BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terorisme menjadi ancaman global. Genderang perang global melawan terorisme telah ditalukan semua bangsa. Setiap negara dan kelompok merasa berkepentingan untuk
mencegah dan memberantas terorisme karena mengancam peradaban dan kemanusiaan. Banyak pendekatan yang digunakan para akademisi dan pemegang kebijakan dalam
memahami terorisme dan counter-terorisme. Selama ini, pendekatan psikologi telah banyak digunakan untuk melihat dan memahami masalah-masalah yang terkait terorisme dan
bagaimana memberantasnya. Analisa dengan pendekatan psikologi terorisme relatif merupakan bidang yang baru
yang muncul sebagai reaksi terhadap peristiwa-peristiwa teroris pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an. Pendekatan psikologi dianggap sebagai salah satu pendekatan yang penting
untuk memahami terorisme, terutama berkaitan dengan bagaimana memahami proses psikologis dan psikososial hingga seseorang menjadi teroris. Kajian yang umumnya
digunakan dalam pendekatan psikologi dalam memahami proses seseorang menjadi teroris lebih menitikberatkan pada motivasi atau proses psikologis.
Kajian terorisme dengan menggunakan pendekatan terorisme dianggap sebagai bidang kajian dan penelitian yang rumit terutama karena kesulitan-kesulitan yang dialami
peneliti dalam meneliti motivasi perilaku kaum teroris. Bahkan di awal berkembangnya kajian psikologi terorisme ada kesulitan tersendiri dalam menyepakati definisi terorisme.
Namun, untuk kepentingan penelitian ini, diambil suatu definisi terorisme yang baku digunakan dan disepakati di kalangan para sarjana dan peneliti bidang terorisme, yaitu suatu
varian khusus penggunaan ancaman kekerasan untuk melawan kekuasaan pemerintah Crenshaw, 2007
Di Indonesia, kajian tentang proses menjadi teroris atau jalur menuju terorisme atau anak tangga menuju aksi terorisme tidak banyak dilakukan oleh akademisi karena dipandang
sulit dan susah untuk dicapai, padahal sebenarnya hal sangat penting dan diperlukan. Kajian dan penelitian yang komprehensif tentang hal itu akan sangat berguna dan dapat membantu
pemahaman kita tentang bagaimana mencegah dan memberantas terorisme.
Harus diakui telah banyak ditulis buku-buku tentang terorisme atau yang berkaitan dengan terorisme dan para teroris, bahkan ada juga yang ditulis oleh para pelaku teror itu
sendiri. Kendati demikian, tidak banyak orang yang mencoba melakukan analisa psikologis terhadap buku-buku tersebut, padahal kandungan yang terdapat di dalamnya dapat
memberikan informasi dan data psikologis yang penting mengenai proses panjang keterlibatan seseorang dalam aktivitas terorisme.
Penelitian psikologi tentang terorisme mengalami dua kelemahan, yaitu: Pertama, kurangnya kerangka kerja konseptual yang kuat dan ketergantungan reduksionis-positivistik
pada data yang dikumpulkan atas dasar asumsi bahwa data tersebut akan memungkinkan kita untuk meniru kesuksesan sain murni seperti fisika. Kedua, kecenderungan para peneliti
psikologi untuk terpecah ke dalam dua kubu, yaitu kubu disposisi dan kubu kontek aliran kepribadian dan aliran situasi. Faktor disposisi dan faktor konteks memiliki pengaruh yang
relatif terhadap perilaku manusia. Konsep derajat kebebasan memperjelas isu pertentangan antara kedua kubu, dalam
hal i ni, Mogadham menggunakan metafora “staircase to terrorism” tangga menuju
terorisme. Ada 5 lantai menuju terorisme, yaitu : Pertama, lantai dasar interpretasi psikologis tentang kondisi materil, persepsi terhadai kejujuran dan adekuasi identitas. Kedua,
lantai pertama tahap mencari cara untuk meningkatkan kondisi yang dipengaruhi oleh peluang mobilitas dan suara individual. Ketiga, lantai kedua pengaruh pesan persuasif yang
menyatakan bahwa akar persoalan mereka adalah musuh luar yang dipimpin Amerika, Keempat, lantai ketiga, mulai menganut moralitas yang mendukung terorisme; mereka mulai
terpisah dari moralitas mainstream umat Islam. Mereka mulai menganut moralitas “the end justify the mean”. Kelima, lantai keempat, menganut gaya berpikir kategoris : kita lawan
mereka, kebaikan melawan kejahatan, hitam dan putih. Muncul legitimasi psikologis untuk menyerang kekuatan-kekuatan setan dengan segala cara. Keenam, lantai kelima, mengambil
peran dan secara langsung mendukung aksi terorisme
i
. Dilema baru Amerika saat ini: Di satu sisi, Amerika menyatakan bahwa demokrasi
dan kebebasan adalah semua manusia di semua kelompok masyarakat, lalu menginvasi Irak atas nama keingina memberikan demikrasi dan kebebasan kepada masyarakat Irak. Tetapi di
sisi lain, Amerika terus mendukung diktator pro Amerika di sejumlah negara Islam termasuk di Saudi dan Mesir. Publik Muslim menyebut dilema tersebut dengan istilah kemunafikan
Amerika.
Spesialisasi terorisme menurut Moghadam, adalah pelaku bom bunuh diri, sumber inspirasi, ahli strategi, pembangun jaringan, ahli pembuat bom, manager sel, agitator dan
guide lokal, anggota sel lokal, dan penyandang dana. Significance quest berbeda-beda untuk setiap level.
Maka, atas dasar itulah, peneliti menganggap penting untuk melakukannya agar proses psikologis menjadi seorang teroris difahami banyak orang, sehingga pada gilirannya
mereka akan dapat memberikan kontribusi penting dalam mencegah dan memberantas terorisme, terutama pada level individu dan kelompok kecil.
Permasalahan Penelitian
Buku-buku yang ditulis untuk membahas dan menguraikan tentang terrorisme, termasuk biografi, otobiografi atau novel berdasarkan kisah nyata tentang teroris telah banyak
beredar di masyarakat. Buku-buku tersebut cukup laris dibeli karena memiliki daya tarik tersendiri, kendati demikian, buku-buku tersebut lebih banyak ditempatkan sebagai informasi
yang “common sense”, atau buku yang berfungsi sebagai kajian diluar kaidah ilmiah. Sehingga hal ini menyebabkan buku-buku tersebut belum banyak ditelaah dan diteliti oleh
para akademisi dan peneliti terutama dalam konteks analisa psikologis mengenai motivasi dan proses menjadi teroris.
Walaupun buku-buku biografi, otobiografi atau kisah nyata dipandang sebagai sumber sekunder, tetapi data dan informasi yang terkandung di dalamnya tergolong kaya. Terutama
dalam menjelaskan proses psikologis seorang “biasa” bisa menjadi teroris yang melakukan perusakan dan pembunuhan atas nama ideologi agama tertentu. Buku-buku semacam itu
banyak ditemukan di berbagai tempat seperti toko buku dan perpustakaan, tetapi masalahnya adalah tidak banyak, bahkan tidak ada satu penelitian yang berusaha mengkajinya dari
perspektif ilmu psikologi.
Pertanyaan Penelitian
Untuk memudahkan kajian dalam penelitian ini, peneliti merasa perlu dirumuskan pertanyaan penelitian atau rumusan masalah penelitian, dalam hal penelitian ini rumusan masalahnya
adalah:
1. Faktor apa sajakah yang memiliki peran dalam terbentuknya seseorang hingga
menjadi teroris? 2.
Dari variable yang ada, bagaimanakah peran variable-variabel tersebut terhadap proses terbentuknya teroris?
3. Bagaimanakah interaksi antar variabael yang menyebabkan seseorang menjadi
teroris?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui: 1.
Variable apa saja yang memiliki peran dalam terbentuknya seseorang hingga menjadi teroris.
2. Pengaruh setiap variable yang ada terhadap proses terbentuknya teroris.
3. Interaksi antar variable yang menyebabkan seseorang menjadi teroris.
Manfaat Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mengandung beberapa manfaat dan kegunaan, yaitu: 1.
Memberikan informasi dan pengetahuan yang memadai tentang proses menjadi teroris melalui pendekatan psikologi.
2. Memberikan insight dan pemahaman yang memadai tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlibatan seseorang dalam aktivitas terorisme.
Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini disusun secara sistematis berdasarkan susunan bab-bab yang diatur sedemikian rupa. Laporang ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:
Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan latarbelakang masalah penelitian, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, dan manfaat serta kegunaan penelitian.
Bab II berisi landasan teori dan kerangka konseptual. Dalam bab ini diuraikan teori- teori yang menjadi dasar teoritis dan analisis penelitian, kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai kerangka konseptual penelitian yang menjadi dasar paradigma
penelitian dalam menguraikan tema dan variabel penelitian serta hubungan antar tema dan variabel.
Bab III berisi metodologi penelitian. Dalam bab ini diuraikan metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data, tehnik analisa, dan juga penjelasan tentang subjek dan
objek penelitian. Bab IV berisi pembahasan dan analisa data. Dalam bab ini diuraikan data dan temuan
penelitian, kemudian analisa terhada data dan temuan penelitian serta kesimpulan. Bab V berisi diskusi dan rekomendasi penelitian. Dalam bab ini dibuka ruang diskusi
mengenai hasil penelitian dan kesimpulannya, serta posisi hasil penelitian ini dalam konteks penelitian terdahulu. Kemudian bab ini diakhir dengan rekomendasi, baik yang bersifat
teoritis-metodologis maupun praktis-pragmatis kepada stakeholder.
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL