BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Penelitian
Dengan semakin terbatasnya sumber daya alam yang tersedia maka diperlukan upaya penggunaan material alam yang efisien namun memberikan
nilai tambah sebesar-besarnya. Konstruksi jalan raya merupakan konstruksi yang banyak menggunakan material alam. Rekayasa teknologi bidang konstruksi jalan
yang salah satunya adalah teknik bahan perkerasan jalan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk menjawab masalah diatas.Teknik-teknik optimasi
akan sangat membantu agar pemakaian dapat efisien namun dapat diperoleh nilai tambah yang besar.
Aspal merupakan destilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki banyak sekali manfaat dan kegunaannya. Aspal sisa dapat digunakan di dalam
bermacam produk-produk, termasuk: jalan aspal, dasar pondasi dan subdasar, tambalan lubang di jalanan, trotoar, kakilima, jalan untuk mobil, lereng-lereng,
jembatan-jembatan, lantai parkir, jalan dan penutup tanah, atap bangunan, dan minyak bakar Asiyanto, 2008.
Pada dasarnya aspal merupakan bahan komposit yang biasa digunakan dalam proyek-proyek konstruksi seperti permukaan jalan, bandara dan tempat
parkir. Ini terdiri dari aspal dan agregat mineral yang dicampur bersama, kemudian ditetapkan dalam lapisan yang dipadatkan sehingga digolongkan
material pembentuk campuran perkerasan jalan. Sukirman, 2003.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Aspal terdiri dari beberapa bentuk yaitu padat, cair dan emulsi. Pada umumnya aspal dikenal sebagai suatu bahanmaterial yang berwarna hitam atau
coklat, yang mempunyai daya lekat adhesif, mengandung bagian-bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau kejadian alami aspal
alam dan terlarut dalam karbondisulfida. Aspal dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini
dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 °C dibawah tekanan atmosfir untuk
memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline bensin, kerosene minyak tanah, dan gas oil Wignall,A., 2003.
Aspal sendiri memiliki beberapa kelemahan seperti mengalami deformasi perubahan bentuk permanen disebabkan tekanan terlalu berat oleh muatan truk
yang berlebihan, keretakan-keretakan yang ditimbulkan oleh panas, juga kerusakan disebabkan karena kelembaban, ini semua terjadi pada campuran aspal
Brown, 1990. Aspal polimer merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan sifat fisik aspal, Aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari modifikasi antara polimer alam atau polimer sintetis dengan aspal.
Modifikasi aspal polimer atau biasa disingkat dengan PMA telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir. Umumnya dengan sedikit penambahan bahan
polimer biasanya sekitar 2-6 sudah dapat meningkatkan hasil ketahanan yang lebih baik terhadap deformasi, mengatasi keretakan-keretakan dan meningkatkan
ketahanan usang dari kerusakan akibat umur sehingga dihasilkan pembangunan jalan lebih tahan lama serta juga dapat mengurangi biaya perawatan atau
perbaikan jalan Polacco, 2005.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PMA telah digunakan di beberapa negara maju, dan berhasil ditempatkan pada lokasi-lokasi jalan raya dengan tingkat tekanan yang tinggi seperti lalu lintas
yang sangat padat, di jalan raya dan di lintasan balap. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hal ini, seperti yang dilakukan oleh Pei-Hung 2000 yang
melakukan memodifikasi pada polietilen, polipropilen, dan karet EPDM dengan aspal. Singh 1992 juga melihat reaksi kimia dari campuran aspal dengan
polipropilen dan polietilen dari sisi thermal bahan yang dihasilkan. Masahiko 1997 menguji reaksi grafting yang terjadi antara polipropilen dengan aspal guna
meningkatkan sifat mekanik. Kiyotada 1978 melihat interaksi polyolefin terhadap komponen aspal polar. Mothe 2008 mengkarakterisasi campuran aspal
dengan TGDTG, DTA dan FTIR. Butarbutar 2009 melakukan pembuatan campuran aspal beton berbasis dreg dan grit dan karakterisasinya dengan metode
standart Marshall. Penggunaan anhidrat maleat juga telah diteliti oleh Carraher 1983 untuk pembentukan radikal pada senyawa campuran polyolefin dengan
aspal. Sedangkan polistirena merupakan bahan polimer sintetis yang banyak
digunakan terutama yang dalam bentuk strofoam, polistirena sendiri tidak dapat dengan mudah direcycle sehingga pengolahan limbah polistirena harus dilakukan
secara benar agar tidak merugikan lingkungan. Pemanfaatan bahan-bahan polistirena bekas merupakan salah satu cara untuk meminimalisir limbah
polistirena tersebut. Kelebihan dari polistirena adalah ringan, keras, tahan panas, agak kaku, tidak mudah patah dan tidak beracun Damayanthi, 2007.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian tentang pemanfaatan polistirena yang dicampurkan dengan aspal yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemudian digabungkan dengan agregat untuk pembuatan aspal polimer. Pemanfaatan polistirena ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan dari aspal.
Diharapkan dalam penelitian ini penggunaan bahan polimer tersebut dapat meningkatkan sifat-sifat fisik dan mekanik dari aspal polimer yang dihasilkan.
1.2. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian yang berjudul “STUDI EKSPERIMENTAL