B. Kehati-hatian sebagai Prinsip Utama Bank dalam Memberikan Kredit
Menurut pasal 1 angka 11, kredit adalah: Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak penjamin untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perbankan
menyebutkan bahwa sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama, mengingat sumber dana kredit yang disalurkan adalah bukan dana
dari bank itu sendiri, tetapi dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu penerapan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam,
penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi
perkreditan yang teratur dan lengkap. Semuanya itu bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit
yang meliputi pinjaman pokok dan bunga. Apabila kredit yang telah disalurkan bank kepada masyarakat dalam jumlah besar tidak dibayar kembali kepada bank
tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit, maka kualitas kredit dapat digolongkan menjadi non performing lean NPI. Jumlah kredit yang NPLnya
tinggi akibatnya dapat mengganggu kesehatan bank yang bersangkutan. Dengan diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit dinilai
akan menurunkan kredit bermasalah non performing loan NPL. Selain itu, bank-bank yang memiliki NPL besar saat ini terus melakukan restrukturisasi
untuk menurunkan kredit bermasalahnya. Oleh karena itu, dalam memberikan kredit, harus mengikuti tahap-tahap yang tepat sehingga terhindar dari kredit
Universitas Sumatera Utara
bermasalah. Terdapat 5C of credit yang meliputi character, capacity, capital, collateral, condition of economy. 5 C of credit tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: 1.
Character watak Salah satu unsur yang mesti diperhatikan oleh bank sebelum memberikan
kreditnya adalah penilaian atas karakter kepribadian watak dari calon debiturnya. Karna itu sebelum kredit diluncurkan, harus terlebih dahulu
ditinjau apakah calon debitur berkepribadian yang baik, jujur, selalu menepati janji, memiliki lingkungan yang baik, mepunyai riwayat hidup
yang baik, tidak terlibat tindakan criminal, bukan merupakan penjudi, pemabuk, atau tindakan tidak terpuji lainnya.
34
Namun terkadang ini tidak bisa dijadikanukuran, karena bank biasanya tidak mengenal nasabahnya
secara mendalam mengingat waktu dari pihak bank yang sangat terbatas. Oleh karena itu perlu diterapkan oleh bank prinsip mengenal nasabah yang
antara lain mencakup kewajiban bank memiliki kebijakan dan prosedur penerimaan nasabah, pemeliharaan profil nasabah, pengenaan sanksi
administrasi terhadap pelanggaran peraturan ini, dan lain-lain.
35
2. Capacity kemampuan
Karakter yang baik belum memenuhi syarat untuk mempeoleh kredit. Bahwa seseorang yang jujur secara moril bisa dipercaya, teatpi mungkin ia
tidak mampu mengolah kredit. Oleh karena itu, yang perlu juga
34
H.A. S. Mahmoeddin, 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 25.
35
Bismar Nasution, Rejim Anti Money Laundering di Indonesia, Bandung: Books Terrace Library, hal. 57.
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan bank adalah apakah ia mampu mengelola perusahaan yang dapat dilihat dari kemampuan manajemennya, apakah ia mampu
berproduksi dengan baik yang dapat dilihat dari kapasitas produksinya, apakah ia mampu mengembalikan kredit dilihat berdasarkan perhitungan
penghasilan bersih, perputaran usaha, situasi keuangan, dan modal kerja yang dimilikinya.
36
3. Capital modal
Pada umumnya untuk menilai capacity seseorang didasarkan pada pengalaman dalam dunia bisnis yang dihubungkan
dengan pendidikan dari calon nasabah pemohon kredit serta kekuatan perusahaan dan kemampuan penyesuaian diri dengan perkembangan
teknologi.
Permodalan dari suatu debitur merupakan hal yang penting harus diketahui oleh calon krediturnya, karena permodalan dan kemampuan keuangan dari
suatu debitur akan mempunyai korelasi langsung dengan tingkat kemampuan membayar kredit. Bank tidak dapat memberikan kredit
kepada pengusaha tanpa modal sama sekali.
37
4. Collateral agunan
Kredit senantiasa dibayangi oleh resiko. Untuk berjaga-jaga timbulnya resiko ini, diperlukan benteng untuk menyelamatkan yaitu berupa
agunan.
38
36
H. A. S Mahmoeddin, Op. cit, hal. 26.
37
Ibid
38
Ibid,hal. 27
Agunan adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit
Universitas Sumatera Utara
dimana ia merupakan sarana pengaman atas resiko yang mungkin timbul atas cidera janjinya nasabah di kemudian hari.
5. Condition of economy keadaan ekonomi
Kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sector usaha si pemohon kredit calon nasabah perlu mendapatkan perhatian dari pihak bank untuk
memperkecil resiko yang mungkin timbul akibat kondisi ekonomi. Kondisi ini dapat terpengaruh oleh keadaan social, politik dan ekonomi,
dari suatu periode waktu tertentu dan perkiraan yang akan terjadi pada waktu mendatang.
39
C. Sanksi bagi Pelanggaran Prinsip Kehati-hatian