22 Kusnandiono 2009: 2 secara lebih rinci menjelaskan agar dapat berfungsi
dengan baik, LKS harus memenuhi beberapa kriteria berikut : 1
Desainnya menarik atau indah; 2 Kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti; 3 Susunan kalimatnya singkat namun jelas artinya;
4 LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis; 5 Penjelasan atau informasi yang penting hendaknya dibuat dalam
lembaran catatan siswa; 6 LKS harus dapat menunjukkan secara jelas bagaimana cara merangkai atau menyusun alat yang dipakai dalam suatu
kegiatan; 7 Urutan kegiatan harus logis tujuan, alatbahan, cara kerja, data, pertanyaan dan kesimpulan; 8 LKS disusun berdasarkan dengan
kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum; 9 LKS dibuat sesuai dengan kompetensi dasar suatu pelajaran.
Berdasarkan kutipan di atas kriteria yang harus dipenuhi oleh LKS agar menjadi LKS yang baik, yaitu berupa desainnya menarik, kata-kata yang digunakan
sederhana dan mudah dimengerti, susunan kalimatnya singkat dan jelas, LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis, informasi yang
penting hendaknya dibuat dalam lembaran catatan siswa, LKS harus dapat menunjukkan secara jelas bagaimana cara merangkai alat yang dipakai dalam
suatu kegiatan, urutan kegiatan harus logis, LKS disusun berdasarkan dengan kisi- kisi soal yang sesuai dengan kurikulum, dan LKS dibuat sesuai dengan
kompetensi dasar suatu pelajaran Menurut Trianto 2007:
73 “Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.
Dalam proses pembelajaran, Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai media bagi siswa untuk mendalami materi fisika yang sedang dipelajari. Dengan adanya
Lembar Kerja Siswa siswa dituntut untuk mengemukakan pendapat, mampu membuat kesimpulan, dan bekerja sama. Hal ini menunjukkan bahwa Lembar
Kerja Siswa berfungsi sebagai media yang dapat meningkatkan aktifitas siswa
23 dalam proses belajar mengajar. Lembar Kerja Siswa dikatakan media
pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. Lembar Kerja Siswa menjadi sumber belajar dan
media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang.
F. Manfaat Lembar Kerja Siswa LKS
Adapun manfaat dan tujuan dari Lembar Kerja Siswa, menurut Priyanto dan Harnoko 1997: 135, yaitu: 1 mengefektifkan siswa dalam proses belajar
mengajar; 2 membantu siswa dalam mengembangkan konsep; 3 melatih siswa untuk menemukan dan mengembangan proses belajar mengajar; 4 sebagai
pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran; 5 membantu guru dalam menyusun pelajaran; 6 membantu siswa dalam
menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar; 7 membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari
melalui kegiatan belajar secara sistematis. Pada proses pembelajaran, Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai sarana
pembelajaran untuk menuntun siswa dari suatu materi pokok atau sub materi pokok yang telah atau sedang disajikan. Melalui Lembar Kerja Siswa siswa
dituntut mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu media pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan kecerdasan siswa dalam proses pembelajaran.
III. METODE PENELITIAN A.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah research and development atau penelitian pengembangan. Penelitian ini diarahkan pada pengembangan suatu
produk media pembelajaran fisika yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Produk yang dikembangkan berupa LKS untuk kelas VII
Sekolah Menengah Pertama dengan materi zat padat, cair dan gas. Saat proses pengembangan, diberlakukan uji ahli dan uji coba produk. Uji ahli
dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari segi isi materi dan desain media
pembelajaran. Sedangkan uji coba produk juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan produk yang telah dihasilkan dari penelitian pengembangan
ini. Proses uji coba penggunaan produk dilakukan menggunakan desain penelitian
One-Shot Case Study. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan. Efek atau pengaruh perlakuan yang
ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat kemenarikan produk hasil pengembangan sabagai media pembelajaran. Tingkat kemenarikan tersebut dapat
dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji coba penggunaan produk.
25
B. Subjek Penelitian
Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 20132014 di SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Subjek dalam penelitian ini adalah
para ahli yang menguji kevalidan LKS yang terdiri dari pakar fisika dosen fisika PMIPA Universitas Lampung dan siswa kelas VII SMP sebagai pengguna yang
menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan dan kemudahan LKS yang dikembangkan. Sedangkan objek penelitian ini adalah LKS bermuatan nilai
ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan materi zat padat, cair dan gas. C. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang mengacu pada prosedur
pengembangan media intruksional pembelajaran menurut Suyanto 2009, yang memuat langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu produk. Hasil produk pada penelitian pengembangan ini berupa LKS yang mencangkup nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap
lingkungan. Produk yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini diharapkan agar dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar dan bisa
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kecintaan terhadap ligkungan.
Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan
uji produk, yatiu: 1 Analisis kebutuhan, 2 Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, 3 Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan
pengguna, 4 Pengembangan produk, 5 Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji
26 operasionalisasi produk6 Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna,
dan 7 produksi. Dengan mengadaptasi model tersebut, maka prosedur pengembangan yang
digunakan, yaitu:
27
Gambar 3.1. Model Pengembangan Media Instruksional termodifikasi diadaptasi
dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem, 2009.
Tahap I: Analisis Kebutuhan program
Pengembangan Tahap II:
Iden tifikasi Sumber
Daya Tahap III:
Identifikasi Spesifikasi Produk
Tahap VII: Pencetakan Produk
Tahap IV: Pengembangan Produk
Prototipe I
Tahap VI: Uji Eksternal
Uji Kemanfaatan Produk Prototipe IV
Tahap V: Uji Internal
Uji Spesifikasi Prototipe II Uji Kualitas Prototipe III