Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

pengangkutan sapi dimaksudkan agar selama dalam perjalanan sapi mendapatkan sirkulasi udara yang baik sehingga kesehatan sapi lebih terjamin. Pengangkutan sapi dengan mobil diusahakan tidak terlalu lama. Menurut Santosa 2004, pengangkutan sapi menggunakan truk sebaiknya tidak lebih dari 36 jam. Pengangkutan dengan jarak tempuh yang jauh akan memberikan peningkatan suhu pada tubuh sapi, peningkatan suhu akan berdampak pada kelelahan dan berujung terjadi stres pada sapi. Peningkatan suhu serta terjadinya stres berakibat menurunnya konsumsi pakan. Selain itu, suhu yang tinggi juga berpengaruh besar terhadap konsumsi pakan yang masuk baik volume maupun porsi nilai gizi yang terkandung di dalamnya Bambang, 2000. Selain itu, stres dapat menurunkan bobot badan sapi selama pengangkutan. Stres lingkungan sangat mungkin menyebabkan terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebabkan hewan mengalami kehilangan cairan tubuh. Kehilangan cairan ini tentu dapat menyebabkan penurunan bobot badan pada hewan McGilvery dan Goldstein, 1996. Menurut Ginting 2006, penyebab utama penurunan bobot badan ternak adalah faktor stres, yang salah satunya adalah kelelahan atau gerakan yang berlebihan sebagai akibat lama perjalanan atau transportasi. Vitamin C adalah salah satu vitamin yang larut dalam air yang juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya, yaitu asam askorbat. Vitamin C mempunyai zat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan diperlukan untuk menjaga struktur, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain Winarno, 1991. Vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kondisi kesehatan. Unsur vitamin biasanya cukup tersedia dalam pakan, terutama hijauan dan konsentrat. Selain itu, kebanyakan vitamin untuk sapi dibentuk dalam pencernaan melalui fermentasi dan kerja mikroba rumen. Secara umum, vitamin sering di- definisikan sebagai suatu senyawa organik yang esensial untuk mempertahankan kehidupan dan pertumbuhan yang normal pada ternak, serta dibutuhkan dalam jumlah sedikit Khan dan Iqbal, 2006. Vitamin C bekerja sebagai donor elektron, dengan cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu. Selain itu, vitamin C juga dapat menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel netrofil, monosit, protein lensa, dan retina. Vitamin ini juga dapat bereaksi dengan Fe-ferritin. Di luar sel, vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer elektron ke dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorpsi logam dalam saluran pencernaan Levine, et al., 1995. Askorbat dapat langsung menangkap radikal bebas oksigen, baik dengan atau tanpa katalisator enzim. Secara tidak langsung, askorbat dapat meredam aktivitas dengan cara mengubah tokoferol menjadi bentuk tereduksi. Reaksinya terhadap senyawa oksigen reaktif lebih cepat dibandingkan dengan komponen lainnya. Askorbat juga melindungi makromolekul penting dari oksidatif. Reaksi terhadap radikal hidroksil terbatas hanya melalui proses difusi Suhartono et al., 2007. Kelebihan yang dimiliki vitamin C ini dapat digunakan atau diberikan sebelum sapi menjalani pengangkutan yang ditujukan untuk mengurangi tingkat stres sehingga yang diharapkan mengurangi penyusutan bobot badan selama pengangkutan. 1.5 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini terdapat perbedaan susut bobot antara sapi yang diberikan vitamin C dengan sapi yang tidak diberikan vitamin C.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Potong

Ternak sapi, khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Seekor ternak atau kelompok ternak sapi dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

2.1.1 Potensi Ternak Sapi potong

Pemeliharaan sapi potong bibit bertujuan untuk pengembangbiakan sapi potong. Keuntungan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah pedet hasil keturunan. Dalam usaha pengembangbiakan sapi potong untuk tujuan komersial, perencanaan yang matang merupakan salah satu hal yang perlu mendapat prioritas perhatian, tidak hanya perencanaan fisik, namun juga non fisik Anggorodi, 1990. Menurut Parakkasi 1999, alasan pentingnya peningkatan populasi sapi potong dalam upaya mencapai swasembada daging antara lain adalah : a. subsektor peternakan berpotensi sebagai sumber pertumbuhan baru pada sektor pertanian, b. rumah tangga yang terlibat langsung dalam usaha peternakan terus bertambah, c. tersebarnya sentra produksi sapi potong di berbagai daerah, sedangkan sentra konsumsi terpusat di perkotaan sehingga mampu menggerakan perekonomian regional, dan d. mendukung upaya ketahanan pangan, baik sebagai penyedia bahan pangan maupun sumber pendapatan yang keduanya berperan meningkatkan ketersediaan dan aksebilitas pangan.

2.1.2 Peranan Sapi Potong

Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging terbesar setelah ternak unggas di Indonesia. Namun produksi daging dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan produktivitas ternak rendah Direktorat Jendral Peternakan, 2007. Permintaan daging sapi selama 2000-2010 diproyeksikan akan mengalami laju peningkatan sebesar 5,00 tahun, yaitu sebesar 225.156 ton pada tahun 2000 meningkat menjadi 366.739 ton pada tahun 2010. Sedangkan penawaran daging sapi dalam negeri diperkirakan mengalami penurunan dengan laju sebesar – 0,13 tahun, yaitu sebesar 203.164 ton pada tahun 2000 menurun menjadi 200.576 tontahun 2010 Raharjo et al., 2004. Berdasarkan data di atas, maka industri peternakan sapi potong sebagai suatu kegiatan agribisnis yang mempunyai peran sangat penting dalam peningkatan produktivitas sapi potong dalam pemenuhan konsumen akan hasil produk berupa

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Kadar Hormon Estrogen dan Gambaran Histopatologi Tulang Alveolar Mencit (Mus musculus L.) yang Melakukan Latihan Fisik Maksimal

1 43 78

Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Gambaran Histologis Tubulus Proksimal Ginjal Pada Mencit Betina Dewasa (Mus musculus L) Yang Mendapat Latihan Fisik Maksimal

0 59 66

Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Gambaran Histologis Testis Dan Jumlah Sel Sperma Mencit (Mus musculus, L.) Yang Dipapari Tuak

2 64 72

Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Gambaran Histologis Hati Mencit (Mus- Musculus L) Yang Dipapari Monosodium Glutamate

2 55 69

Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Analgetika Metampiron Pada Marmot (Cavia Cobaya)

0 26 69

Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase (o-ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang Dipapar Plumbum

0 80 72

Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Jumlah Sel Leydig Dan Jumlah Sperma Mencit Jantan Dewasa ( Mus musculus, L. ) Yang Dipapari Monosodium Glutamate (MSG)

0 62 54

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT SELAMA PENGANGKUTAN SAPI DARI PROVINSI LAMPUNG KE PALEMBANG

1 23 37

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT SAPI SELAMA PENGANGKUTAN DARI PROVINSI LAMPUNG KE PALEMBANG

0 3 53

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT SAPI SELAMA PENGANGKUTAN SAPI DARI PROVINSI LAMPUNG KE PALEMBANG Effect Of Vitamin C Dosages On Cattle Body Weight Lost During Transportation From Lampung To Palembang Province

0 0 6