digunakan yaitu keterampilan menyimak sebagai variabel bebas dan kemampuan menulis sebagai variabel terikat.
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam belajar bahasa, teori kognitif memberikan dasar yang kukuh terhadap penguasaan bahasa dalam konteks berbahasa. Subiyantoro 2013:30
menyatakan bahwa teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan konsep dasar yang dimiliki pembelajar daripada pengalaman. Kognitif amat menjauhi model
menghafal, yang diorientasikan secara mendalam adalah belajar bermakna. Tiap proses pembelajaran haruslah bermakna yang mampu mengelaborasi kognisi
seseorang.
2.1.4.1 Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Pendidikan formal dalam lingkungan sekolah memiliki kurikulum tertulis
yang dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah arahan guru. Kurikulum disusun untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan
pendidikan. Penyusunannya dilakukan berdasarkan atas dasar kebutuhan belajar anak didik. Oleh karena itu, kurikulum selalu berubah sesuai dengan kebutuhan.
Sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 dalam Santosa, 2011:3.1 yang berbunyi “kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai sisi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar. Selain sebagai pedoman, kurikulum juga berfungsi sebagai preventif, yaitu sebagai alat kontrol agar guru tidak menyimpang dalam
melaksanakan tugasnya, dan kurikulum dapat pula memberikan arah dalam pengembangan kurikulum itu sendiri.
Susanto 2015:245, menyatakan bahwa kurikulum juga merupakan suatu alat yang penting dalam rangka merealisasikan dan mencapai tujuan sekolah.
Begitu pula dengan kurikulum Bahasa Indonesia yang merupakan suatu alat dalam rangka merealisasikan dan mencapai tujuan kebahasaan Indonesia, yaitu
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis.
2.1.4.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan
mengajar. Aktivitas belajar cenderung kepada siswa, sementara mengajar pada guru. Bagi Gagne dalam Susanto, 2015:1 belajar dimaknai sebagai suatu proses
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar juga sebagai upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan
melalui instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru. Belajar bahasa pada dasarnya bertujuan untuk
mengungkapkan kemampuan menggunakan bahasa di berbagai keperluan. Santosa 2011:5.18 menyatakan bahwa pembelajaran bahasa merupakan proses
memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya mencapai kemampuan berbahasa. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menggiatkan
latihan-latihan kebahasaan. Latihan ini sebaiknya dilakukan sejak anak duduk di sekolah dasar. Kemampuan berbahasa pada arti luas adalah kemampuan
mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, pendapat atau gagasan.
Pembelajaran bahasa Indonesia terutama di sekolah dasar tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain menggunakan bahasa sebagai medianya baik komunikasi
dengan bahasa lisan maupun tulis. Kemampuan berbahasa manusia tidak dibawa sejak lahir, melainkan manusia terampil bahasa sampai mampu berbahasa untuk
kebutuhan komunikasi melalui belajar bahasa. Menurut Susanto 2015:243 bahwa kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan berbicara dan
menyimak, sedangkan kemampuan bahasa tulisan meliputi kemampuan membaca dan menulis. Pada saat manusia berkomunikasi secara lisan, maka ide-ide, pikiran,
gagasan, dan perasaan dituangkan dalam bentuk kata dengan tujuan untuk dipahami oleh lawan bicaranya. Pada saat anak memasuki uisa TK, mereka dalam
berkomunikasi lebih mengungkapkan dalam bentuk lisan. Sedangkan ketika memasuki sekolah dasar, anak terkondisikan untuk mempelajari bahasa tulis. Pada
masa ini, kemampuan berbahasa anak mengalami perkembangan. Perkembangan bahasa anak berkembang seiring dengan perkembangan intelektual anak.
Zulela 2013:4 menyatakan bahwa Standar Kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan kualifikasi minimal siswa, yang
menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Atas dasar standar kompetensi tersebut, maka tujuan
yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat:
1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.
2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3. memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan cepat dan efektif dalam berbagai tujuan.
4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa. 6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia. 2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Bahasa
Keberhasilan belajar bahasa dipengaruhi oleh dua faktor yakni kondisi eksternal maupun internal. Kondisi eksternal adalah faktor dari luar siswa, seperti
lingkungan sekolah, guru, teman sekolah, keluarga, orang tua, masyarakat. Kondisi eksternal terdiri dari 3 prinsip belajar yaitu: 1 memberikan situasi atau
materi yang sesuai dengan respon yang diharapkan; 2 pengulangan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat; 3 penguatan respon yang tepat untuk
mempertahankan dan menguatkan respon. Kondisi intern adalah faktor dalam diri siswa yang terdiri atas: 1 motivasi positif dan percaya diri dalam belajar;
2 tersedia materi yang memadai untuk memancing aktivitas siswa; 3 adanya strategi dan aspek-aspek jiwa anak Santosa, 2011:1.7-1.8.
Faktor ekstern lebih banyak ditangani oleh pendidik, sedangkan faktor intern dikembangkan sendiri oleh para siswa dengan bimbingan guru. Dapat
disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam pemebalajaran
bahasa. Sehingga
pendidik harus
memperhatikan kedua faktor tersebut..
2.1.5 Pembelajaran Menyimak