Semiotika Charles Sanders Pierce

menghubungkan sumber acuan. kata ganti seperti aku, kau, ia, dan seterusnya. Simbol Tanda dirancang untuk menyandikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan. Simbol sosial seperti mawar, simbol matematika, dan seterusnya. Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Pierce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak dibilang sederhana. Pierce membedakan tipe-tipe tanda menjadi: ikon icon, indeks index, dan simbol symbol yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya sebagai berikut. 6 a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kausalitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas merupakantanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamendan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat di sana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang ‘tamu’ di rumah kita. 6 Ibid, h. 24. c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tak sedikit rambu lalu lintas yang bersifat simbolik.

B. Pesan Moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral menurut istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk. 7 Pengertian moral juga dijumpai dalam The Advanced Leaner’s Dictionary of Current English. Di buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut. 1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk; 2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah; 3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa “moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai ketentuan baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, 7 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010, h. 92. maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.” 8 Achmad Charris Zubair dalam bukunya berjudul Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berprilaku susila, dan perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral erat hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, gewetan, dan dalam bahasa Arab disebut dengan qalb fu’ad. Dan kesadaran moral mencangkup tiga hal, yakni perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral, kesadaran moral juga dapat berwujud rasional dan obyektif, dan kesadaran moral juga dapat muncul dalam bentuk kebebasan. 9 Moral atau Moralitas berarti suatu orientasi aktivitas yang impersonal. Tindakan demi kepentingan diri sendiri tidak pernah dianggap bersifat moral. Tetapi jika perilaku yang bersifat moral tidak diorientasikan kepada diri sendiri, obyek manakah yang pantas menjadi fokusnya? “Karena orang lain tidak dapat menuntut secara sah kepuasan yang jika ditujukan kepada diri kita sendiri akan bersifat amoral, maka obyek perilaku moral haruslah sesuatu yang berada di luar diri seseorang atau di luar seseorang sejumlah orang dari sejumlah orang lain.” 10 Kategori berdasarkan pesan moral terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 11 a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam. 8 Ibid, h. 92-93. 9 Ibid, h. 94-95. 10 Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 1990, h. xi. 11 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University, 1998, h. 323. Pesan moral ditangkap melalui penafsiran cerita film. Adegan-adegan yang mengandung suatu materi atau gagasan mengenai ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan atau nilai luhur dalam film tersebut merupakan pesan moral yang ingin disampaikan pembuat film kepada penontonnya. Hal ini berhubungan dengan kehidupan seperti sikap, tingkah laku, prinsip, pendirian, dan sebagainya. Penyampaian hal tersebut melalui penampilan aktor-aktor pada cerita.

C. Tinjauan Teoritis Film

1. Pengertian Film

Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif yang akan dibuat potret atau untuk tempat gambar positif yang akan dimainkan di bioskop. 12 “Film adalah gambaran hidup, juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Pengertian secara harfiah, film sinema adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema dan tho artinya phytos cahaya, graphie atau graph tulisan atau gambar atau citra, jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak denga cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut dengan kamera.” 13 12 Meity Taqdir Qodratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011, h. 125. 13 AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006, h. 27.