1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan
paradigma berfikir dalam memahami unsur kesalahan dalam tindak pidana lingkungan hidup berdasarkan undang-undang. Selain itu, penelitian ini
dapat menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lanjutan serta dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Penelitian ini juga
dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana lingkungan hidup; dan
2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi aparat penegak hukum terkait
misalnya Polisi, Jaksa, Hakim, Advokat, lembaga terkait seperti Bapedal, LSM, Masyarakat, dan lain-lain, khususnya Hakim yang mengadili kasus
berkenaan dengan tindak pidana lingkungan hidup.
D. Keaslian Penelitian
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pemeriksaan data tentang judul skripsi, ”Unsur
Kesalahan Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup”. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai judul yang persis sama dengan judul di dalam penelitian ini, di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara,
ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan peneliti lain dalam topik dan permasalahan yang sama.
Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dikatakan memiliki keaslian, dan jauh dari unsur plagiat serta sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus
dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif dan terbuka. Hal ini sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian perbuatan pidana actus reus dan unsur pidana
Perbuatan pidana menurut Moeljatno, adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana tertentu bagi barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.
9
Simons, menyatakan perbuatan pidana adalah suatu tindakan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja
oleh seseorang yang dapat dipertangungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang dapat
dihukum.
10
Perbuatan pidana dapat diwujudkan dengan kelakuan aktif positif sesuai dengan uraian delik yang mensyaratkannya, seperti mencuri sebagaimana dalam
Pasal 362 KUHP, yang disebut delictum commissionis. Ada juga perbuatan pidana yang diwajibkan dengan kelakuan pasif negatif sesuai dengan uraian delik yang
mensyaratkannya, misalnya pelanggaran terhadap orang yang memerlukan pertolongan sebagaimana dalam Pasal 531 KUHP dinamakan delictum omissionis.
Di samping itu ada delik yang dapat diwujudkan dengan berbuat negatif dinamakan delicta commissinis per omnissionem commisa, misalnya ketentuan
9
Moeljatno., Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, hal. 54.
10
Simons., dalam Leden Marpaung., Unsur-Unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum Delik, Cetakan I, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1991, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara