Kesalahan Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Menurut Hukum

Pencemaran lingkungan hidup yang berupa pencemaran air, udara, debu, suara pada umumnya merupakan akibat dari aktivitas korporasi. Hal ini merupakan masalah di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonseia yang mulai pesat dengan insdutrialisasi. 54

C. Kesalahan Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Menurut Hukum

Pidana Tidak ada rumusan mengenai kesalahan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan keterangannya pun tidak dapat ditemukan. 55 Akan tetapi secara umum dalam hukum pidana, termasuk kesalahan schuld adalah kesengajaan dolus dan kelalaian atau kealpaan culpa. Kesengajaan dolus adalah suatu tindakan yang dilakuakn dengan kesadaran dan dalam keadaan normal, tahu akibat yang ditimbulkannya itu bisa mengakibatkan suatu tindak pidana. Sedangkan kelalaian atau kealpaan culpa adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan kesadaran , normal pikirannya, dan tidak mengetahui akibat yang ditimbulkan tindakannya karena tidak berhati-hati, bahwasanya dapat menimbulkan tindak pidana. 56 Kesengjaan merupakan bagian dari schuld. Kesengjaan pelaku memiliki hubungan kejiwaan yang lebih erat terhadap suatu tindakan terlarang dibandingkan dengan culpa karenanya ancaman pidana pada suatu delik jauh lebih berat, apabila dilakukan dengan sengaja, dibandingkan dengan apabila dilakukan dengan kealpaan. Bahkan ada beberapa tindakan tertentu, jika 54 http:www.mpbi.orgcontenttesis-ivan-v-ageung-kejahatan-korporasi-dalam-kasus- luapan-lumpur-lapindo-brantas-inc, diakses tanggal 25 Oktober 2010. 55 Moeljatno., Asas-Asas Hukum Pidana, Op. cit., hal. 171. 56 EY. Kanter., dan SR. Sianturi., Op. cit., hal. 166, dan hal. 192. Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan kealpaan, tidak merupakan tindak pidana, yang pada hal jika dilakukan dengan sengaja, tindakan itu merupakan suatu kejahatan. Menurut penjelasan memorie van teolichting yang dimaksdu dengan kesengajaan adalah ”menghendaki dan menginsyafi terjadinya suatu tindakan beserta akibatnya”. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja, ahrus menghendaki dan menginsyafi suatu tindakan tersebut dan atau akibatnya. Karena itu, jika seseorang dipaksa atau ditodong, dan orang yang ditodong itu melakukan suatu tindakan pula, maka tidak dapat dikatakan tindakan seseorang terhadap yang memaksa itu merupakan suatu yang disengaja. Demikian pula oarang gila yang lari-lari dengan telanjang di muka umum, atau seorang anak yang mempertunjukkan gambar-gambar porno, tidak dapat dikatakan bahwa tindakannya itu dikehendakai dan diinsyafinya walaupun merusak kesusilaan. 57 Mengenai sifat dari kesengjaan, ada dua jenis sifat kesengjaan tersebut, pertama, dolus masul, yaitu dalam hal seseorang melakukan suatu tindak pidana, tidak saja pelaku itu menghendaki tindakannya itu, tetapi pelaku juga menginsyafi bahwa tindakannya itu dilarang oleh undang-undang dan diancam dengan pidana. Kedua, kesengjaan yang tidak memiliki sifat tertentu, cukup apabila apabila pelaku menhendaki tindakannya itu. Artinya ada hubungan yang erat antara kejiwaannya bathin dengan tindakannya, tidak disyaratkan apakah pelaku itu menginsyafi bahwa tindakannya itu dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang. 58 57 Ibid., hal. 167. 58 Ibid., hal. 171. Universitas Sumatera Utara Mengenai kealpaan culpa, sikap batin dari orang yang menimbulkan keadaan yang dilarang itu bukanlah menentang larangan-larangan tersebut, akan tetapi pelaku tidak menghendaki atau menyetujui timbulnya hal yang terlarang, melainkan karena kelalaian atau ketidakwaspadaannya ketika berbuat tindakan tersebut. 59 Dalam KUH Pidana tidak diberikan definisi mengenai kelalaian, hanya dalam Memorie van Toelichting MvT dinyatakan bahwa kelalaian culpa adalah terletak antara sengaja dan kebetulan. Jadi, bukanlah semata-mata menentang larangan tersebut justru tetap melakukan larangan itu tanpa hati-hati. Pelaku memang benar-benar alpa lalai, teledor dalam melakukan perbuatan tersebut. Ditinjau misalnya Pasal 359 KUH Pidana berbunyi ”Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang, diancam dengan pidana penjara maksimum lima tahun atau kurungan maksimum satu tahun”. Jadi, kata-kata karena kealpaannya yang dipergunakan pada pasal ini sekaligus berfungsi sebagai unsur kesalahannya yang berbentuk culpa dan unsur tindakannya yang dapat terdiri dari aneka ragam cara yang menyebabkan mati atau luka seseorang. 60 Apabila dirujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”Kealpaan” bermakna sama dengan “Kelalaian” atau ”Kelengahan”. 61 59 Moeljatno., Asas-Asas Hukum Pidana., hal. 198. 60 Andi Hamzah., Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hal.125. 61 Kamus Besar Bahasa Indonesia., Op. cit., hal. 24. Yang dimaksud dengan Kealpaan pada dasarnya ialah kekurang hati-hatian atau lalai, kekurangwaspadaan, kesemberonoan atau keteledoran, kurang menggunakan ingatannya atau kekhilafan atau sekiranya dia hati-hati, waspada, tertib atau ingat, peristiwa itu tidak akan terjadi atau akan dapat Universitas Sumatera Utara dicegahnya. 62 Setidaknya menurut Andi Hamzah, ada 2 dua unsur harus dipenuhi sehingga suatu perbuatan tersebut dapat dikatakan kelalaian culpa yaitu pertama, terdakwa dapat melihat ke depan yang akan terjadi dan yang kedua, unsur kekuranghati-hatian. 63 Sehubungan dengan pemaparan mengenai kesalahan-kesalahan menurut hukum pidana di atas, merupakan asas hukum pidana yang dikenal secara umum terhadap tindak pidana yang bersifat umum. Akan tetapi tidak selamanya kesalahan merupakan unsur dapat dipertanggungjawabkannya suatu perbuatan pidana. Sebagaimana asas hukum pidana disebutkan bahwa geen straf zonder schuld artinya tiada pidana tanpa kesalahan. 64 62 S.R. Sianturi., Tindak Pidana Di KUHP Berikut Uraiannya, Jakarta: Alumni AHM- PTHM, 1983, hal. 511. 63 Andi Hamzah., Asas-Asas Hukum Pidana, hal. 125. 64 Ibid., hal. 120. Jadi, menurut asas ini bahwa tidak dapat dipidanakan terhadap seseorang apabila seseorang itu tidak memiliki kesalahan. Hal ini berkaitan erat dengan asas hukum pidana yang dinyatakan bahwa ”praduga tidak bersalah”. Sebelum seseorang itu membuktikan ada atau tidaknya suatu kesalahan baginya, maka terhadap diri seseorang tersebut, tidak bisa dikatakan dirinya itu bersalah, akan tetapi apabila seseorang itu tidak dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, maka terhadapnya tidak dibenarkan suatu tindakan pidana apaun untuk dijatuhkan kepadanya. Jadi, pandangan mengedepankan pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan liability based on fault yang dikenal dalam perspektif hukum pidana secara umum KUH Pidana. Universitas Sumatera Utara

D. Unsur Kesalahan Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup Menurut

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Korporasi Yang Melakukan Tindak Pidana Di Bidang Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)

1 45 140

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai

1 36 154

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI INDONESIA BERDASAR UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 3 12

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM PASAL 118 UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

0 4 16

PENDAHULUAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM PASAL 118 UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

0 6 24

PENUTUP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM PASAL 118 UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

0 4 4

Undang Undang No 32 TAHUN 2009 tentang PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 110

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 41

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP KORPORASI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP (UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) - repo unpas

0 0 12

UNSUR-UNSUR DAN SANKSI TINDAK PIDANA PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG- UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 57