Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan Aren (Arenga pinnata).

(1)

KAJIAN POTENSI, KONTRIBUSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AREN (Arenga pinnata). (Studi Kasus : Desa Rumah Sumbul,

Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

LUSIANA P. NAIBAHO 061201042/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan Aren (Arenga pinnata)

Nama : Lusiana Patricia Naibaho

NIM : 061201042

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Agus Purwoko, S.Hut., M.Si Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP

Mengetahui :

Ketua Departemen Kehutanan


(3)

ABSTRAK

LUSIANA NAIBAHO : Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan

Aren (Arenga pinnata Merr.) (Studi kasus Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang). Dibimbing oleh AGUS PURWOKO dan

KANSIH SRI HARTINI.

Tanaman aren merupakan salah satu kekayaan nabati yang dimiliki Indonesia, tumbuh subur dan tersebar luas di seluruh pelosok nusantara termasuk Desa Rumah Sumbul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman aren, kontribusi tanaman aren dan prospek pengembangan tanaman aren di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni-Juli 2010 di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif melalui metode wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman aren masih bersifat tradisional atau sederhana. Tanaman aren menghasilkan nira sebagai bahan baku utama pembuatan gula merah dan minuman beralkohol (tuak), kolang-kaling, ijuk, dan kayu bakar. Nilai ekonomi tanaman aren Rp 571.200.000/tahun dan nira memberikan kontribusi yang paling besar yakni Rp 432.048.000/tahun (78.26%). Tanaman aren merupakan pendapatan utama dengan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 61.73%.

Kata kunci : Tanaman Aren, Pendapatan Rumah Tangga, Pengolahan Tanaman Aren


(4)

ABSTRACT

Lusiana Naibaho. Potential Study, Contribution and Development Prospects

Aren (Arenga pinnata Merr.). (Case Study in Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict , Deli Serdang District). Under the guidance of AGUS PURWOKO and KANSIH SRI HARTINI.

Palm plant is one of the natural source owned by Indonesia, thrive and spread throughout the archipelago, including the Rumah Sumbul Village. This study aims to know the potency, contribution and prospects development of the palm plants in Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict, Deli Serdang District. The research was conducted in June-July 2010 at the Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict, Deli Serdang District. The research was done by using descriptive analysis through the interview method.

The results of research showed that the cultivating of the palm plant is still traditional or simple. Palm plants produce sugar palm sap as the main raw material for brown sugar and alcoholic beverages (tuac), kolang-kaling, fibre of palmtree, and firewood. The economic value of palm plants is Rp 571.200.000 every year and sugar palm sap is the biggest contributing with Rp 432.048.000 every year (78.26%). Plant palm is the main income while contributing to household income amounted to 61.73%.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangururan Kabupaten Samosir pada tanggal 17 Mei 1988 dari ayah Alri Naibaho (almarhum) dan ibu Erta Simbolon. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 173105 Tarutung dan lulus tahun 2000 kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Tarutung dan lulus tahun 2003, pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Tarutung. Pada tahun yang sama diterima masuk di Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama perkuliahan penulis tergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva USU. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Taman Nasional Gunung Leuser di Tangkahan dan di Kepulauan Sembilan Kabupaten Deli Serdang. Kemudian penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PERUM PERHUTANI Unit II Jawa Timur KPH Banyuwangi Selatan Kabupaten Banyuwangi Selatan Jawa Timur. Penelitian dilakukan di Desa Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan Aren (Arenga pinnata) (Studi Kasus : Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.P selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis. Penulis juga menghaturkan pernyataan terimakasih sebesar-besarnya kepada orang tua penulis Erta Simbolon yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik selama ini juga kepada saudara-saudara penulis yang selalu memberikan doa dan semangat.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang mendukung penyelesaian skripsi ini seperti masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kepala Desa Rumah Sumbul serta rekan-rekan seangkatan atas semangatnya dan bantuannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2010


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tanaman Aren ... 9

Morfologi Tanaman Aren... 9

Jenis-Jenis Tanaman Aren ... 11

Syarat Tumbuh Tanaman Aren ... 12

Potensi Tanaman Aren ... 13

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu ... 24

Alat dan Bahan ... 24

Objek dan Data Penelitian ... 25

Metode Pengumpulan Data ... 25

Analisis data ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Rumah Sumbul ... 32

Pengelolaan Tanaman Aren... 36

Potensi Tanaman Aren ... 41

Kontribusi Tanaman Aren ... 43

Pendapatan Rumah TanggaPemanfaatan Tanaman Aren ... 46

Prospek Pengembangan Tanaman Aren ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56

Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Persentase Pendapatan Tanaman Aren ... 28

2. Kontribusi Ekonomi Daerah ... 29

3. Waktu yang Digunakan Tenaga Kerja ... 30

4. Persentase Tenaga Kerja Serapan (Petani Aren) ... 30

5. Keadaan Pasar... 31

6. Pembagian Wilayah Desa Rumah Sumbul ... 33

7. Sarana dan Prasarana Desa Rumah Sumbul ... 35

8. Hasil Perhitungan Potensi Tanaman Aren di Desa Rumah SumbulHubungan luas lahan dengan pendapatan responden... 42 9. Jenis Pemanfaatan Tanaman Niraoleh Petani Aren ... 43

10. Nilai Ekonomi Tanaman Aren yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Rumah Sumbul ... 44 11. Persentase pendapatan dari Tanaman Aren dan Selain Tanaman Aren.. 46

12. Persentase Ekonomi Rumah Tangga………... 51

13. Persentase Jumlah Waktu yang dipergunakan Petani Aren ... 53


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Produk Turunan dari Tanaman Aren ... 13

2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh Pengrajin ... 19 3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut oleh Industri ... 20

4. Kantor Kepala Desa Rumah Sumbul ... 32

5. Tanaman Aren di Desa Rumah Sumbul ... 36

6. Tualang... 37

7. (a) Parang; (b) Tungkil; (c) batu Asah ... 38

8. (a) Bumbung dari Bambu; (b)Bumbung diikat pada tandan Aren ... 39

9. (a) Buah Manggis; (b) Akar Pohon Raja; (c) Bumbung dicuci Menggunakan Air Panas ... 40 10. Menyadap Nira ... 37

11. Persentase Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Tanaman Aren yang Dimanfaatkan Desa Rumah Sumbul ... 45 12. Persentase Jumlah Pengambil Hasil Tanaman Aren dimanfaatkan Desa Rumah Sumbul ... 45 14. (a) Pemasakan Gula merah dalam Kuali; (b) Gula Merah yang telah dicetak ... 49 15. Skema Panjualan Hasil Tanaman Aren ... 55


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1 Bentuk kuisioner penelitian ... 59 2 Data responden DesaRumah Sumbul ... 68


(11)

ABSTRAK

LUSIANA NAIBAHO : Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan

Aren (Arenga pinnata Merr.) (Studi kasus Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang). Dibimbing oleh AGUS PURWOKO dan

KANSIH SRI HARTINI.

Tanaman aren merupakan salah satu kekayaan nabati yang dimiliki Indonesia, tumbuh subur dan tersebar luas di seluruh pelosok nusantara termasuk Desa Rumah Sumbul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman aren, kontribusi tanaman aren dan prospek pengembangan tanaman aren di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni-Juli 2010 di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif melalui metode wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman aren masih bersifat tradisional atau sederhana. Tanaman aren menghasilkan nira sebagai bahan baku utama pembuatan gula merah dan minuman beralkohol (tuak), kolang-kaling, ijuk, dan kayu bakar. Nilai ekonomi tanaman aren Rp 571.200.000/tahun dan nira memberikan kontribusi yang paling besar yakni Rp 432.048.000/tahun (78.26%). Tanaman aren merupakan pendapatan utama dengan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 61.73%.

Kata kunci : Tanaman Aren, Pendapatan Rumah Tangga, Pengolahan Tanaman Aren


(12)

ABSTRACT

Lusiana Naibaho. Potential Study, Contribution and Development Prospects

Aren (Arenga pinnata Merr.). (Case Study in Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict , Deli Serdang District). Under the guidance of AGUS PURWOKO and KANSIH SRI HARTINI.

Palm plant is one of the natural source owned by Indonesia, thrive and spread throughout the archipelago, including the Rumah Sumbul Village. This study aims to know the potency, contribution and prospects development of the palm plants in Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict, Deli Serdang District. The research was conducted in June-July 2010 at the Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict, Deli Serdang District. The research was done by using descriptive analysis through the interview method.

The results of research showed that the cultivating of the palm plant is still traditional or simple. Palm plants produce sugar palm sap as the main raw material for brown sugar and alcoholic beverages (tuac), kolang-kaling, fibre of palmtree, and firewood. The economic value of palm plants is Rp 571.200.000 every year and sugar palm sap is the biggest contributing with Rp 432.048.000 every year (78.26%). Plant palm is the main income while contributing to household income amounted to 61.73%.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan dan ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan dan hasil kayu maupun bukan kayu memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Salim (1997) menjelaskan bahwa manfaat hutan terdiri dari manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat yaitu masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil hutan, serta berbagai hasil hutan ikutan seperti getah, buah-buahan dan minyak atsiri sedangkan pemanfaatan secara tidak langsung seperti hutan telah menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh seluruh manusia.

Tanaman aren yang merupakan salah satu kekayaan nabati yang dimiliki Indonesia, tumbuh subur dan tersebar luas di seluruh pelosok nusantara terutama terdapat di 14 propinsi, seperti : Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas areal di 14 propinsi sekitar 70.000 Ha (Maliangkay, 2009).

Kawasan Sibolangit hingga Berastagi (sebelah barat Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Tanah Karo), dengan ketinggian 500– 1200 meter di atas permukaan air laut, merupakan kawasan potensial untuk pengembangan pangan (gula) dan pemanfaatan energi terbarukan (panas bumi dan biomassa) untuk biofuel, khususnya bioetanol (Deputi Program Riset dan IPTEK, 2007). Berdasarkan hasil survei di Kecamatan Sibolangit, produktivitas nira aren


(14)

etanol 70-90%. Belum semua tanaman aren termanfaatkan, hal ini disebabkan faktor distribusi dan populasi tanaman aren yang tidak merata (Siregar, 2007).

Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari bagian-bagian fisik pohon maupun dari hasil-hasil produksinya. Hampir semua bagian-bagian fisik pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya : akar (untuk obat tradisional dan peralatan), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang disebut dengan kawung). Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya : buah aren muda (untuk pembuatan kolang-kaling sebagai bahan pelengkap minuman dan makanan), air nira (untuk bahan pembuat gula merah dan cuka), pati atau tepung dalam batang (untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan dan minuman) (Sunanto, 1993).

Pemanfaatan dan pemahaman masyarakat tentang produksi tanaman aren masih sangat terbatas. Tanaman aren belum dibudidayakan dan sebagian besar diusahakan dengan menerapkan teknologi yang minim (tradisional). Pengembangan tanaman aren ke depan harus diusahakan dalam bentuk agribisnis tanaman aren. Sehingga salah satu komponen produksi yang mutlak diperhatikan dan dikelola dengan baik ke depan, yaitu budidaya tanaman aren, termasuk penyediaan benih bermutu dan pembibitan tanaman aren sebagai bahan tanaman (Balai penelitian Kelapa dan Palma Lain, 2007).

Masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupatan Deli Serdang memanfaatkan tanaman aren sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Oleh karena itu, perlu dikaji potensi, kontribusi dan prospek pengembangan tanaman aren di daerah ini. Pengembangan tanaman aren di Desa


(15)

Rumah Sumbul seharusnya merupakan salah satu upaya yang harus ditingkatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut, karena keberadaan tanaman aren ini mempunyai arti penting bagi peningkatan keadaaan sosial ekonomi masyarakat dan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan masyarakat.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apa yang menjadi potensi tanaman aren (Arenga pinnata) yang dapat diperoleh oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

2. Berapa besar kontribusi tanaman aren (Arenga pinnata) terhadap masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

3. Bagaimana prospek pengembangan tanaman aren (Arenga pinnata) oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kabupaten Deli Serdang.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui potensi tanaman aren (Arenga pinnata) yang diperoleh masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

2. Mengetahui kontribusi tanaman aren (Arenga pinnata) terhadap pendapatan masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang


(16)

3. Mengetahui prospek pengembangan tanaman aren (Arenga pinnata) yang terdapat di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang untuk mengembangkan agribisnis berbasis tanaman aren (Arenga pinnata) dalam program pengembangan masyarakat

2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang potensi , kontribusi, dan prospek pengembangan tanaman aren (Arenga pinnata)

3. Sebagai informasi bagi instansi-instansi terkait serta pihak lainnya untuk penelitian selanjutnya.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan industri yang sudah sejak lama kita kenal. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Selama ini permintaan produk-produk dari tanaman aren masih dilayani dengan mengandalkan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Jika tanaman aren ditebang untuk diambil tepungnya (patinya), tentu saja populasi tanaman aren mengalami penurunan dengan cepat karena tidak diimbangi dengan kegiatan pengembangan.

Aren atau enau (Arenga pinnata), tersebar di seluruh kepulauan nusantara, dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Tanaman yang berasal dari Assam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan, di hampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan dan perawatan. Bahkan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum dibudidayakan (Gultom, 2009).

Tiap tahun Sumatera Utara hanya mampu memproduksi 2.708 ton gula aren dari lahan sekitar 4.400 hektar yang tersebar secara acak di hutan-hutan tropis. Sedangkan kebutuhan pertahun, Sumatera Utara membutuhkan 20.000 ton. Begitu juga peluang ekspor, Sumatera Utara belum dapat menyanggupi permintaan gula aren sejumlah negara di kawasan Asia dan Eropa seperti Jepang. Petani aren di Sumatera Utara belum menjadikan tanaman bagot (aren) sebagai komoditas unggulan. Tanaman aren masih dikelola secara tradisional dan terbatas


(18)

masih mengandalkan bibit dari aren yang tumbuh alami di kebunnya. Biji-biji aren yang menjadi bibit tersebut biasanya disebarkan oleh musang. Selain pengelolaan kebun, penyadapan dan pengolahan hasil juga masih dilakukan dengan cara tradisional. Peluang mengembangkan industri hilir dari tanaman aren di Sumatera Utara masih terbuka lebar. Selain karena pasaran lokal masih terbuka, juga adanya pangsa pasar eksport yang menjanjikan (Siregar, 2007).

Luas areal pertanaman aren di Sulawesi Utara hingga tahun 2004 mencapai 2.942 Ha yang tersebar di 7 kabupaten dan 44 kecamatan. Peluang pengembangan produk tanaman aren dilakukan dengan cara-cara seperti optimalisasi produk, penggunaan teknologi dan pengembangan pasar. Jenis produk yang potensial dan mempunyai peluang export adalah alkohol teknis, gula semut, gula merah, alkohol untuk bahan bakar dan minuman beralkohol. Tanaman aren di Sulawesi Utara sangatlah layak dan signifikan untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati dengan pertimbangan adanya ketersediaan tenaga kerja terampil, proses penyulingan (destilasi), meski terbilang sederhana, telah dikenal masyarakat Sulawesi Utara sehingga sentuhan teknologi terapan (tepat guna) merupakan solusi terhadap faktor produktifitas, masih tersedia ribuan hektar lahan tidur yang jika diperlukan dapat dimanfaatkan dan diversifikasi produk saguer dan captikus menjadi bioetanol dapat menunjang ketahanan sosial–ekonomi masyarakat Sulawesi Utara (Mononutu, 2007).

Gula aren selama ini menjadi sumber mata pencaharian penting bagi para petani di sentra-sentra produksinya. Salah satu sentra produksi gula aren di adalah di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten yaitu tepatnya di Desa Hariang, Kecamatan Sobang. Kabupaten Lebak dikenal sebagai salah satu daerah penghasil gula aren


(19)

terbesar di Indonesia. Industri gula aren di kabupaten ini menyerap 5.406 tenaga kerja melalui 2.982 unit usaha mikro dan kecil, belum termasuk tenaga kerja di saluran distribusinya. Kapasitas produksi per tahun mencapai 2.249,4 ton yang tersebar di 44 sentra produksi (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, 2005).

Tinjauan Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) Morfologi Tanaman Aren (Arenga pinnata)

Taksonomi dari tanaman aren (Arenga pinnata Merr) adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Arecales

Family : Arecaceae Genus : Arenga

Spesies : Arenga pinnata Merr.

Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren banyak terdapat mulai dari Pantai Timur India sampai ke daerah Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara (Sunanto, 1993).

Tanaman atau pohon aren itu hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos

nucifera). Bedanya jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun dan


(20)

batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tua pun sulit untuk diambil atau dilepaskan dari batangnya (Sunanto, 1993).

Tanaman aren bisa tumbuh besar, kalau sudah tua. Garis tengah batangnya bisa sampai 65 cm, sedang tingginya 15 m. Kalau ditambah dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya bisa sampai 20 meter. Waktu pohon masih muda, batang itu belum begitu kelihatan karena tertutup oleh pangkal-pangkal pelepah daun. Baru setelah daun paling bawahnya sudah gugur maka batangnya mulai kelihatan. Kadang-kadang sampai 3,5 tahun baru daunnya yang tertua gugur dari ruas yang paling bawah (Soesono, 1991).

Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegahan erosi terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20%. Akar-akarnya yang direndam dalam air sehingga kulitnya mengelupas menghasilkan suatu material anyaman yang mudah dibelah-belah. Akar pohon aren juga dapat digunakan untuk benang kail karena mempunyai sifat yang sangat kuat (Sunanto, 1993).

Batang pohon ini tidak mempunyai lapisan kambium, sehingga tidak dapat tumbuh semakin besar lagi. Daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur tiga tahun) bentuk daunnya belum bersirip (berbentuk kipas). Sedang daun tanaman aren yang sudah dewasa dan tua bersirip ganjil seperti daun tanaman kelapa, namun ukuran daun dan pelepah daunnya lebih besar dan lebih kuat jika dibandingkan dengan daun tanaman kelapa. Warna daun tanaman aren adalah hijau gelap sedangkan warna daun tanaman kelapa agak terang.


(21)

Menurut Sunanto (1993), buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat berdiameter 4-5 cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti siung bawang putih. Adapun bagian-bagian dari buah aren terdiri dari : 1. Kulit luar, halus dan berwarna hijau pada waktu masih muda dan menjadi

kuning setelah tua (masak)

2. Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan

3. Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak

4. Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda dan berwarna putih, padat atau agak keras pada waktu buah sudah masak.

Tiap untaian buah panjangnya bisa mencapai 1.5-1.8 meter, dan tiap tongkol (tandan buah) terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan terdapat banyak buah, beratnya mencapai 1-2.5 kuintal. Buah yang tengah masak dapat dibuat kolang-kaling. Dan pada satu pohon aren sering didapati 2-5 tandan buah yang tumbuhnya agak serempak.

Jenis-Jenis Tanaman Aren (Arenga pinnata)

Menurut Sunanto (1993), sampai saat ini dikenal ada 3 jenis aren yaitu : 1. Aren (Arenga pinnata)

2. Aren Gelora (Arenga undulatifolia). Aren jenis ini mempunyai batang bertunas sehingga tampak berumpun. Daunnya tersusun teratur dalam satu bidang datar, sisi daunnya bercuping banyak dan bergelombang. Aren ini tumbuh liar di hutan-hutan Kalimantan, Sulawesi dan Filipina pada daerah ketinggian 0-900


(22)

meter di atas permukaan laut. Dalam keadaan darurat, penduduk pedalaman Kalimantan sering memanfaatkan tepung aren gelora untuk dimakan. Sedangkan daunnya untuk atap rumah. Tanaman ini sebenarnya berpotensi sebagai tanaman hias.

3. Aren sagu (Arenga microcarpa). Aren sagu adalah suatu jenis tumbuhan aren yang berbatang tinggi, sangat ramping dan berumpun banyak.

Syarat Tumbuh Tanaman Aren

Tanaman Aren (Arenga pinnata) sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung) dan berpasir. Tetapi tanah ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (derajat keasaman tanah terlalu asam) (Soesono, 1991).

Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tersebut dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang memuaskan (Soesono, 1991).

Banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman aren. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Faktor lingkungan tumbuhnya juga berpengaruh. Daerah-daerah perbukitan yang lembab, dimana di sekelilingnya banyak tumbuh berbagai tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto, 1993).


(23)

Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata)

Tanaman aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Dalam gambar pohon industri (Gambar 1) adalah beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan (Bank Indonesia, 2008).

Gambar 1 Produk Turunan dari Tanaman Aren. Sumber : Bank Indonesia, 2008

Aren Akar Batang Arak Akar

Industri Alat Rumah Tangga/Bangunan Industri

Obat

Sagu Industri Makanan

Industri Lem Daun

Industri Rokok

Industri Botol

Bunga Nira

Industri Makanan dan Minuman Kolang-Kaling Gula Aren


(24)

Potensi/manfaat yang dapat dihasilkan dari tanaman aren (Arenga pinnata) ini, yaitu :

a. Gula Merah dan Gula Semut

Penyadapan Nira

Gula merah aren dibuat dari tanaman aren. Nira ini dihasilkan dari penyadapan tonggol (tandan) bunga jantan. Jika yang disadap tonggol bunga betina, maka akan diperoleh nira yang tidak memuaskan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Setiap tongkol bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai tongkolnya habis atau mengering. Nira hasil sadapan selama periode ini, mula-mula jumlahnya sedikit kemudian jumlahnya meningkat sampai pertengahan masa sadap dan akhirnya kembali jumlahnya sedikit. Satu tongkol bunga dapat menghasilkan 4-5 liter nira (dua kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan pohon aren tersebut (Sunanto, 1993).

Untaian-untaian bunga jantan lebih pendek dari untaian-untaian bunga betina. Untaian buang jantan panjangnya hanya sekitar 50 cm, untaian bunga betina panjangnya dapat mencapai 175 cm. Persiapan penyadapan merupakan kegiatan yang sangat penting agar dapat memperoleh nira yang cukup banyak dan lama penyadapannya dapat lebih lama. Kegiatan ini terdiri dari pembersihan tandan, bunga dan memukul-mukul tandan. Pembersihan tandan dilakukan jika bunga jantan belum pecah kulitnya, yaitu dengan membersihkan ijuk yang ada di sekitar tandan dan sekaligus membuang (menghilangkan) dua pelepah daun yang berada di atas dan di bawah tandan bunga. Pembersihan ini dilakukan agar lebih mudah melakukan penyadapan.


(25)

Setelah di sekeliling tandan bersih, kemudian tandan diayun-ayunkan dan dipukul-pukul agar dapat memperlancar keluarnya nira melalui pembuluh kapiler (pembuluh phloem). Pemukulan dilakukan dengan kayu secara ringan (tidak terlalu keras) dan tandan jangan sampai terluka. Pengayunan dan pemukulan tersebut dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang waktu dua hari. Untuk melihat apakah bunga jantan yang sudah diayun dan dipukul itu sudah atau belum menghasilkan nira, maka tandan ditoreh (dilukai) jika torehan belum mengeluarkan cairan, maka tongkol perlu diayun-ayunkan dan dipukul-pukul lagi. Jika torehan sudah mengeluarkan cairan, maka sudah siap disadap niranya. Kemudian tandan bunga dipotong tepat pada torehan tersebut dengan sabit atau parang yang tajam. Setelah tandan dipotong, kemudian diletakkan sebuah bumbung bambu yang khusus dibuat untuk menampung nira di bawah tandan yang dipotong, atau ujung tandan yang sudah dipotong masuk sedikit dalam mulut bumbung. Agar kedudukan bumbung tersebut kuat, maka bumbung harus diikat dengan batang pohon aren atau pangkal tandan.

Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam). Penyadapan pada sore hari, nira yang tertampung diambil pada pagi hari, dan penyadapan pagi hari niranya diambil pada sore hari. Setiap mengganti bumbung, tandan tempat keluarnya nira harus diiris tipis agar saluran atau pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar secara lancar. Setiap tandan bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai tandannya habis atau mengering.

Nira hasil sadapan selama periode ini, mula-mula jumlahnya sedikit, kemudian jumlahnya meningkat sampai pertengahan masa sadap, dan akhirnya kembali jumlahnya sedikit. Satu tongkol bunga dapat menghasilkan 4-5 liter nira


(26)

per hari (dua kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan pohon aren. Jika pertumbuhannya subur, dapat tumbuh beberapa tongkol bunga jantan dan betina secara serentak. Pohon seperti ini dapat lebih menguntungkan karena pada satu pohon dapat disadap beberapa tongkol bunga jantan setiap harinya. Karena banyaknya nira, maka bumbung sebaiknya dibuat dari bambu jenis petung atau ori. Nira aren segar lebih jernih dan sedikit lebih kental jika dibandingkan dengan nira kelapa segar.

Pembuatan Gula Merah

Nira mempunyai sifat mudah menjadi asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri Saccharomyces sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung. Nira dituangkan sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, kemudian diletakkan di atas tunggu perapian untuk segera dipanasi (direbus). Pemanasan ini berlangsung selama 1-3 jam, tergantung banyaknya (volume) nira. Pemanasan tersebut sambil mengaduk-aduk nira sampai nira mendidih. Buih-buih yang muncul di permukaan nira yang mendidih dibuang, agar dapat diperoleh gula aren yang berwarna tidak terlalu gelap (hitam), kering dan tahan lama. Pemanasan ini diakhiri setelah nira menjadi kental dengan volume sekitar 8%. Proses produksi gula cetak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dari nira aren atau dari gula semut reject. Proses produksi gula cetak yang menggunakan nira aren biasanya hanya dilakukan di tingkat pengrajin. Sedangkan, di tingkat industri, gula cetak diproduksi dari gula semut reject yaitu gula semut yang menggumpal dan tidak lolos ayakan.


(27)

Meskipun demikian, secara garis besar proses produksinya tidak ada perbedaan. Proses produksi dimulai dari penyadapan nira, pemasakan nira, pengadukan dan pencetakan gula aren. Penyadapan nira aren biasanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sebelum menyadap, lodong atau bambu penampung diberi sedikit air kapur pada dasarnya yang bertujuan untuk mengurangi resiko rusaknya nira aren akibat pembiakan organisme mikro.

Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren kemudian dituang di kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula cetak setengah jadi kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren mentah hanya tahan 3 jam. Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira. Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah memasuki fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam (Bank Indonesia, 2008).

Untuk memperoleh gula aren yang berkualitas tinggi sangat tergantung pada kualitas nira yang diproses. Menurut Joseph et al (1994), nira yang disadap pada pagi hari memiliki pH yang lebih rendah daripada nira yang ditampung pada


(28)

sore hari. Nira yang disadap pada pada pagi hari kadar sukrosanya lebih rendah dari nira yang disadap sore hari. Hal ini karena siang hari penguapan lebih besar dari pada malam hari. Hasil analisis Joseph et al (1994) mengungkapkan bahwa perlakuan terhadap penampungan berpengaruh nyata terhadap kadar sukrosa nira yang disadap pada sore hari, tetapi tidak berpengaruh nyata pada sukrosa yang disadap pada pagi hari. Nira yang digunakan pada bahan baku gula sebaiknya di atas 12 persen (Rachman, 2009).

Gambar 2 Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh Pengrajin

Sumber : Rachman, 2009 Nira Aren

Penyaringan (membersihkan dari kotoran kasar)

Pemasakan (ditambah minyak kelapa) serta pembersihan dari buih dan kotoran halus

Pekatan nira (peet)

Pencetakan dalam kojor

Gula Cetak Pendinginan

Didinginkan 10 menit tanpa diaduk

Pengadukan

Pensterilan

Pengadukan Dipercepat


(29)

Kekhasan gula merah (aren dari segi) kimianya dibandingkan dengan gula lainnya adalah bahwa gula aren mengandung sukrosa lebih tinggi (84%) dibandingkan dengan gula tebu (20%) dan gula bit (17%). Dari segi kandungan gizinya, gula aren mengandung protein, lemak, kalium dan fosfor yang lebih tinggi dibandingkan dengan tebu dan gula bit (Rumukoi, 1990). Demikian juga jika dibandingkan dengan nira dari pohon kelapa, nira aren lebih manis dan aromanya lebih menyengat. Banyak keunggulan gula aren dibandingkan dengan gula kelapa, diantaranya adalah (Dyanti, 2002) kadar gula pereduksinya lebih rendah (10,31% vs 11,72%) sehingga hasil gulanya menjadi lebih keras dan kering dan kadar sukrosa gula aren juga lebih tinggi (Rachman, 2009).

Pembuatan Gula Semut

Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya adalah gula aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula aren cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan.

Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula aren semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5%. Gula semut setengah jadi dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk menghaluskan gula yang masih menggumpal. Setelah penggilingan, gula aren semut diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah


(30)

3%. Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos pada ayakan disebut dengan gula reject. Gula

reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk

dibentuk menjadi gula cetak.

b. Pembuatan Tuak dan Cuka

Di banyak daerah di Indonesia, nira difermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit (Wikipedia, 2009).

Nira aren yang manis jika dibiarkan masih tetap di dalam bumbung bambu akan mengalami proses fermentasi, karena di dalam nira terdapat bakteri

saccharomyces tuac. Nira yang sudah mengalami fermentasi ini disebut dengan

tuak yang mempunyai kadar etanol 4%. Tuak ini dijadikan lebih kental dan berwarna putih seperti susu encer, mempunyai rasa sedap agak sepet dan tidak pahit. Agar kadar alkoholnya dapat meningkat maka tempayan tersebut ditutup rapat sehingga oksigen dari udara luar tidak masuk. Jika proses fermentasi tersebut dibiarkan berlangsung terus, akan terbentuk asam cuka yang rasanya asam (Sunanto, 1993).


(31)

c. Kolang-Kaling

Kolang-kaling (buah atap) adalah nama cemilan kenyal berbentuk lonjong dan berwarna putih transparan dan mempunyai rasa yang menyegarkan. Kolang kaling yang dalam kolang-kaling, para pengusaha kolang kaling biasanya membakar buah aren sampai hangus, kemudian diambil bijinya untuk direbus selama beberapa jam. Biji yang sudah direbus tersebut kemudian direndam dengan larutan air kapur selama beberapa hari sehingga terfermentasikan. Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi, hingga mencapai 93,8% dalam setiap 100 gram-nya. Kolang kaling juga mengandung 0,69 gram satu gram dan serat kasar 0,95 gram. Selain memiliki rasa yang menyegarkan, mengkonsumsi kolang kaling juga membantu memperlancar kerja saluran cerna manusia. Kandungan karbohidrat yang dimiliki kolang kaling bisa memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya, selain itu juga menghentikan nafsu makan dan mengakibatkan konsumsi makanan jadi menurun, sehingga cocok dikonsumsi sebagai makanan diet (Wikipedia, 2009).

Tiap biji buah tanaman aren mengandung 3 biji buah, yang bentuk bijinya jika sudah tua seperti biji salak yang mendekati bentuk satu siung umbi bawang putih, kulit bijinya berwarna hitam kecoklat-coklatan dan keras. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning ; inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak. Dari inti biji buah aren setengah masak itu dapat dibuat kolang-kaling.


(32)

d. Tepung Aren

Tanaman aren yang sudah disadap atau berumur tua, batang pohonnya sudah tidak mengandung pati/tepung. Pengusaha tepung aren sudah berpengalaman dalam meramalkan atau menduga banyak sedikitnya tepung aren yang terkandung dalam batang suatu tanaman aren.

e. Pemanfaatan Batang dan Limbah Batang

Batang

Tanaman aren yang berumur tua, ditandai dengan tumbuhnya bunga yang dekat dengan permukaan tanah tempat tanaman aren tumbuh. Dari batang tanaman ini dapat diproduksi berbagai macam barang, baik barang untuk bangunan maupun peralatan rumah tangga. Kayu batang tanaman aren sangat keras dan kuat. Kayu batang pohon tanaman aren yang sudah berumur tua dapat digunakan sebagai bahan bangunan seperti misalnya : kusen-kusen, pintu dan jendela, talang air dan lain sebagainya.

Pemanfaatan Limbah Batang

1. Ampas serbuk, limbah serbuk yang diperoleh dari serbuk yang sudah diambil tepungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan. Serbuk tersebut dapat dipisahkan menjadi tiga macam yaitu serbuk-serbuk kecil, serbuk-serbuk besar dan serat-serat panjang. Secara sederhana, keseluruhan serbuk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, pupuk organik pada tanaman dan dapat memperbaiki struktur tanah

2. Kulit batang, dapat digunakan sebagai bahan bakar sehingga mempunyai nilai ekonomi jika dijual. Sebagai kulit batang pada pangkal batang tanaman aren sangat keras karena umumnya lebih tua dari pada batang bagian atas. Kulit


(33)

batang yang keras ini dapat digunakan untuk membuat tangkai kampak, tangkai cangkul dan lainnya.


(34)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan ini dilakukan pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Juli 2010.

Alat dan Bahan Alat

1. Kamera untuk dokumentasi dan visualisasi objek kegiatan 2. Alat-alat tulis untuk mencatat data di lapangan

3. Perangkat komputer untuk mengolah data

Bahan

1. Kuisioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun data primer

2. Laporan-laporan hasil penelitian terdahulu dan berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk melengkapi pengamatan langsung di lapangan.

Objek dan Data Penelitian

1. Objek Penelitian

Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dengan pengelolaan tanaman aren (Arenga pinnata) di wilayah studi, dengan objek penelitian :

a. Aparat desa/tokoh masyarakat dan masyarakat setempat


(35)

2. Data Penelitian

Data penelitian yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi masyarakat, bentuk pengelolaan tanaman aren, dan hasil penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang ada pada instansi pemerintahan desa dan kecamatan.

Metode Pengumpulan Data

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki lahan tanaman aren yakni sebanyak 30 keluarga.

2. Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut : a. Identifikasi tanaman aren yang dimiliki masyarakat di wilayah studi

b. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para pelaku (aktor utama) yang mewakili dan para pihak pemangku kepentingan dalam pengelolaan tanaman aren

c. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan tanaman aren yang ada di lapangan untuk memperoleh informasi mengenai proses pengelolaannya d. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya diolah dan

ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan setelah dilakukan pengolahan dan analisis data.


(36)

Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan dengan wawancara dan dengan pengukuran langsung di lapangan. Informasi yang diperoleh dari setiap responden diantaranya :

a. Identitas dari responden b. Luas lahan yang dimiliki

c. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman aren atau teknik budidayanya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan) serta waktu kegiatan tersebut dilaksanakan

d. Kebutuhan input untuk kegiatan budidaya dan harga input yang digunakan (pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan lain sebagainya)

e. Kontribusi berupa pendapatan yang diperoleh dari tanaman Aren

f. Potensi tanaman aren yang dibudidayakan yang meliputi jumlah pohon dan produktivitas yang dihasilkan dari tanaman aren

g. Informasi tentang prospek pengembangan tanaman aren

Analisis Data

1. Potensi Tanaman Aren

Penilaian terhadap potensi tanaman aren dengan menghitung nilai produktivitas dari tanaman aren berupa jumlah seluruh tanaman aren yang dimiliki oleh responden serta produk dari tanaman aren seperti nira, kolang-kaling, gula merah, kayu bakar, ijuk dll. Total jumlah hasil tanaman aren yang dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh hasil tanaman aren yang diperoleh oleh responden. Untuk menghitung nilai untuk setiap jenis produk tanaman aren dihitung dengan pendekatan harga pasar yang berlaku di daerah penelitian.


(37)

2. Kontribusi Tanaman Aren

Untuk mengetahui kontribusi tanaman aren terhadap pendapatan dianalisis dengan menghitung seluruh pendapatan, baik dari sumber pendapatan dari tanaman aren maupun sumber pendapatan lainnya. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap masyarakat responden. Persentase pendapatan dari tanaman aren dapat dihitung dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh dari tanaman aren dengan total seluruh sumber pendapatan responden atau dengan rumus sebagai berikut :

R = �ℎ��� x 100% Dimana :

R : Persentase pendapatan dari tanaman aren Rhr : Pendapatan dari tanaman aren

Rt : Pendapatan total responden

3. Prospek Pengembangan Aren

Beberapa kriteria yang digunakan untuk mengetahui prospek pengembangan aren di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yakni kontribusi tanaman aren terhadap ekonomi rumah tangga, perekonomian daerah, penyerapan terhadap tenaga kerja (jam kerja) dan pasar. Skala Likert digunakan sebagai alat bantu dalam penilaian kriteria di atas. Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) yakni skala yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap suatu objek (Usman dan Purnomo, 2009).


(38)

1. Kontribusi Ekonomi Rumah Tangga

Kontribusi tanaman aren terhadap ekonomi rumah tangga dinilai dari persentase pendapatan yang diperoleh oleh responden dari tanaman aren terhadap pendapatan total. Persentase pendapatan responden dibagi kedalam lima kelas dari persentase pendapatan sangat kecil hingga sangat besar (Tabel 1). Masing-masing kelas persentase pendapatan menunjukkan keadaan tingkat pendapatan responden dari tanaman aren.

Tabel 1 Persentase Pendapatan dari Tanaman Aren

Persentase Pendapatan dari Tanaman Aren Skala Keterangan 0% - 20%

21% - 40% 41% - 60% 61% - 80%

Pendapatan Sangat Kecil Pendapatan Kecil Pendapatan Sedang Pendapatan Besar

81% - 100% Pendapatan Sangat Besar Sumber : Diolah dari Data Primer

Keterangan :

0%-20% : 100.000 – 500.000 Kontribusi Pendapatan Sangat Kecil 21%-40% : 510.000 – 1.000.000 Kontribusi Pendapatan Kecil

41%-60% : 1.000.000 - 1.500.000 Kontribusi Pendapatan Sedang 61%-80% : 1.500.000 – 2.000.000 Kontribusi Pendapatan Besar

81%-100% : >2.000.000 Kontribusi Pendapatan Sangat Besar

2. Kontribusi Ekonomi Daerah

Kontribusi terhadap ekonomi daerah dapat dilihat dari : a. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

b. Adanya Nilai Tambah dari Pengelolaan Tanaman Aren c. Industri Terkait dengan Pengelolaan Tanaman Aren

d. Input (Bahan Baku dan Bahan Penunjang) Pengelolaan Tanaman Aren e. Output (Pemasaran Hasil Produksi) Tanaman Aren


(39)

3. Tenaga Kerja (Jam Kerja)

Tenaga kerja diperoleh dari menghitung berapa besar rata-rata waktu yang digunakan dalam pengelolaan tanaman aren (petani aren) dalam satu keluarga setiap harinya. Dalam satu keluarga diperkirakan terdapat 2 angkatan kerja dengan masing-masing waktu kerja selama 8 jam, sehingga diperoleh total waktu yang digunakan dalam pengelolaan tanaman aren sebesar 16 jam. Penilaian terhadap jumlah tenaga kerja per keluarga dilakukan dengan menggunakan alat bantu yakni Skala Likert seperti dibawah ini.

Tabel 2 Jam Kerja Responden Nomor Rentang Waktu

yang dipergunakan Petani Aren (Jam)

Skor Jumlah Responden

Jumlah Skor Persentase (%)

1 1-3 1

2 3-6 2

3 6-9 3

4 9-12

4

5 12-16 5

Jumlah

Sumber : Diolah dari Data Primer Keterangan Skor :

0-30 : Sangat Kecil 31-60 : Kecil

61-90 : Sedang 91-120 : Besar

121-150 : Sangat Besar

Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti pada Tabel 2 dapat ditentukan persentase jumlah jam kerja seluruh responden sehingga dapat diketahui besar kecilnya jam kerja yang digunakan oleh petani aren di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli serdang.


(40)

4. Pasar Tanaman Aren

Prospek pengembangan aren dapat dilihat dari supply dan demand (permintaan dan penawaran) terhadap produk tanaman aren yakni berapa besar ketersediaan jumlah produk-produk aren untuk memenuhi permintaan pasar. Dilakukan pengamatan dan wawancara terhadap pelaku-pelaku pasar produk tanaman aren mulai dari petani aren hingga pedagang akhir produk tanaman aren tersebut.


(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak Wilayah

Desa Rumah Sumbul adalah sebuah desa yang terletak di daerah dataran tinggi di lereng Gunung Sibayak dengan hawa yang sejuk dan nyaman. Secara administratif berada di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Rumah Sumbul didirikan oleh seorang Marga Gurusinga pada kira-kira tahun 1800-an. Sumbul yang artinya sumber mata air karena banyak terdapat mata air dan beberapa diantaranya yang telah diambil oleh PDAM Tirtanadi (Data Monografi Desa Rumah Sumbul, 2010).

Gambar 3 Kantor Kepala Desa Rumah Sumbul

Desa Rumah Sumbul terletak pada posisi 98059’ Bujur Timur (BT), 30

Sebelah Utara : Desa Sibolangit dan Desa Batu Mbelin

3’ Lintang Utara (LU). Batas-batas wilayah Desa Rumah Sumbul sebagai berikut :

Sebelah Selatan : Desa Batu Layang Sebelah Timur : Desa Kinangkung


(42)

Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, memiliki luas wilayah 383 Ha dan dibagi menjadi 3 dusun yakni Dusun 1, Dusun 2 dan Dusun 3. Jarak tempuh Desa Rumah Sumbul dari desa ke kecamatan yakni 8 km ±15 menit, jarak tempuh desa ke kabupaten 74 km ±2.5 jam, dan jarak tempuh desa ke propinsi 40 km ±1 jam (Data Monografi Desa Rumah Sumbul, 2010).

Pembagian wilayah Desa Rumah Sumbul tampak pada Tabel 3 : Tabel 3 Pembagian Wilayah Desa Rumah Sumbul

Nomor Penggunaan Wilayah Luas (Ha)

1 Perladangan 225

2 Sawah/Rawa 20

3 Pemukiman 25

4 Kuburan 6

5 Rumah Ibadah 1

6 Hutan Lindung 88

7 Wilayah Lain 18

Sumber : Data Monografi Desa Rumah Sumbul tahun 2010

Iklim

Desa Rumah Sumbul terletak pada ketinggian ±900 meter di atas permukaan laut. Dengan curah hujan rata-rata ± 3.000-4.000 mm/tahun dan suhu udara rata-rata yakni ±290

Kependudukan

C.

Jumlah penduduk Desa Rumah Sumbul berdasarkan data sensus tahun 2010 adalah 536 jiwa yakni 263 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 273 berjenis kelamin perempuan dan terdiri dari 148 Kepala Keluarga (KK) dengan tingkat kepadatan penduduk 7 jiwa/km2 dengan berbagai etnis atau suku seperti Batak Toba, Karo, Nias, Jawa, Padang, Aceh dan lain-lain dan 83% diantaranya adalah Suku Karo. Mayoritas agama yang dianut di Desa Rumah Sumbul adalah Kristen


(43)

sebanyak 98 KK (66.2%), Katolik sebanyak 37 KK (25%) dan Islam sebanyak 13 KK (8.8%), terdapat dua sarana ibadah yakni Gereja Katolik dan Gereja Batak Kristen Protestan (GBKP).

Tingkat pendidikan di Desa Rumah Sumbul pada tahun 2010 yaitu jumlah penduduk yang tamat Sekolah Dasar (SD) yakni 93 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yakni 76 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yakni 139 orang, Diploma I yakni 4 orang, Diploma II yakni 2 orang, Diploma III 22 orang dan Sarjana (SI) yaitu 12 orang. Sarana pendidikan yakni sekolah untuk anak-anak di bawah umur 4 tahun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 1 unit, Taman Kanak-Kanak (TK) 1 unit dan yayasan pesat yakni sebuah yayasan swasta dalam bidang keagamaan (teologia).

Perekonomian

Mata pencaharian penduduk Desa Rumah Sumbul sebanyak 85% berada pada sektor pertanian dan jasa sedangkan sisanya sebanyak 19% pada sektor lain. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai seorang petani yakni 72 orang, pedagang 24 orang, Pegawai Negeri Sipil (PNS) 16 orang, karyawan 31 orang, pensiunan 9 orang, tukang bangunan 2 orang, pengrajin 2 orang, supir 7 orang dan sebanyak 118 orang bermata pencaharian pada bidang lain. Dilihat dari tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Rumah Sumbul yakni keluarga prasejahtera sebanyak 10 KK, keluarga sejahtera I sebanyak 83 KK, keluarga sejahtera II sebanyak 30 KK, keluarga sejahtera III sebanyak 25 KK. Besaran pendapatan Desa rumah Sumbul dari berbagai sektor yang diperoleh pada tahun 2009 yakni Rp 1.803.600.000 sedangkan pada tahun 2010 yakni sebesar Rp 2.158.350.000, peningkatan pendapatan 2009 meningkat rata-rata 25 % dari


(44)

sektor pertanian. Pada tahun 2010 sektor pertanian memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 656.000.000, perdagangan Rp 1.268.600.000, peternakan Rp 120.750.000, jasa Rp 65.000.000, dan industri rumah tangga Rp 48.000.000. Beberapa kelembagaan ekonomi yakni toko 1 unit, warung makan 15 unit dan angkutan sebanyak 20 unit (Data Monografi Desa Rumah Sumbul, 2010).

Sarana dan Prasarana

Berbagai sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Rumah Sumbul berdasarkan daftar isian profil Desa Rumah Sumbul dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sarana dan Prasarana Desa Rumah Sumbul

Nomor Jenis Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Poskesdes Posyandu

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Gereja Katolik Truk Pick Up Mini Bus Sepeda Motor Mobil Jembatan Riol/Bobosan Warung

Pengobatan Tradisional Rumah Tangga Pengrajin Aren Rumah Tangga

Kantor PAUD TK

Sekolah Teologia Yayasan Pesat Jalan Aspal Jalan Semen Jalan Perkerasan 1 2 1 1 3 12 6 73 2 3 3 14 2 30 2 1 1 1 - - - Sumber : Data Monografi Desa Rumah Sumbul tahun 2010


(45)

Pengelolaan Tanaman Aren

Pengelolaan tanaman aren di Desa Rumah Sumbul merupakan salah satu contoh kemampuan masyarakat dalam mengusahakan lahan. Hasil utama yang diperoleh dari pengusahaan lahan adalah nira yang dihasilkan oleh tanaman aren yang kemudian akan diolah menjadi tuak (nira pahit) dan gula merah.

Gambar 4 Tanaman Aren di Desa Rumah Sumbul

Tanaman aren masih dikelola dengan cara sederhana (tradisional) di Desa Rumah Sumbul. Selain pengelolaan kebun, penyadapan dan pengolahan hasil juga masih dilakukan dengan cara tradisional, hal ini sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh responden. Petani aren masih mengandalkan bibit dari aren yang tumbuh alami di kebunnya. Biji-biji aren yang menjadi bibit tersebut biasanya disebarkan oleh musang ke seluruh kebun. Meskipun demikian, ada juga beberapa petani yang memindahkan anakan aren ke kebun mereka. Tidak ada pemeliharaan yang intensif terhadap tanaman aren seperti pemberian pupuk, penyiraman, memberikan pestisida atau pembunuh hama, petani aren hanya membersihkan ijuk, pelepah daun tanaman aren yang telah busuk/mati,


(46)

rumput-rumput di sekitar tanaman aren yang menggangu pertumbuhan tanaman aren dan proses penyadapan nira, serta pembersihan hama seperti kidu-kidu (ulat palma).

Nira dihasilkan dari penyadapan tandan bunga jantan tanaman aren. Sebelum melakukan penyadapan, petani aren melakukan persiapan penyadapan seperti membersihkan ijuk yang ada di sekitar tandan dan membuang pelepah daun yang berada di atas dan di bawah tandan agar lebih mudah melakukan penyadapan kemudian tandan diayun-ayunkan dan dipukul-pukul agar dapat memperlancar keluarnya nira dari tandan. Pemukulan dilakukan tidak terlalu keras dan tandan tidak sampai terluka. Alat yang digunakan untuk memukul tandan yakni tualang (Gambar 5) yang terbuat dari kayu keras dengan panjang ±30 cm berbentuk tabung silinder disertai dengan pegangan. Lama pemukulan tandan tergantung kepada besar diamater tandan, petani aren di Desa Rumah Sumbul menyebutnya sebagai tangan aren, berkisar 20 menit hingga 30 menit.

`

Gambar 5 Tualang

Penyadap memukul tandan sambil bernyanyi, memohon restu dari si dara aren ‘si Beru Sibou’ agar meneteskan air matanya (nira) melimpah. Karena masyarakat meyakini cerita rakyat dari Tanah Karo bahwa tanaman aren adalah penjelmaan seorang wanita ‘si Beru Sibou’ yang menjelma menjadi tanaman aren,


(47)

air matanya menjelma menjadi nira aren, rambutnya menjelma menjadi ijuk., dan seluruh anggota tubuhnya menjelma menjadi bagian dari tanaman aren sehingga terdapat kebiasaan untuk menyanyikan tanaman aren pada waktu memukul tandan untuk mendapatkan nira.

Pengayunan dan pemukulan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang waktu dua hari. Untuk melihat apakah bunga jantan yang sudah di ayun dan dipukul sudah atau belum menghasilkan nira, maka tandan ditoreh (dilukai) jika torehan belum mengeluarkan cairan, maka tongkol perlu diayun-ayunkan dan dipukul-pukul lagi. Jika torehan sudah mengeluarkan cairan, maka sudah siap disadap niranya. Tandan bunga dipotong tepat pada torehan tersebut dengan parang seperti pada Gambar 6 (a).

(a) (b) (c)

Gambar 6 (a) Parang; (b) Tungkil; (c) Batu Asah

Setelah tandan di potong, kemudian diletakkan sebuah bumbung bambu seperti pada Gambar 7 (a) yang khusus dibuat untuk menampung nira di bawah tandan yang dipotong, atau ujung tandan yang sudah dipotong masuk sedikit dalam mulut bumbung. Agar kedudukan bumbung tersebut kuat, maka bumbung harus diikat dengan batang pohon aren atau pangkal tandan seperti pada Gambar 7 (b). Setiap mengganti bumbung, tandan tempat keluarnya nira harus diiris tipis


(48)

agar saluran atau pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar secara lancar dengan menggunakan tungkil seperti pada Gambar 6 (b).

Gambar 7 (a) Bumbung dari Bambu; (b) Bumbung diikat pada Tandan Aren

Agar nira yang ditampung tidak cepat asam, maka bumbung bagian dalam harus bersih dan steril, bumbung harus dicuci dengan air panas. Sebelum digunakan untuk menampung nira pada setiap penyadapan, bumbung diisi dengan buah manggis yang telah dipotong-potong dan ada yang menggunakan akar pohon raja yang diambil dari hutan. Penyadap menggunakan tangga dari bambu yang diikat dengan batang tanaman aren dan pada setiap ruas bambu diberi lubang kecil yang dapat menopang satu ibu jari kaki penyadap. Ukuran tangga disesuaikan dengan tinggi tandan tanaman aren yang akan disadap. Bumbung ditutup dengan kain atau daun agar kotoran tidak masuk terutama debu dan lebah (kumbang).


(49)

Penyadapan pada sore hari merupakan nira yang ditampung pada pagi hari, dan penyadapan pagi hari niranya diambil pada sore hari. Setelah penyadapan, sebagian besar petani aren di Desa Rumah Sumbul langsung menjual nira (nira manis) kepada penadah (tengkulak) pada pagi dan sore hari setelah menyadap nira tanaman aren. Terdapat tiga penadah nira di Desa Rumah Sumbul yang merupakan masyarakat Desa Rumah Sumbul. Sebagian kecil petani aren memanaskan nira untuk dijadikan gula merah. Satu tandan tanaman aren dapat menghasilkan 4-5 liter nira per hari (dua kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan tanaman aren.

Potensi Tanaman Aren

Penafsiran potensi tanaman aren diperoleh dari perhitungan setiap potensi tanaman aren yang dimiliki oleh petani aren di Desa Rumah Sumbul. Perhitungan potensi tanaman aren berupa nilai produktivitas seluruh tanaman aren yang dihasilkan seperti nira manis, nira pahit (tuak), gula merah dan lain-lain berdasarkan satuan harga dan waktu produksinya. Data hasil wawancara responden tentang potensi tanaman aren dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan data di lapangan, luas lahan seluruh tanaman aren yang dimiliki 30 responden yakni ±42 Ha dan yang menjadi lahan milik pribadi sebesar 56.67%, lahan sewa sebesar 26.67% dan lahan adat sebesar 16.67%. Pada umumnya responden menanam tanaman aren beserta dengan tanaman perkebunan seperti karet, coklat, durian, manggis, pinang, kopi dan tanaman musiman seperti pepaya, ubi kayu, sayuran, tanaman obat dan lain-lain. Tanaman aren tumbuh dengan jarak tanam yang tidak teratur antara satu pohon dengan pohon yang


(50)

lainnya, tumbuh tunggal (soliter) dan berkelompok (komunal). Sebagian besar tanaman aren dibiarkan tumbuh secara alami sehingga tumbuh tersebar tidak merata.

Jumlah seluruh pohon yang dimiliki responden yakni sebanyak 948 pohon dan jumlah pohon yang produktif yang dapat menghasilkan nira sebanyak 186 pohon. Dalam 1 Ha lahan, jumlah tanaman aren berkisar 15-35 pohon. Hasil utama tanaman aren adalah nira, yang selanjutnya diolah menjadi nira pahit (tuak) dan gula merah. Satu tandan tanaman aren dapat menghasilkan 4-5 liter nira. Total jumlah nira dihasilkan selama satu hari yakni 1059 liter. Berbeda dengan nira dan gula merah aren yang bisa dihasilkan setiap hari, ijuk hanya bisa dipanen 2-3 kali dalam setahun. Sekali panen, satu pohon aren biasanya menghasilkan 5 kg ijuk yang bisa dijual seharga Rp 3.000/kg. Sementara itu, kolang-kaling dipanen setiap 1 tahun sekali. Satu pohon aren dapat menghasilkan sekitar 100 kg kolang-kaling dalam sekali panen dan dijual dengan harga Rp 3.500/kg.

Dari hasil perolehan data di Desa Rumah Sumbul, dilakukan perhitungan potensi hasil tanaman sehingga diketahui jumlah yang diambil (unit/frekuensi/responden), frekuensi pengambilan (unit/tahun/responden), jumlah pengambil (orang/jenis barang), total pengambilan (unit/tahun).


(51)

Tabel 5 Hasil Perhitungan Potensi Tanaman Aren di Desa Rumah Sumbul No. Jenis Hasil Tanaman Aren Satuan (Unit) Jumlah yang Diambil Frekuensi Pengambilan (Unit/Resp/Thn) Jumlah Pengambil (Orang/Jenis Barang) Total Pengambilan (Unit/Thn)

1 Nira Liter 1059 360 30 381.240

2 Gula Merah Kg 200 48 2 9.600

3 Kayu Bakar Ikat 1 12 3 36

4 Ijuk Kg 10 2 5 100

5

Kolang-Kaling Kg 100 1 2 200

Sumber : Diolah dari data primer

Di Desa Rumah Sumbul, sebagian besar nira yang telah disadap langsung dijual kepada agen nira karena nira cepat asam dan berubah warna sehingga akan mempengaruhi rasanya, hal ini berlangsung pada pagi dan sore hari setelah petani aren menyadap nira.

Tabel 6 Jenis Pemanfaatan Nira oleh Petani Aren

Nomor Bentuk Pemanfaatan Nira Jumlah Responden Persentase (%) 1 2 3

Nira Asli (Manis)

Nira Asli (Manis) dan Nira Pahit (Tuak) Gula Merah 26 2 2 86.67 6.67 6.67

Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebanyak 26 (86.67%) responden menjual nira manis (nira asli) kepada agen nira, 2 (6.67%) orang responden yang merupakan agen nira menjual nira manis (tuak) dan sedikit nira manis ke pabrik pembuatan kue yang akan dipasarkan ke dalam maupun luar Desa Rumah Sumbul, dan 2 (6.67%) responden membuat gula merah.

Kontribusi Tanaman Aren

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden di Desa Rumah Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dapat diketahui


(52)

bahwa sebanyak 21 (70%) responden bermata pencaharian utama dari bertani aren dan 9 (30%) responden menjadikan bertani aren sebagai pendapatan sampingan.

Nilai ekonomi hasil tanaman aren diperoleh dari perkalian antara total pengambilan (unit/thn) dengan harga masing-masing hasil tanaman aren (Rp/unit). Total pengambilan (unit/thn) di Desa Rumah Sumbul diperoleh dari rata-rata jumlah pengambilan dari setiap jenis barang hasil tanaman aren yang dimanfaatkan oleh petani aren tersebut.

Harga dari masing-masing harga hasil tanaman aren yang dimanfaatkan didasarkan pada harga yang berlaku yang telah disepakati antara agen nira dan petani aren atau si penjual dan si pembeli. Namun untuk kebanyakan hasil tanaman aren yang dipasarkan oleh masyarakat masih sering mengalami perubahan karena belum adanya ketetapan harga yang dibuat di pasar dimana pemasarannya masih sebatas kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli.

Untuk memperoleh nilai ekonomi pemanfaatan hasil tanaman aren maka digunakan harga rata-rata masing-masing jenis hasil tanaman aren per unitnya. Hasil perhitungan nilai ekonomi tanaman aren oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul dapat dilihat pada Tabel 7.


(53)

Tabel 7 Nilai Ekonomi Tanaman Aren yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Rumah Sumbul Nomor Jenis Hasil Aren Satuan (Unit) Total Pengambilan (Unit/Thn) Harga Hasil Aren (Rp/Unit) Nilai Hasil Aren (Rp/Thn) Persentase Nilai Per Jenis (%) 1 Air Nira Liter 336.960 1.300 438.048.000 78,26 2 Gula

Merah Kg 19.200 12.500 120.000.000 21,44 3 Kayu

Bakar Ikat 36 20.000 720.000 0,13

4 Ijuk Kg 100 3.000 300.000 0,05

5

Kolang-Kaling Kg 200 3.500 700.000 0,13

Total 559.768.000 100

Sumber : Diolah dari data primer

Berdasarkan hasil penelitian bahwa nilai ekonomi pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul adalah sebesar Rp 559.768.000/tahun. Nilai ini diperoleh dari pemanfaatan hasil tanaman aren seperti nira, gula merah, kayu bakar, ijuk dan kolang-kaling. Nilai ekonomi pemanfaatan tanaman aren yang telah disebutkan diatas belum merupakan pendapatan bersih yang diperoleh oleh petani aren Desa Rumah Sumbul, pendapatan tersebut belum dikurangi dengan biaya-biaya dalam pengelolaan nira. Peralatan sederhana yang dipergunakan dalam pengelolaan nira antara lain : cangkul, parang, tungkil, pisau, tali, bumbung bambu (tempat nira), tangga bambu, ember, jerigen yang dipergunakan dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan hingga penyadapan. Peralatan yang telah disebutkan diatas dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dan tidak memerlukan biaya yang banyak. Menurut keterangan seorang petani aren di Desa Rumah Sumbul, rata-rata mengeluarkan biaya sebesar Rp 30.000 hingga Rp 50.000 untuk membayar upah pekerja apabila diperlukan untuk membersihkan dan menyadap nira disamping membeli peralatan yang diperlukan.


(54)

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh sebagian petani aren yakni biaya sewa lahan yang dibayar sekali setahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekonomi pemanfaatan tanaman aren yang paling tinggi terdapat pada pemanfaatan air nira yaitu sebesar Rp 438.048.000/tahun (78,26%). Hal ini terjadi karena untuk pengelolaan nira tidak membutuhkan waktu dan biaya yang banyak melainkan hanya membutuhkan tenaga untuk beberapa perlakuan dan perawatan. Nilai ekonomi tanaman nira berikutnya adalah gula merah dengan nilai ekonomi Rp 120.000.000/tahun (21,44%), diikuti dengan kayu bakar Rp 720.000 (0.13%), kolang-kaling Rp 700.000 (0.13%) dan ijuk (0.05%). Jumlah pengrajin gula merah di Desa Rumah Sumbul hanya 2 orang, hal ini disebabkan karena proses pembuatan gula merah yang memerlukan waktu yang lama yakni 7 jam hingga 8 jam dan biaya pembuatan gula merah yang cukup banyak untuk membeli kayu bakar, bahan bakar dan peralatan pendukung lainnya. Bila dibandingkan dengan nira, harga sekilo gula merah pada tingkat pengrajin sebesar Rp 12.500 dan diperlukan 50 hingga 65 liter nira alami untuk menghasilkan ±15 kg gula merah perharinya sehingga pendapatan yang diperoleh per harinya adalah ± Rp 187.500 sedangkan harga satu liter nira yakni Rp 1300, bila menjual nira diperoleh pendapatan sebesar ± Rp 70000. Pendapatan yang telah disebutkan diatas merupakan pendapatan kotor, belum dikurangi dengan pembiayaan yang harus dikeluarkan seperti kayu bakar, bahan bakar, dan peralatan lain seperti alat cetak gula merah (kojor) dari bambu, kuali, sendok pengaduk, wajan besi dan plastik, serta biaya dalam proses penanaman, pemeliharaan hingga penyadapan nira. Biaya tetap


(55)

lainnya yakni sewa lahan dan biaya transportasi yang mencapai Rp 500.000 perbulan.

Sejumlah alasan responden yang bukan pengrajin gula merah untuk menjual nira yakni pendapatan yang diperoleh tidak berbeda jauh dari pengrajin gula merah, jumlah nira yang dihasilkan sedikit, waktu pengerjaan gula merah yang lama, dan tidak memiliki keterampilan dalam membuat gula merah. Harga gula merah di pasar berpengaruh terhadap jumlah pengrajin gula aren di Desa Rumah Sumbul, menjelang hari raya permintaan terhadap gula merah naik dan harganya juga naik sehingga banyak petani aren yang membuat gula merah untuk menambah penghasilan.

Gambar 9 Persentase Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Tanaman Aren yang Dimanfaatkan Desa Rumah Sumbul

Jumlah pengambil hasil tanaman aren yang paling banyak adalah nira yakni semua responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Diikuti jumlah pengambil ijuk yakni 5 orang, kayu bakar 3 orang, gula merah dan kolang-kaling masing-masing 2 orang. Persentase jumlah pengambil hasil tanaman aren di Desa Rumah Sumbul dapat dilihat pada Gambar 10.


(56)

Gambar 10 Persentase Jumlah Pengambil Hasil Tanaman Aren di Desa Rumah Sumbul

Pendapatan Rumah Tangga Pemanfaatan Tanaman Aren

Pendapatan terbesar responden di Desa Rumah Sumbul yang berasal dari pemanfaatan tanaman aren secara langsung sangat berpengaruh besar terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, tanpa tanaman aren masyarakat Desa Rumah Sumbul merupakan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

Sebagian besar pendapatan utama responden di Desa Rumah Sumbul berasal dari pemanfaatan tanaman aren dengan menghasilkan niranya. Sedangkan sumber pendapatan masyarakat responden selain pemanfaatan tanaman aren berasal dari tanaman perkebunan seperti: karet, coklat, durian, manggis, pinang, kopi, serta tanaman musiman seperti pepaya, ubi kayu, sayuran dll. Pendapatan selain bertani aren yakni berdagang, beternak, supir (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2). Berdasarkan pengolahan data primer diperoleh persentase pendapatan dari pendapatan bertani aren dengan pendapatan total yang diperoleh yakni dengan membandingkan pendapatan dari tanaman nira terhadap pendapatan yang diperoleh masyarakat, diketahui bahwa total pendapatan sebesar Rp 925.320.000/tahun. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari hasil tanaman aren

71.43% 4.76%

7.14%

11.90% 4.76%

Persentase Jumlah Pengambil Hasil Tanaman Aren

Air Nira Gula Merah Kayu Bakar Ijuk


(57)

adalah sebesar Rp 571.200.000/tahun serta untuk pendapatan selain dari hasil tanaman aren seperti yang dijelaskan melalui Tabel 8.

Tabel 8 Persentase Pendapatan dari Tanaman Aren dan Selain Tanaman Aren No. Sektor Pendapatan Total

Rp/Tahun

Persentase (%)

1 2

Tanaman Aren Selain Tanaman Aren

571.200.000 354.120.000

61,73 38,27

Total Pendapatan 925.320.000 100 Sumber : Diolah dari data primer

Diperoleh kontribusi pendapatan dari pemanfaatan tanaman nira mencapai 61.73%. Besarnya persentase pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan tanaman aren menunjukkan bahwa pengelolalaan aren merupakan mata pencaharian utama yang dimiliki masyarakat Desa Rumah Sumbul. Sehingga kegiatan pengelolaan tanaman aren perlu dikembangkan di masa yang akan datang dengan meningkatkan pola budidaya maupun teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman aren.

Pendapatan masyarakat dari produk aren seperti cap tikus dan gula aren sangat berarti untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Walaupun saat ini petani dihadapkan pada rendahnya pendapatan yang diperoleh dari pengusahaan aren, namun usahanya masih tetap dilanjutkan, Hal ini dilatarbelakangi oleh nilai ekonomis yang diperoleh untuk waktu yang relatif singkat dan adanya dukungan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki secara turun temurun telah menyatu pada petani/pengolah aren (Susilo, 2006).

Pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul selain pemanfaatan terhadap tanaman aren berdasarkan keterangan responden yakni pemanfaatan tanaman perkebunan seperti kopi, karet dan coklat. Selain dari bercocok tanam maupun pemanfaatan tanaman aren, sebagian masyarakat juga


(58)

memperoleh tambahan pendapatan mereka dengan berdagang. Masyarakat yang berdagang secara keseluruhan merupakan kedai tuak dan yang juga menjual kebutuhan sembako dan berbagai jenis makanan lainnya. Sedangkan masyarakat yang mempunyai ternak sebagai tambahan pendapatan, yaitu dari ternak babi, ayam dan kerbau. Dan untuk masyarakat yang mempunyai tambahan pendapatan dari jasa mereka adalah dari jasa sebagai tukang bangunan, supir dan aparat desa.

Beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan pendapatan dari tanaman aren yang dihasilkan oleh masyarakat seperti yang ditampilkan pada Lampiran 2 adalah perbedaan luas lahan, jumlah pohon nira yang berproduksi, produktivitas tanaman aren dalam menghasilkan nira yang berhubungan dengan jumlah nira yang dihasilkan dan perawatan atau perlakuan-perlakuan terhadap tanaman tanaman aren.

1. Nira

Di Desa Rumah Sumbul, nira tanaman aren merupakan salah satu pemanfaatan tanaman aren yang cukup memberi keuntungan bagi penduduk yang memanfaatkannya karena pengambilan nira tidak membutuhkan waktu dan biaya yang banyak, tetapi hanya membutuhkan tenaga untuk beberapa perlakuan dan perawatan tanaman aren. Nira dapat dijadikan sebagai minuman beralkohol setelah dicampur dengan raru tuak seperti pada Gambar 11 (a), gula merah dan sebagai campuran kue.


(59)

(a) (b) Gambar 11 a) Raru Tuak; (b) Tuak

Di Desa Rumah Sumbul, harga nira yang belum dicampur dengan raru tuak dihargai Rp 1300 per liter, sedangkan apabila telah dicampur raru tuak harganya menjadi Rp 2000 per liter yang akan dipasarkan ke lapo (warung tuak), kafe dll. Bapak Robinson Tarigan, salah satu agen nira yang membuat tuak membuat campuran tuak dengan menggunakan raru manis seperti pada Gambar 11 (b) yang dibeli dari Sibolga dengan harga Rp 25.000 per ikat, teras nangka, kapur dan campuran air putih. Nira manis dijual ke toko roti seharga Rp 1500 perbotol, dalam satu hari Bapak Robinson Tarigan dapat menjual 6 jerigen tuak (sekitar 300 botol) dengan harga Rp 2000 per botol ukuran 1 liter.

2. Gula Merah

Gula merah sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi pengganti gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Penyadapan nira dilakukan oleh para pria, kemudian proses pemasakan hingga menjadi gula dilakukan oleh para wanita.

Nira hasil sore hari disaring menggunakan saringan pastik, kemudian dituang di dalam kuali dan dimasak hingga matang kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira


(60)

aren mentah hanya tahan 3 jam. Nira yang disadap pagi hari, kemudian dicampur dengan nira sore yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan kemiri dan nira yang telah dimasak gosong untuk memberi warna pada gula merah. Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada tahap ini, dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari bambu berbentuk setengah lingkaran. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 6-8 jam.

Proses produksi gula aren di Desa Rumah Sumbul dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, yaitu menggunakan kuali, wajan, pengaduk dan tungku kayu bakar. Untuk memasak gula aren diperlukan waktu 6-8 jam dan menghabiskan banyak kayu bakar, hal ini menjadi kendala utama yang dihadapi pengrajin gula aren. Keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin gula aren tergolong tinggi namun pengeluaran terhadap biaya produksi juga tinggi sehingga banyak petani aren yang memilih menjual nira.

(a) (b)

Gambar 12 (a) Pemasakan Gula Merah dalam Kuali; (b) Gula Merah yang telah dicetak


(61)

Yang menjadi kendala besar bagi para petani Aren adalah teknologi yang masih sangat sederhana dalam mengolah nira menjadi gula, sehingga berakibat pada : kebutuhan bahan bakarnya tinggi, butuh tenaga yang banyak dan kuat, menyita waktu untuk mengerjakan yang lain dan sumber bahan bakar semakin lama semakin sulit dan mahal. Dari sebab-sebab di atas menjadikan Aren sulit berkembang menjadi komoditi andalan keluarga tani, maka kemudian menyebabkan : karena dikelola kebanyakan jauh dari rumah, produk hasil olahan mutunya, penampilannya belum standard, belum banyak kreasi produk olahan dari aren, pasar produk gula aren agak sulit berkembang pasarnya. Teknologi tungku yang hemat energi, hemat kayu bakar diyakini akan dapat mengurangi tingkat kesulitan petani dalam mengolah nira menjadi gula. Pada industri gula kelapa rakyat di Banyuwangi Jawa Timur sudah dikenal model tungku koloni yang hemat energi kayu bakar. Satu tungku yang sangat panjang terdapat wajan atau kuwali sekitar antara 4,6,8 bahkan 10 sampai dengan 12 buah, tergantung dari berapa banyak jumlah nira kelapa yang disadap (Kusmanto, 2008).

Gula aren cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar. Gula aren memiliki kelemahan, yaitu tingkat harga yang sangat fluktuatif dan tergantung musim, saat ini harga gula merah Rp 12.500 per kilo di tingkat pengrajin.

3. Kolang-Kaling

Kolang-kaling adalah makanan kenyal berbentuk lonjong dan berwarna putih transparan dibuat dari biji pohon pipih dan bergetah. Untuk membuat kolang-kaling biasanya membakar buah aren sampai hangus, kemudian diambil bijinya untuk direbus selama beberapa jam. Biji


(62)

yang sudah direbus tersebut kemudian direndam dengan larutan air kapur selama beberapa hari sehingga terfermentasikan.

Gambar 13 a) Buah Tanaman Aren ; (b) Kolang-Kaling

Buah kolang-kaling hanya dipanen sekali setahun dan biasanya dipanen pada saat hari raya. Satu pohon aren dapat dihasilkan 100 kg kolang-kaling dalam sekali panen dan harga kolang kaling berkisar Rp 3.500- Rp 4.000. Di Desa Rumah Sumbul, hanya sedikit petani aren yang menjual kolang-kaling, hal ini disebabkan pengerjaan terhadap kolang-kaling yang lama, dan buah kolang-kaling yang sangat gatal apabila terkena badan.

4. Ijuk

Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk dilepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itu menempel. Lempengan-lempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.


(63)

Gambar 14 Ijuk

Sumber : Kiprah Agroforestry, 2009

Masyarakat desa Rumah Sumbul memanfaatkan ijuk untuk melengkapi keperluan sehari-hari seperti membuat atap kandang ternak, sapu rumah, penggosok peralatan rumah dan lain-lain. Sebagian petani aren menjual bahan mentah ijuk kepada pengrajin ijuk yang memiliki usaha kerajinan ijuk. Masyarakat Desa Rumah Sumbul belum memiliki keterampilan khusus untuk membuat kerajinan dari ijuk.

Prospek Pengembangan Aren

Untuk dapat mengetahui prospek pengembangan tanaman aren di Desa Rumah Sumbul telah dilakukan penelitian mengenai kontribusi ekonomi rumah tangga, kontribusi terhadap perekonomian daerah, tenaga kerja (jam kerja) dan pemasaran produk tanaman aren.

1. Kontribusi Ekonomi Rumah Tangga

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, pendapatan utama responden berasal dari tanaman aren sebesar 571.200.000 (61.73%). Tanaman aren merupakan sumber utama dalam pemenuhan kebutuhan responden. Persentase pendapatan masyarakat dari tanaman aren dapat dilihat pada Tabel 9.


(64)

Tabel 9 Persentase Ekonomi Rumah Tangga Nomor Persentase Kontribusi Pendapatan Hasil

Tanaman Aren

Jumlah Responden

1 0%-20% 1

2 21%-40% 6

3 41%-60% 7

4 61%-80% 8

5 81%-100% 8

Jumlah 30

Keterangan :

0%-20% : 100.000 – 500.000 Kontribusi Pendapatan Sangat Kecil 21%-40% : 510.000 – 1.000.000 Kontribusi Pendapatan Kecil

41%-60% : 1.000.000 - 1.500.000 Kontribusi Pendapatan Sedang 61%-80% : 1.500.000 – 2.000.000 Kontribusi Pendapatan Besar

81%-100% : >2.000.000 Kontribusi Pendapatan Sangat Besar Dari hasil pendapatan diatas, tanaman aren memberi kontribusi pendapatan yang berbeda-beda hal ini disebabkan banyaknya jumlah nira yang dihasilkan yang dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang berproduksi dan produk apa yang dihasilkan dari tanaman aren. Sebanyak 23 responden (76.66%) memiliki pendapatan sedang hingga sangat besar dari bertanam aren. Pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekolah, dan membeli peralatan rumah tangga.

Tanaman aren memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Pengembangan tanaman aren ke depan yang lebih baik harus dilakukan karena masyarakat menggantungkan kehidupannya dari tanaman aren. Pengembangan tanaman aren berguna dalam mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, dan pelestarian lingkungan hidup. Tanaman aren memiliki produktivitas yang tinggi karena menghasilkan berbagai jenis produk yang dibutuhkan oleh


(1)

28 Kembar Sembiring Laki-Laki 45 Desa Rumah Sumbul Karo Katolik SMP Petani Aren - 1 29 Sahana Gurusinga Perempuan 48 Desa Rumah Sumbul Karo Kristen SMP Petani Aren (Gula Merah) Berladang 2

30 Sobat Kembaren Laki-Laki 36 Desa Rumah Sumbul Karo Katolik SMA Petani Aren - 1

Pendapatan Utama

Pendapatan

Sampingan Total Luas Lahan Status Lahan/Harga Jumlah Jumlah Pohon

Jumlah Waktu Bertani


(2)

1 Darmi Tarigan Rp850.000 Rp800.000 Rp850.000 1 Lahan Sewa/400.000 30 5 3

2 Reyno Cauta Tarigan Rp1.250.000 Rp1.200.000 Rp1.250.000 1 Lahan Pribadi 25 5 3.5

3 Batman Tarigan Rp1.500.000 Rp1.000.000 Rp1.500.000 1.5 Lahan Sewa/350.000 30 4 5

4 Irwansyah Sembiring Rp1.400.000 Rp300.000 Rp1.400.000 1 Lahan Sewa/400.000 80 5 4

5 Predi Perangin-Angin Rp1.200.000 Rp1.000.000 Rp1.200.000 1 Hutan Negara 35 4 3

6 Budi Tarigan Rp1.100.000 Rp1.000.000 Rp1.100.000 1 Lahan Pribadi 20 4 3

7 Karim Tarigan Rp1.000.000 Rp250.000 Rp1.000.000 1 Lahan Sewa/300.000 26 4 3.5

8 Tani Malau Rp900.000 Rp350.000 Rp900.000 2 Lahan Pribadi 40 4 3

9 Fristiando Purba Rp2.000.000 Rp0 Rp2.000.000 2 Hutan Negara 30 10 5

10 Suramana Gurusinga Rp2.000.000 Rp1.200.000 Rp2.000.000 1 Lahan Pribadi 22 10 5

11 Zaman Sembiring Rp1.200.000 Rp170.000 Rp1.200.000 2 Lahan Pribadi 30 6 3

12 Persadaan Gurusinga Rp3.200.000 Rp1.500.000 Rp3.200.000 5 Lahan Pribadi 40 6 3

13 Christian Tarigan Rp1.000.000 Rp550.000 Rp1.000.000 1 Lahan Pribadi 24 4 2.5

14 Sabarkita Tarigan Rp1.100.000 Rp650.000 Rp1.100.000 1 Lahan Sewa/300.000 30 5 4

15 Panten Tarigan Rp1.000.000 Rp900.000 Rp1.000.000 1 Lahan Pribadi 15 4 3

16 Dedi Sembiring Rp1.900.000 Rp200.000 Rp1.900.000 2.5 Lahan Pribadi 35 8 6

17 Maradona Ginting Rp1.600.000 Rp700.000 Rp1.600.000 2 Lahan Sewa/500.000 25 6 6

18 Moi Ginting Rp800.000 Rp450.000 Rp800.000 1 Lahan Pribadi 15 4 3

19 Zanna Ginting Rp2.500.000 Rp1.000.000 Rp2.500.000 3 Lahan Adat 35 11 6

20 Robinson Tarigan Rp4.000.000 Rp1.000.000 Rp4.000.000 3 Lahan Pribadi 600 6 3.5

21 Ingin Gurusinga Rp1.300.000 Rp700.000 Rp1.300.000 1.5 Lahan Pribadi 30 5 5

22 Jhonson Sembiring Rp1.750.000 Rp650.000 Rp1.750.000 2 Lahan Pribadi 45 5 5

23 Endame Suranta Sembiring Rp2.500.000 Rp0 Rp2.500.000 3 Lahan Adat 50 3 6

24 Sopian Tarigan Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000 1 Lahan Pribadi 25 1 4

25 Mariani Tarigan Rp3.500.000 Rp0 Rp3.500.000 2 Lahan Pribadi 35 11 10

26 Ipit Ginting Rp1.000.000 Rp750.000 Rp1.000.000 1 Lahan Sewa/300.000 14 4 3

27 Beni Sembiring Rp1.400.000 Rp0 Rp1.400.000 1 Lahan Pribadi 20 5 4

28 Kembar Sembiring Rp1.800.000 Rp0 Rp1.800.000 2 Lahan Pribadi 34 8 6

29 Sahana Gurusinga Rp3.500.000 Rp500.000 Rp3.500.000 3 Lahan Sewa/1.000.000 35 8 10


(3)

Nomor Nama Responden

Jenis Produk Satuan Produksi Harga Satuan Produksi

Nira Manis

Nira Pahit/Tuak

Gula

Merah Ijuk Nira Manis/Liter/ Hari

Nira Pahit/Liter /Hari

Gula Merah/Kg

/Minggu Ijuk + Lidi Nira Manis/Hari Nira Pahit/Liter /Hari

Gula Merah/Kg/Mi

nggu Ijuk + Lidi

1 Darmi Tarigan √ - - √ 20 - -

25 Kg/

4 Bulan Rp26.000 - -

25 Kg × 600 = 15.000 /4 Bulan


(4)

3 Batman Tarigan √ - - - 54 - - - Rp70.200 - - -

4 Irwansyah Sembiring √ - - - 37 - - - Rp48.100 - - -

5 Predi Perangin-Angin √ - - - 25 - - - Rp32.500 - - -

6 Budi Tarigan √ - - - 24 - - - Rp31.200 - - -

7 Karim Tarigan √ - - - 25 - - - Rp32.500 - - -

8 Tani Malau √ - - - 22 - - - Rp28.600 - - -

9 Fristiando Purba √ - - - 50 - - - Rp65.000 - - -

10 Suramana Gurusinga √ - - - 50 - - - Rp65.000 - - -

11 Zaman Sembiring √ - - - 30 - - - Rp39.000 - - -

12 Persadaan Gurusinga √ - - - 40 - - - Rp52.000 - - -

13 Christian Tarigan √ - - - 16 - - - Rp20.800 - - -

14 Sabarkita Tarigan √ - - - 28 - - - Rp36.400 - - -

15 Panten Tarigan √ - - - 23 - - - Rp29.900 - - -

16 Dedi Sembiring √ - - - 75 - - - Rp97.500 - - -

17 Maradona Ginting √ - - - 70 - - - Rp91.000 - - -

18 Moi Ginting √ - - - 15 - - - Rp19.500 - - -

19 Zanna Ginting √ - - - 65 - - - Rp84.500 - - -

20 Robinson Tarigan √ - - - 25 - - - Rp32.500 - - -

21 Ingin Gurusinga √ - - - 15 - - - Rp19.500 - - -

22 Jhonson Sembiring √ - - - 50 - - - Rp65.000 - - -

23 Endame Suranta Sembiring √ - - - 65 - - - Rp84.500 - - -

24 Sopian Tarigan √ - - - 25 - - - Rp32.500 - - -

25 Mariani Tarigan - - √ - 90 - 105 - - - Rp1.312.500 -

26 Ipit Ginting √ - - - 20 - - - Rp26.000 - - -

27 Beni Sembiring √ - - - 40 - - - Rp52.000 - - -

28 Kembar Sembiring √ - - - 50 - - - Rp65.000 - - -

29 Sahana Gurusinga - - √ - 55 - - - - - Rp687.500 -


(5)

Lampiran 3 Foto-Foto Penelitian di Desa Rumah Sumbul

1.

Tanaman Aren Desa Rumah Sumbul 2. Wawancara Bersama Masyarakat

Desa Rumah Sumbul

3.

Gabungan Kelompok Tani Aren 4. Wawancara bersama masyrakat di

(GAPOKTAN) Desa Rumah Sumbul sebuah lapo (warung) tuak


(6)

5.

Membuat Gula Merah 6. Tungku Pembuatan Gula Merah

7.

Pondok Membuat Gula Merah 8. Mencetak Gula Merah

9.

Fasilitas Umum Kamar Mandi di 10. Alat Cetak Gula Merah

Desa Rumah Sumbul