Penanganan pendahuluan dan penanganan pertama mencakup proses pemisahan bahan – bahan mengapung dan mengendap, baik secara fisik maupun
kimia. Penanganan kedua umumnya mencakup proses biologi, untuk mengurangi bahan – bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Penanganan
ketiga merupakan kelanjutan dari penanganan sebelumnya bila masih terdapat bahan yang berbahaya. Beberapa jenis penanganan ketiga ini adalah penyaringan pasir,
penyerapan, vakum filter, dan lain – lain. Penanganan lanjutan dilakukan untuk menangani lumpur yang dihasilkan pada penanganan sebelumnya.
Limbah lumpur aktif maupun limbah organik lainnya dapat ditangani dengan proses pencernaan aerobik. Beberapa keuntungan proses pencernaan aerobik antara
lain hasil pencernaan aerobik tidak berbau, bersifat seperti humus, mudah dibuang, dan mudah dikeringkan. Selain itu, pencernaan aerobik lebih mudah dilakukan dan
biayanya lebih murah dibandingkan pencernaan anaerobik. Beberapa kerugian pencernaan aerobik adalah penambahan energi untuk memasok oksigen sehingga
biaya operasinya lebih mahal, tidak menghasilkan gas metana, dan lebih banyak menghasilkan lumpur sisa dibandingkan pencernaan anaerobik Said, 1996.
2.4.1. Pendinginan
Air limbah segar yang keluar dari pabrik umumnya masih panas 50 – 70 C dan
masih diperlakukan pendinginan sesuai dengan kondisi pengendalian limbah yang
Universitas Sumatera Utara
bakteri. Pengendalian limbah yang menggunakan bakteri mesophill memerlukan pendinginan hingga 40
C, sedangkan pengendalian dengan menggunakan bakteri thermophill memerlukan suhu pengendalian 60
C, maka tidak perlu didinginkan. Pendinginan dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Menara pendingin, yaitu pendinginan air limbah dengan menggunakan
menara, yang kemudian dibantu dengan bak pendingin. Menara dibuat dari plat stainlessteel yang tahan karat atau dengan konstruksi kayu. Alat ini
mampu menurunkan suhu limbah dari 60 C menjadi 40
C. b.
Kolam pendingin, yaitu pendinginan limbah dengan kolam. Pendinginan ini dikombinasikan dengan pengutipan minyak. Pendinginan di dalam kolam
dilakukan selama 48 jam. Pendinginan sering mengalami kegagalan terutama akibat aliran di dalam kolam pendingin tidak baik, yaitu seolah – olah ada
aliran yang terlokaliser. Oleh sebab itu dicoba memperbesar ukuran kolam pendingin yang mampu menampung limbah 10 hari olah.
2.4.2. Deoling Pond
Deoling pond berfungsi untuk mengutip minyak hingga kadar minyak 0,4. Deoling pond ini merupakan instalasi tambahan membantu fat pit yang hanya mampu
mengutip minyak.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Pengasaman
Limbah yang segar mengandung senyawa organik yang mudah dihidrolisa dan menghasilkan senyawa asam. Agar senyawa ini tidak mengganggu proses
pengendalian limbah maka dilakukan pengasaman acidification. Dalam kolam ini pH limbah umumnya berkisar 3 – 4, dan kemudian pHnya naik setelah asam – asam
organik terurai kembali oleh proses hidrolisa yang berlanjut.
2.4.4. Netralisasi
Seperti dikemukakan di atas bahwa limbah yang masih asam tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba, oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan
kimia atau cairan alkali. Bahan yang sering ditambahkan ialah soda api, kapur tohor, abu tandan kosong dan cairan limbah yang sudah netral.
Pemakaian bahan penetral didasarkan kepada keasaman limbah dan kadar minyak yang terkandung. Pemakaian ini dapat diketahui secara uji laboratorium.
Dengan dasar pencapaian pH maka dianjurkan pemakaian kapur tohor yang sedikit lebih murah dari soda api dan lebih mahal dari abu tandan kosong. Jumlah kapur tohor
yang diperlukan adalah 25 kgm
3
limbah. Netralisasi dapat dibantu dengan perlakuan sirkulasi yaitu memakai sludge yang berasal dari kolam fakultatif yang telah
mempunyai pH netral.
Universitas Sumatera Utara
2.4.5. Kolam Pembiakan Bakteri