17
BAB II PENGATURAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA DI INDONESIA
A. Hak Cipta Secara Umum
Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada
setiap orang karena berbedanya tingkat pemahaman tentang istilah tersebut. Sebagai contoh sering orang awam menginterprestasikan hak cipta sama dengan
hak kekayaan intelektual. Lainnya adalah pemahaman masyarakat terhadap perlindungan hak cipta ini, sebagai contoh misalnya karena pemahaman yang
kurang sehingga sering muncul pemikiran dan perkataan yang keluar yaitu hak cipta dipatenkan atau merek dipatenkan sehingga seolah-olah pengertian hak
cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia padahal, pengertian hak cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia di bidang tertentu
saja. Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta,
kata “Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau
tidak.
10
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia., hlm. 323.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Sedangkan kata “Cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya manusia dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan
pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.
11
Dalam hal ini ada beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian hak cipta, antara lain:
12
1. WIPO World Intelektual Property Organization
“Copy Right is legal from describing right given to creator for their literary and artistic works” yang artinya hak cipta
adalah terminology hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka
dalam bidang seni dan sastra.
2. J. S. T Simorangkir
Berpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut atas
hasil ciptaannya dalam lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian. Untuk mengumumkan dan memperbanyaknya,
dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.
3. Imam Trijono
Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan
hukum, akan tetapi juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi
kuasapun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.
Hak cipta pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, tetapi konsep hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an. Bila dilihat
dari sejarahnya ada dua konsep besar tentang hak cipta yang pada akhirnya saling mempengaruhi yaitu: konsep Copyrights yang berkembang di Inggris dan negara-
11
Ibid., hlm. 210.
12
Sujud Margono, Op.Cit., hlm. 15.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
negara yang menganut sistem Hukum Common Law dan Konsep Droit d’Auteur yang berkembang di Prancis dan negara-negara yang menganut Sistem Hukum
Civil Law. Konsep Copyrights yang lebih menekankan perlindungan hak-hak penerbit
dari tindakan penggandaan buku yang tidak sah dapat ditelusuri dari berlakunya dekrit Star Chamber pada Tahun 1556 yang isinya menentukan ijin pencetakan
buku dan tidak setiap orang dapat mencetak buku. Aturan hukum yang lain yang secara tegas melindungi hak penerbit dari tindakan penggandaan yang tidak sah
adalah Act of Anne 1709 yang dianggap sebagai peletak dasar konsep modern hak cipta.
13
Sedangkan konsep droit d’ auteur lebih ditekankan pada perlindungan atas hak-hak pengarang dari tindakan yang dapat merusak reputasinya. Konsep ini
didasarkan pada aliran hukum alam yang menyatakan bahwa suatu karya cipta adalah perwujudan tertinggi alter ego dari pencipta dan pencipta mempunyai
hak alamiah untuk memanfaatkan ciptaannya. Konsep ini berkembang pesat setelah revolusi Perancis pada Tahun 1789, konsep ini meletakkan dasar
pengakuan tidak saja hak ekonomi dari pencipta akan tetapi juga hak moral.
14
Pengertian konsep hak cipta yang berkembang pada masa sekarang adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan ijin untuk itu dengan tidak mengurangi ketentuan dalam undang-undang yang berlaku.
13
Yuliati, Efektivitas Penerapan Undang-Undang 192002 Tentang Hak Cipta terhadap Karya Musik Indilabel, Skripsi, Semarang: Fakultas Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2004,
hlm. 16.
14
Ibid., hlm. 17.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hak cipta merupakan hak kebendaan atau sub sistem dari hukum benda. Mariam Daus berpendapat bahwa hal kebendaan terbagi atas dua bagian yaitu:
Hak kebendaanyang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas. Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang
sempurna penuh bagi si pemilik. Selanjutnya untuk hak yang demikian disebut dengan hak kemilikan. Hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan
kenimatan yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik artinya hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurna jika
dibandingkan dengan hak milik.
15
Dengan demikian hak cipta menurut rumusan ini dapat dijadikan objek hak milik. Hal ini dapat disimpulkan dari rumusan Pasal
2 UUHC, yang berbunyi: hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya,
yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian hak cipta terdapat pada Pasal 1 ayat 2 UUHC yang isinya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pencipta adalah
a. seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan fikiran, imajinasi kecepatan, keterampilan atau keahlian yang di tuangkan ke dalam bentuk
yang khas dan bersifat pribadi.
15
Ibid., hlm. 44.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Orang yang merancang suatu ciptaan, tetapi diwujudkan oleh orang lain
dibawah pimpinan atau pengawasan orang yang merancang ciptaan tersebut.
c. Orang yang membuat suatu karya cipta dalam hubungan kerja atau
berdasarkan pesanan. d.
Badan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 UUHC. 2.
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilih hak cipta, atau orang yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau orang lain yang menerima
lebih lanjut hak dari orang tersebut diatas. 3.
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya dalam lapangan pengetahuan, seni dan sastra. Yang
dimaksud dengan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta adalah pelaku, produser rekaman suara dan lembaga penyiaran. Pelaku adalah aktor,
penyanyi, pemusik, penari atau mereka menampilkan, memperagakan atau mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau
mempermainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra dan karya seni lainnya.
4. Produser rekaman suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali
merekam atau memiliki prakarsa untuk membiayai kegiatan perekaman suara atau bunyi baik dari suatu pertunjukkan maupun suara atau bunyi lainnya.
Seseorang yang telah mencurahkan segala daya upayanya untuk menciptakan atau menentukan sesuatu, dia mempunyai hak alamiah atau hak
dasar untuk memiliki dan mengawasi apa yang telah diciptakannya. Dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau UniversalDeclaration of Human Rights, menyebutkan bahwa “Everyone has the right to the protection of the
moral und material interest resulting form any scientific, literary, or artistic production of which he or she is the author”. Setiap orang mempunyai hak untuk
mendapat perlindungan bagi kepentingan moral dan material yang berasal dari ciptaan ilmiah, sastra atau hasil seni yang mana dia merupakan penciptanya.
Hak Kekayaan Intelektual, secara substantif dapat diartikan sebagai Hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Hak
atas Kekayaan Intelektual atau Intelektual Property Right dikelompokan dalam hak yang dimiliki secara perorangan yang tidak dalam wujud kebendaan. Hak
tersebut secara khusus diberikan kapada pemilik dan pemegang hak dalam hal mengumumkan, memperbanyak dan mengedarkannya, atau memberikan ijin
kepada orang lain atas ciptaannya bersifat immaterial yang melindungai hubungan kepentingan antara pencipta dengan keasliannya ciptaannya.
Keberadaan UUHC memang diperuntukkan khusus untuk melindungi hak bagi mereka yang telah menghasilkan karya-karya yang berasal dari
pcngungkapan ekspresi intelaktualitas intangible, dan bukannya yang bersifat kebendaan tangible, apabila yang belum berwujud apa-apa seperti ide-ide
informasi dan lain sebagainya tersebut dengan batasan waktu tertentu. Pengaturan hak cipta pertama kali melalui perjanjian multilateral
diwujudkan dalam Berne Convention pada Tahun 1886 sebagaimana telah direvisi di Paris 1971, merupakan perjanjian multilateral yang pertama dan utama tentang
hak cipta. Berne Convention ini lah yang meletakkan dasar aturan tentang lingkup
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perlindungan hak cipta, kepemilikan hak cipta, hak-hak pencipta, jangka waktu perlindungan hak cipta dan pengecualiaan hak cipta.
Berne Convention juga meletakkan tiga prinsip dasar yaitu:
16
1. National Treatment artinya Perlindungan yang sama bagi
karya cipta warga negara sendiri maupun warga negara lain peserta konvensi.
2. Automatically Protection artinya pemberian perlindungan hak
cipta dapat dilakukan tanpa adanya pendaftaran secara formal. 3.
Independent Protection artinya pemanfaatan dan perlindungan ciptaan di negara lain tidak bergantung pada perlindungan di
negara asal ciptaan.
Awalnya, Indonesia mengadopsi Konvensi Bern dalam pengaturan Hak Cipta di Indonesia. Konvensi Bern semenjak ditanda tangani sampai dengan 1
Januari 1996 telah 117 negara yang meratifikasinya. Belanda yang menjajah Indonesia pada 1 November 1912 juga memberlakukan keikutsertaannya pada
Konvensi Bern berdasarkan asas konkordansi bagi lndonesia dengan kata lain, Indonesia semenjak tahun 1912 telah mempunyai undang-undang hak cipta
Auteuresvlet 1912 berdasarkan Undang-Undang Belanda tanggal 29 Juni 1911 Staatblad Belanda Nomor 197 yang memberi wewenang pada Ratu belanda
untuk memberlakukannya bagi Negara Belanda sendiri dan negara-negara jajahannya Konvensi Bern 1886 berikut revisi yang dilakukan pada 13 november
1908 di Berlin. Namun demikian, semenjak 15 Maret 1958 indonesia menyatakan
berhenti menjadi anggota Konvensi Bern berdasarakan surat NO.15.140 XII tanggal 15 Maret 1958. Menteri Luar Negeri Soebandrio waktu itu menyatakan
pada Direktur Biro Berne Convention rnenyatakan tidak menjadi anggota The
16
Ibid., hlm. 18.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bern Convention. Dalam kurun waktu hampir 100 seratus tahun keberadaan konvensi Bern, tercatat lima negara anggota yang menyatakan berhenti menjadi
anggota konvensi, yaitu: Haiti 1887-1943, Montenegro 1893-1900, Liberia 1908-1930, lndonesia 1913-1960, Syiria 1924-1962. Tiga puluh tujuh tahun.
Kemudian, tepatnya 7 Mei 1997, lndonesia rnenyatakan ikut serta kembali menjadi anggota Konvensi Bern dengan rnelakukan ratifikasi dengan Keppres Rl
NO.16 tahun 1997, hal ini sebagai konsekwensi keikutsertaan Indonesia dalam forum WTO, yang diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.
17
Sejak zaman Belanda hak cipta diatur pada Auteurswet Tahun 1912 Stb. No. 600 aturan tentang hak cipta ini tampaknya sudah tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan masyarakat serta cita-cita hukum nasional, sehingga pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan
Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-
undang hak cipta yang pertama di Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan UUHC yang kini berlaku. Undang-Undang ini dikeluarkan untuk merealisasi amanah Garis Besar
Haluan Negara GBHN dalam rangka pembangunan dibidang Hukum, dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi pencipta dan hasil karya
ciptaanya diharapkan penyebarluasan hasil kebudayaan dibidang karya ilmu seni
17
Uning Kesuma Hidayah, Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Terhadap Pembajakan CDVCD Studi Kasus di Jawa Tengah, Semarang: 2008, hlm.53.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan sastra dapat dilindungi secara yuridis yang pada gilirannya dapat mempercepat proses pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
18
Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam pergaulan antar negara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi
pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia World Trade Organization–WTO, yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Propertyrights - TRIPs Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual. Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor
7 Tahun 1994. Pada Tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasi World
Intellectual Property Organization Copyrights Treaty 22 Perjanjian Hak Cipta WIPO melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
Hal baru yang diatur dalam UUHC ini adalah diaturnya hak Persewaan atau rental rights yang memang belum pernah diatur dalam undang-undang hak
cipta terdahulu. Selain itu, UUHC juga menempatkan pelanggaran terhadap hak cipta sebagai tindak pidana biasa, bukan delik aduan sebagaimana dianut dalam
undang-undang hak cipta terdahulu serta memberikan kesempatan bagi pencipta dan pemilik hak cipta untuk mempertahankan haknya melalui gugatan perdata
maupun pidana. Menurut ketentuan Pasal 11 ayat UUHC, ciptaan yang dilindungi oleh
UUHC adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi bebagai jenis karya berikut ini:
18
Ibid., hlm. 49.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Buku, program komputer, Famflet, susunan perwajahan karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya; 2.
Ceramah, kuliah, pidato, clan eiptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
4. Ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks, termasuk karawitan, dan
rekaman suara; 5.
Drama, tari koregrati, pewayangan, pantomin; 6.
Karya pertunjukan; 7.
Karya siaran; 8.
Seni rupa dalam bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrali, seni pabat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni kerajinan
tangan; 9.
Arsitektur; 10.
Peta; 11.
Seni batik; 12.
Fotografi; 13.
Sinematografi; 14.
Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai dan karya lainnya dari hasil pengalihwujudan.
B. Pengertian Karya Cipta Lagu dan Musik