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia Joko,
tukang kaset, dan pengemis dari pinggang sampai ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Dan jenis suara
pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Joko, tukang kaset, dan pengemis dimana sumber suara atau pembicaraan muncul
dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
Tabel 4.8 Scene 8: Ibunda Joko sedang Berdo’a Setelah Shalat
Visual Verbal
Ibu: ibu berdo’a sambil menangis “Ya Gusti Ya allah tolong jaga anakku
Joko. Jaga dia dari segala goda dan kemungkaran. Jangan sampai dia
kehilangan
keyakinan atas
kebesaranMu Ya Gusti. Ya Gusti..” Joko: menghampiri ibunya
Ibu: sambil menangis “Sejak kamu kecil sampai kamu sebesar ini ibu
selalu mendo’akanmu supaya kamu lebih baik, lebih mapan daripada
bapak dan ibumu yang ndak punya apa-apa ini.” “Kalau sampai kamu
keblinger trus tersesat aku tak akan meninggalkanmu.”
Joko: memandang ibunya dengan bingung“Ono opo toh bu?”
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon -
Gambar 1, Seorang Ibu sedang duduk memakai
mukena dengan mata terpejam dan menangis. Dia adalah Sujiatmi ibunda Joko. Kedua tangannya
diangkat mengadah ke atas.
- Gambar 2, Ibu memengang rambut Joko. Dan Joko
yang mengenakan
seragam sekolah
duduk didepannya. Latar kedua tempat menunjukkan
sebuah kamar.
- Teknik pengambilan gambar pada ketiga gambar
menggunakan teknik medium close up. Indeks
Ibu menggunakan mukena menunjukkan ibu selesai shalat. Dan dia mengadahkan tangan ke atas
menunjukkan ibu sedang berdo’a untuk anaknya. Simbol
Harapan ibu kepada anaknya. 2
Objek Y Joko
3 Interpretan X=Y
Representasi rasa sayang ibu kepada anaknya. Berdasarkan analisis penulis scene ini merepresentasikan gambar seorang
ibu menggunakan mukena, sambil menangis, dan mengadahkan tangannya ke atas. Menunjukkan ia selesai shalat dan berdo’a. Kemudian seorang anak Joko
menghampiri ibunya yang menangis dengan wajah bingung. Menunjukkan Joko tidak tahu apa yang terjadi pada ibunya hingga dia menangis.
Objek pada scene ini adalah Joko. Joko adalah anak dari Sujiatmi. Anak yang baik, rendah hati, berprestasi, dan berbakti kepada kedua orang tua. Maka
menunjukkan ibu sehabis shalat mendo’akan Joko agar selalu dalam lindunganNya dan dijauhi dari hal-hal buruk.
Penulis menginterpretasikan scene ini adalah representasi rasa sayang seorang ibu kepada anaknya. Tidak ada yang bisa menggantikan kasih sayang
seorang ibu kepada anaknya. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan sikap
Ibu Sujiatmi memberikan pesan moral kekuatan do’a seorang ibu. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan
dalam hadist berikut: Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda,
ِﺮِﻓﺎَﺴُﻤْﻟا ُةَﻮْﻋَدَو ِﺪِﻟاَﻮْﻟا ُةَﻮْﻋَد َّﻦِﮭﯿِﻓ َّﻚَﺷ َﻻ ٌتﺎَﺑﺎَﺠَﺘْﺴُﻣ ٍتاَﻮَﻋَد ُثَﻼَﺛ ِمﻮُﻠْﻈَﻤْﻟا ُةَﻮْﻋَدَو
“Tiga do’a yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu do’a orang tua, do’a orang yang bepergian safar dan do’a orang yang
dizholimi.”[HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan]
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada kedua gambar menggunakan teknik medium close up. Ini memperlihatkan tubuh manusia Bapak
dan Joko dari dada ke atas. Sosok manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Dan
jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat
pembicaraan antara Ibu dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
Tabel 4.9 Scene 9: Joko Menebus Jam Tangan Bapak
Visual Verbal
Ilham: “Setelah almarhum bapak saya
meninggal, saya
yang menyimpan
barang-barangnya. Mungkin barang yang mas Joko cari
ada disini.” Joko: diam lalu mengambil jamnya
Joko: “Arloji ini berarti sekali buat bapak saya mas. Dan saya akan
bayar berapapun bunganya mas.” Ilham: “Kalo begitu, almarhum
bapak saya pas justru akan lebih bahagia kalo arloji itu kembali
kepada pemiliknya. Kalo begitu mas Joko langsung bawa aja, gak usah
bayar.”
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon -
Gambar 1, Dua orang lelaki dewasa. Keduanya
sama-sama menggunakan kemeja dan celana panjang. Mereka sedang duduk di ruang tamu
sebuah rumah. Adanya mebel, pajangan, dan pintu menguatkan latar tempat ini. Di meja
terdapat piring berisi bemacam-macam jam tangan. Itu adalah Joko dan Ilham anak Pak
Darmo.
- Gambar 2, Joko mencari jam milik bapaknya
diantara puluhan jam. Indeks
Joko menebus jam tangan bapaknya yang sudah puluhan tahun digadaikan karena jam tersebut
sangat berarti bagi bapaknya. Simbol
Kewajiban seorang anak 2
Objek Y Jam tangan bapak
3 Interpretan X=Y
Representasi anak yang berbakti kepada orang tua
Berdasarkan analisis penulis scene ini merepresentasikan gambar dua orang laki-laki dewasa yakni Joko dan Ilham. Joko mendatangi rumah Ilham
karena ingin menebus jam tangan bapaknya yang sudah digadai puluhan tahun. Ini menunjukkan rasa kesungguhan dari diri Joko.
Objek dari penelitian ini adalah jam tangan bapak. Jam tangan ini adalah jam tangan yang sangat berarti bagi Pak Notomiharjo. Dimana itu adalah
peninggalan dari kakeknya Joko. Penulis merepresentasikan scene ini adalah representasi anak yang
berbakti kepada orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban seorang anak setelah seorang anak telah melakukan kewajiban utamanya kepada
Tuhan. Berdasarkan data visual dan verbal pesan moral yang ditunjukkan dalam
scene ini adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain. Sebagaimana dijelaskan dalam
QS. Al Isra ayat 23-24 berikut:
24“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia”23 “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium long shot. Pada teknik ini memperlihatkan tubuh
manusia Joko dan Ilham dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.Gambar kedua menggunakan teknik close
up. Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Disini yang diperlihatkan adalah tangan Joko. Teknik ini memperlihatkan
gestur yang mendetail. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Joko dan Ilham dimana sumber suara
atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
Tabel 4.10 Scene 10: Joko Mengantar Nenek Tua Pulang
Visual Verbal
Bapak: Orang miskin itu juga manusia
dan mereka
harus dimanusiakan. Menolong orang itu
tidak perlu menunggu. Apapun yang bisa kita lakukan itu yang seharusnya
kita lakukan
No. Tipe Tanda
Data
1 Representamen X:
Ikon -
Gambar 1, Seorang anak lelaki menggunakan
kemeja dan celana pendek membawa daun pisang yang dijadikan sebagai payung. Dia
adalah Joko. Terdapat seorang nenek tua miskin yang hanya menggunakan kain sebagai penutup
badannya.
- Gambar 2, Joko dan nenek yang berjalan di
jembatan rel kereta api menggunakan daun pisang. Joko menuntun nenek tersebut.
Indeks Joko menolong nenek tua itu pulang karena nenek
itu sedang bingung tidak dapat pulang sendiri dan hujan.
Simbol Sifat terpuji
2 Objek Y
Nenek tua miskin 3
Interpretan X=Y Representasi tolong menolong dalam masyarakat
Berdasarkan analisis penulis, scene ini merepresentasikan gambar seorang anak laki-laki Joko dan nenek tua. Nenek tersebut tampak bingung pulang ke
rumahnya karena hujan. Joko pun mengantar nenek itu pulang walau hanya menggunakan pelepah pisang sebagai pengganti payung. Secara perlahan Joko
dengan sabar menuntun nenek tersebut. Menunjukkan rasa sabar dan kepedulian sosial yang tinggi. Ini merupakan sifat terpuji.
Objek pada scene ini adalah nenek tua yang miskin. Terlihat dari pakaian yang digunakan hanya kain yang menutupi badannya tanpa alas kaki. Dan dia
berada dipinggir jalan sendirian tanpa seorang pun. Berdasarkan data visual dan verbal pesan moral yang ditunjukkan dalam
scene ini adalah saling tolong menolong kepada sesama dan memanusiakan orang miskin. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia
lain dalam lingkungan sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Maidah ayat 2 berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar- syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan mengganggu binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum Karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium shot. Pada teknik ini memperlihatkan tubuh manusia
Joko dan Nenek tua dapi pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Gambar kedua
menggunakan teknik long shot. Pada teknik ini tubuh fisik manusia Joko dan nenek tua telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Dan jenis
suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis narasi. Pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara tidak muncul dalam frame atau tidak berada dalam
ruang kejadian film.