Gambaran Penderita Trauma Kepala di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2009.

(1)

GAMBARAN PENDERITA TRAUMA KEPALA DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK TAHUN 2009

Oleh :

KRISHNA VENI MALLINAIDU 070100379

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN PENDERITA TRAUMA KEPALA DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

KRISHNA VENI MALLINAIDU 070 100 379

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Gambaran Penderita Trauma Kepala di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2009

Nama: Krishna Veni Nim : 070100379

Pembimbing, Penguji,

... ... (dr. Erjan Fikri, SpB., SpBA.) (dr.T.Ibnu Alferally, SpPA.)

Medan, Disember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

... (Prof. Dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Kejadian trauma kepala adalah kasus yang sering ditemukan di Unit Gawat Darurat sesebuah Rumah Sakit Umum dan semakin meningkat seiring dengan banyaknya penduduk yang mengendarai kenderaan bermotor di Medan. Penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional telah digunakan untuk mengetahui distribusi dan gambaran penderita trauma kepala di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Haji Adam Malik tahun 2009. Data yang diperoleh menunjukkan 248 penderita dengan trauma kepala.

Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki 4 kali disbanding dari perempuan. Data juga menunjukkan persentase laki-laki adalah sebanyak 81%. Kebanyakan penderita trauma kepala adalah usia produktif yaitu dari 16 hingga 30tahun (44,4%). Penderita dengan trauma tersering adalah fraktur linear, compound, depresi, simple dan laserasi masing-masing sebanyak 34,3%. Kebanyakan kasus juga menunjukkan kejadian perdarahan epidural yaitu sebanyak 15,3%. Penderita trauma kepala datang dengan hanya trauma murni yaitu sebanyak 57,7%. Trauma kepala dengan tingkat keparahan sedang

berdasarkan Skala Koma Glasgow mempunyai insidensi tertinggi yaitu sebanyak 54,8% dan penyebab utama tingginya angka penderita trauma kepala adalah disebabkan oleh Kecelakaan Lalu-lintas (83,1%).

Trauma kepala merupakan penyakit yang sering terjadi di zaman modern seperti sekarang. Jadi seharusnya, setiap individu harus patuh pada peraturan dan undang-undang keselamatan lalu-lintas supaya bisa terhindar dari kecelakaan lalu lintas. Kata Kunci: Trauma Kepala, Perdarahan Intrakranial, Skala Koma Glasgow


(5)

ABSTRACT

Head trauma is the most seen cases in emergency department of a hospital and the incident is expected to rise as a consequence of increased mobility of people in Medan.

A descriptive with cross-sectional design is used and data are obtained from Haji Adam Malik General Hospital during a 1-year period (2009) showed the total of 248 patients diagnosed with variety pattern in characteristics of head trauma. Men are likely suffers head trauma which accounts about 81%. They are 4 times more prone compared to women in head trauma patients in Haji Adam Malik Hospital. Majority of patients are in productive age from 16 till 30 years which accounts for 44,4% whilst the highest incidence of type of trauma is linear,

depressed, compound or simple fracture and laceration wound which accounts for 34,3% separately. Most cases also reveals that the highest intracranial

haemorrhage present is Epidural Haemorrhage (15,3%). 57,7 % of patients diagnosed head trauma present with single trauma. Mild head trauma based on Glasgow Coma Scale shows the highest incidence among head trauma patients (54,8%). The main cause of patient suffering from head trauma is due to Road-Traffic accidents (83,1%).

Head trauma continues to be an enormous public health problem even with modern medicine in the 21st century. Thus, a strict safety measures has to be followed to prevent Road-traffic accidents.


(6)

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN...i ABSTRAK...ii ABSTRACT...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB 1 PENDAHULUAN...1

Latar Belakang...1

Rumusan Masalah...3

Tujuan Penelitian...3

Manfaat Penelitian...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Trauma Kepala...5

2.2. Kareteristik Penderita Trauma Kepala...5

2.2.1. Jenis Kelamin...5

2.2.2. Umur...5

2.3. Trauma Kepala...6

2.3.1. Jenis Trauma...6

2.4. Perdarahan Intrakranial ...8

2.4.1. Perdarahan Epidural...8

2.4.2. Perdarahan Subdural...9

2.4.3. Perdarahan Subaraknoid...10

2.4.4. Perdarahan Intraventrikular...10

2.4.5. Perdarahan Intraserebral...10

2.5. Trauma Murni atau Multipel...10

2.5.1. Trauma Murni...10

2.5.2. Trauma Multipel...11

2.6. Tingkat Keparahan Trauma Kepala dengan Skala Koma Glasgow....13

2.7. Gejala Klinis Trauma Kepala...16

2.7.1. Tanda-tanda Klinis dalam membantu diagnosa...16

2.7.2. Trauma Kepala Ringan...16

2.7.3. Trauma Kepala Berat...16

2.8. Penyebab Trauma Kepala...17

2.8.1. Mekanisme Terjadinya Kecederaan...17

2.8.2. Penyebab ...17


(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN OPERASI DEFINISIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...20

3.2. Definisi Operasional...20

3.3. Cara Ukur...24

3.4. Alat Ukur...24

3.5. Skala Pengukuran...24

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian...25

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian...25

4.3. Populasi dan sampel...26

4.3.1. Populasi...26

4.3.2. Sampel...26

4.4. Jenis dan Sumber Data...26

4.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data...26

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN...26

5.1. Hasil Penelitian...27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...27

5.1.2. Kareteristik Penderita Trauma Kepala...27

5.1.3. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Jenis Kelamin...27

5.1.4. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Usia...28

5.1.5. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Jenis Trauma...29

5.1.6. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Jenis Perdarahan Intrakranial...30

5.1.7. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Trauma Murni atau Multipel...31

5.1.8. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Tingkat Keparahan menurut Skala Koma Glasgow...31

5.1.9. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Penyebab...32

5.2. Pembahasan...32

5.2.1. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Jenis Kelamin...32

5.2.2. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Usia...33

5.2.3. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Jenis Trauma...33 5.2.4. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Jenis


(8)

Perdarahan Intrakranial...34 5.2.5. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Trauma Murni atau Multipel...34 5.2.6. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan Tingkat Keparahan menurut Skala Koma Glasgow...34 5.2.7. Distribusi Penderita Trauma Kepala Berdasarkan

Penyebab...34 BAB 6 KESIMPULAN dan

SARAN...36 6.1.

Kesimpulan...36 6.2.

Saran...36 DAFTAR

PUSTAKA...38 LAMPIRAN


(9)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dam memampukan penulis sehingga penulis dapat menyeleisaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama

menyeleisaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya dapat menyeleisaikan karya tulis ilmiah pada waktunya. Ucapan jutaan terima kasih ini penulis tujukan kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Mallinaidu dan Ibu Subbammah G.E. yang telah memberikan dorongan dan doa restu, baik moral maupun material selama penulis

menyeleisaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr. Erjan Fikri, SpB., SpBA selaku dosen pembimbing semasa menyeleisaikan proposal penelitian dan hasil penelitian, yang telah banyak membantu dan

memberikan bimbingan dalam rangka penyeleisaiaan karya tulis ilmiah ini. 3. Dr. Siti Harliza, SpM dan Dr. Nuraiza Meutia, BioMed selaku penguji ke-I dan ke-II yang telah memberikan saran dan nasehat dalam memperbaiki proposal penelitian karya tulis ilmiah ini.

4. Dr. T. Ibnu Alferally, SpPA selaku penguji yang telah memberikan saran dan nasehat beliau dalam menyeleisaikan hasil penelitian karya tulis ilmiah ini. 5. Direktur RSUP H. Adam Malik, Medan atas izin penelitian yang diberikan untuk melakukan penelitian di RSUP H.Adam Malik.

6. Staf-staf Bagian Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan informasi rekam medis yang dibutuhkan. 7. Kepada semua teman penulis yang ikut membantu penulis dalam

menyeleisaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut diatas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik demi perbaikan. Kepada peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis yang lebih tajam. Akhirnya semoga skripsi ini ada manfaatnya. Demikian dan terima kasih.

Medan, Disember 2010 Penulis


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

2.1 Skala Koma Glasgow...14

5.1 Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Kelamin..….27

5.2. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Usia………..28 5.3. Insiden Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Trauma...29

5.4. Insiden Penderita Trauma Kepala berdasarkan

Jenis Perdarahan Intrakranial...30 5.5. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan

Trauma Murni atau Multipel...31 5.6. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan

Tingkat Keparahan menurut Skala Koma Glasgow...31 5.7. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Penyebab...32


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2: Tabel 2.1 Skala Koma Glasgow Lampiran 3: Checklist

Lampiran 4: Surat Ethical Clearance Lampiran 5: Surat Izin Penelitian Lampiran 6: Data penelitian Lampiran 7: Output SPSS


(13)

ABSTRAK

Kejadian trauma kepala adalah kasus yang sering ditemukan di Unit Gawat Darurat sesebuah Rumah Sakit Umum dan semakin meningkat seiring dengan banyaknya penduduk yang mengendarai kenderaan bermotor di Medan. Penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional telah digunakan untuk mengetahui distribusi dan gambaran penderita trauma kepala di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Haji Adam Malik tahun 2009. Data yang diperoleh menunjukkan 248 penderita dengan trauma kepala.

Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki 4 kali disbanding dari perempuan. Data juga menunjukkan persentase laki-laki adalah sebanyak 81%. Kebanyakan penderita trauma kepala adalah usia produktif yaitu dari 16 hingga 30tahun (44,4%). Penderita dengan trauma tersering adalah fraktur linear, compound, depresi, simple dan laserasi masing-masing sebanyak 34,3%. Kebanyakan kasus juga menunjukkan kejadian perdarahan epidural yaitu sebanyak 15,3%. Penderita trauma kepala datang dengan hanya trauma murni yaitu sebanyak 57,7%. Trauma kepala dengan tingkat keparahan sedang

berdasarkan Skala Koma Glasgow mempunyai insidensi tertinggi yaitu sebanyak 54,8% dan penyebab utama tingginya angka penderita trauma kepala adalah disebabkan oleh Kecelakaan Lalu-lintas (83,1%).

Trauma kepala merupakan penyakit yang sering terjadi di zaman modern seperti sekarang. Jadi seharusnya, setiap individu harus patuh pada peraturan dan undang-undang keselamatan lalu-lintas supaya bisa terhindar dari kecelakaan lalu lintas. Kata Kunci: Trauma Kepala, Perdarahan Intrakranial, Skala Koma Glasgow


(14)

ABSTRACT

Head trauma is the most seen cases in emergency department of a hospital and the incident is expected to rise as a consequence of increased mobility of people in Medan.

A descriptive with cross-sectional design is used and data are obtained from Haji Adam Malik General Hospital during a 1-year period (2009) showed the total of 248 patients diagnosed with variety pattern in characteristics of head trauma. Men are likely suffers head trauma which accounts about 81%. They are 4 times more prone compared to women in head trauma patients in Haji Adam Malik Hospital. Majority of patients are in productive age from 16 till 30 years which accounts for 44,4% whilst the highest incidence of type of trauma is linear,

depressed, compound or simple fracture and laceration wound which accounts for 34,3% separately. Most cases also reveals that the highest intracranial

haemorrhage present is Epidural Haemorrhage (15,3%). 57,7 % of patients diagnosed head trauma present with single trauma. Mild head trauma based on Glasgow Coma Scale shows the highest incidence among head trauma patients (54,8%). The main cause of patient suffering from head trauma is due to Road-Traffic accidents (83,1%).

Head trauma continues to be an enormous public health problem even with modern medicine in the 21st century. Thus, a strict safety measures has to be followed to prevent Road-traffic accidents.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trauma kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai di unit gawat darurat suatu rumah sakit. ”No head injury is so serious that it should be despaired of, nor so trivial as to be lightly ignored”, menurut Hippocrates bahwa tidak ada cedera kepala yang perlu dikhawatirkan serius yang bisa kita putus harapan dan tidak ada juga keluhan yang dapat kita abaikan. Setiap tahun di Amerika Serikat mencatat 1,7 juta kasus trauma kepala, 52.000 pasien meninggal dan selebihnya dirawat inap. Trauma kepala juga merupakan penyebab kematian ketiga dari semua jenis trauma yang dikaitkan dengan kematian (CDC, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Trauma Project di Islamic Republic of Iran bahwa diantara semua jenis trauma tertinggi yang dilaporkan yaitu sebanyak 78,7% trauma kepala dan kematian paling banyak juga disebabkan oleh trauma kepala (Karbakhsh, Zandi, Rouzrokh, Zarei, 2009).

Rata-rata rawat inap pada lelaki dan wanita akibat terjatuh dengan diagnosa trauma kepala sebanyak 146,3 per100.000 dan 158,3 per100.000 (Thomas, 2006). Angka kematian trauma kepala akibat terjatuh lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan yaitu sebanyak 26,9 per100.000 dan 1,8 per100.000. Bagi lansia pada usia 65 tahun ke atas, kematian akibat trauma kepala mencatat 16.000 kematian dari 1,8 juta lansia di Amerika yang mangalami trauma kepala akibat terjatuh (CDC, 2005). Menurut Kraus (1993), dalam penelitiannya ditemukan bahwa anak remaja


(16)

hingga dewasa muda mengalami cedera kepala akibat terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dan akibat kekerasan sedangkan orang yang lebih tua cenderung mengalami trauma kepala disebabkan oleh terjatuh.

Penyebab utama trauma kepala adalah kecelakaan lalu lintas, kekerasan dan terjatuh (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006). Pejalan kaki yang mengalami tabrakan kendaraan bermotor merupakan penyebab trauma kepala terhadap pasien anak-anak bila dibandingkan dengan pasien dewasa (Adeolu, Malomo, Shokunbi, Komolafe dan Abio, 2005). Estimasi sebanyak 1,9 juta hingga 2,3 juta orang menerima perawatan kecederaan yang tidak fatal akibat kekerasan (Rosenberg, Fenley, 1991).

Menurut Akbar (2000), insiden trauma kepala pada tahun 1995 sampai 1998 terdiri dari tiga tingkat keparahan trauma kepala yaitu trauma kepala ringan sebanyak 60,3% (2463 kasus), trauma kepala sedang sebanyak 27,3% (1114 kasus) dan trauma kepala berat sebanyak 12,4% (505 kasus). Kematian akibat trauma kepala mencatatkan sebanyak 11% berjumlah 448 kasus. Angka kejadian trauma kepala pada tahun 2004 dan 2005 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), FKUI mencatat sebanyak 1426 kasus (Akbar, 2000).

Dari ulasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti gambaran penderita trauma kepala karena data insiden trauma kepala tidak ada di Medan dan penulis memilih Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) sebagai lokasi penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit yang terbesar di kota Medan dengan prevalensi perawatan penderita trauma kepala yang cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penderita yang mengalami trauma kepala yang menerima rawatan dengan rumusan seperti berikut:


(17)

Bagaimana mengkaji kareteristik pasien yaitu jenis kelamin dan umur, mengelompokan berdasarkan jenis trauma kepala, perdarahan intrakranial, trauma murni atau multipel, tingkat keparahan dengan Skala Koma Glasgow (SKG) dan penyebab atau mekanisme terjadinya trauma kepala.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah untuk mengetahui gambaran penderita trauma kepala yang dirawat di UGD RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh data penderita berdasarkan jenis kelamin dan umur yang didiagnosa mengalami trauma kepala dan dirawat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik (UGD RSUP H. Adam Malik) pada tahun 2009.

2. Untuk memperoleh data-data jenis trauma dan perdarahan intrakranial terhadap penderita trauma kepala yang dirawat di UGD RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009.

3. Mengkaji data penderita trauma kepala dengan adanya trauma murni atau multipel.

4. Untuk mengetahui tingkat keparahan menurut Skala Koma Glasgow (SKG) terhadap penderita trauma kepala pada penanganan pertama.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Untuk Rumah Sakit

Penelitian ini bermanfaat bagi pihak rumah sakit dalam mempersiapkan peralatan, ruang operasi dan tenaga kesehatan sehingga


(18)

mampu menangani terjadinya peningkatan pasien trauma kepala. Juga diharapkan dapat dilakukan latihan penanganan kasus emergensi terutama mengenai penanganan trauma kepala untuk prognosa yang lebih baik bagi pasien.

1.4.2. Untuk Masyarakat

Merupakan salah satu langkah pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya trauma kepala, terutama pada saat menggunakan sepeda motor harus memakai helm.

1.4.3. Untuk Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dasar yang mendukung penelitian yang lain di masa akan datang.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Trauma Kepala

Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).

2.2. Kareteristik Penderita Trauma Kepala 2.2.1. Jenis Kelamin

Pada populasi secara keseluruhan, laki-laki dua kali ganda lebih banyak mengalami trauma kepala dari perempuan. Namun, pada usia lebih tua perbandingan hampir sama. Hal ini dapat terjadi pada usia yang lebih tua disebabkan karena terjatuh. Mortalitas laki-laki dan perempuan terhadap trauma kepala adalah 3,4:1 (Jagger, Levine, Jane et al., 1984).

Menurut Brain Injury Association of America, laki-laki cenderung mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak daripada perempuan (CDC, 2006).

2.2.2. Umur

Resiko trauma kepala adalah dari umur 15-30 tahun, hal ini disebabkan karena pada kelompok umur ini banyak terpengaruh dengan alkohol, narkoba dan kehidupan sosial yang tidak bertanggungjawab


(20)

(Jagger, Levine, Jane et al., 1984). Menurut Brain Injury Association of America, dua kelompok umur mengalami risiko yang tertinggi adalah dari umur 0 sampai 4 tahun dan 15 sampai 19 tahun (CDC, 2006).

2.3. Trauma Kepala

2.3.1. Jenis Trauma

Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma (Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala setelah luka. The Brain and Spinal Cord Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila suatu pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak.

Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura mater. (Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan kecederaan atau trauma adalah seperti berikut;

a) Fraktur

Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline fracture, depressed fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai berikut:

Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit

Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan ‘splintering’.

Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.

Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural (Duldner, 2008).


(21)

Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak atau kelainan pada bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien yang mengalami trauma kepala berat (Graham and Gennareli, 2000; Orlando Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejala raccoon’s eye (penumpukan darah pada orbital mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior, media dan posterior (Garg, 2004).

Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang maxilofasial yang merupakan tulang yang kedua terbesar setelah tulang mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada sinus maxilari (Garg, 2004).

b) Luka memar (kontosio)

Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak. Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal dan oksipital. Kontusio yang besar dapat terlihat di CT-Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) seperti luka besar. Pada kontusio dapat terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema. Jika pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Corrigan, 2004).

c) Laserasi (luka robek atau koyak)

Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh


(22)

benda bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada proses penyembuhan dan biasanya pada penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut.

d) Abrasi

Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak.

e) Avulsi

Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas setelah kecederaan (Mansjoer, 2000).

2.4. Perdarahan Intrakranial 2.4.1. Perdarahan Epidural

• Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater. Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral.

• Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang membaik setelah beberapa hari.


(23)

2.4.2. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan antara dura mater dan araknoid, yang biasanya meliputi perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian iaitu:

a) Perdarahan subdural akut

• Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah.

• Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.

• Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak.

b) Perdarahan subdural subakut

• Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 7 sampai 10 hari setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat. • Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan tingkat

kesadaran.

c) Perdarahan subdural kronis  Terjadi karena luka ringan.

 Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural.

 Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran vaskuler dan secara pelan-pelan ia meluas.

 Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.

 Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik.


(24)

2.4.3. Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan antara rongga otak dan lapisan otak yaitu yang dikenal sebagai ruang subaraknoid (Ausiello, 2007).

2.4.4. Perdarahan Intraventrikular

Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral.

2.4.5. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Di mana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan hentaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon. (Hallevi, Albright, Aronowski, Barreto, 2008).

2.5. Trauma Murni atau Multipel

Menurut Barell, Heruti, Abargel dan Ziv (1999), sebanyak 1465 korban mengalami trauma kepala, sedangkan 1795 korban mengalami trauma yang multipel dalam penelitian di Israel. Kecederaan multipel berkaitan dengan keparahan dan ia adalah asas dalam mendiagnosa gambaran keseluruhan kecederaan. Dengan merekam seluruh kecederaan yang dialami oleh korban, ia dapat membantu dalam mengidentifikasi kecederaan yang sering mengikut penyebab trauma pada korban.

2.5.1. Trauma Murni

Trauma Murni adalah apabila korban didiagnosa dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau bagian anatomis yang mayor (Barell, Heruti, Abargel dan Ziv, 1999).


(25)

2.5.2. Trauma Multipel

Trauma multipel atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih kecederaan secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa menyebabkan kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif, psikologik atau kelainan psikososial dan disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak dicatat pada pasien politrauma dengan kombinasi dari kondisi yang cacat seperti amputasi, kelainan pendengaran dan penglihatan, post-traumatic stress syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans Health Administration Transmittal Sheet).

1. Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang

Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang tinggi serta pada aktivitas olahraga yang berbahaya boleh menyebabkan cedera pada beberapa bagian ini. Antara kemungkinan kecederaan yang bisa timbul adalah seperti berikut:

• Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada C3 bisa menyebabkan pasien apnu. Cedera dari C4-C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi, paralisis hipotonus tungkai atas dan bawah serta syok batang otak.

• Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur hiperekstensi yang bilateral pada tapak tulang servikal C2.

• Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan oleh cedera kompresi dan cedera dislokasi.

• Spondilosis servikal juga dapat terjadi.

Cedera ekstensi yaitu cedera ‘Whiplash’ terjadi apabila berlaku ekstensi pada tulang servikal.


(26)

2. Trauma toraks

Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera dinding toraks dan cedera paru.

a) Cedera dinding torak seperti berikut: • Patah tulang rusuk.

Cedera pada sternum atau ‘steering wheel’. Flail chest.

Open ‘sucking’ pneumothorax. b) Cedera pada paru adalah seperti berikut:

• Pneumotoraks. • hematorak.

Subcutaneous(SQ) dan mediastinal emphysema. • Kontusio pulmonal.

• Hematom pulmonal. • Emboli paru.

3. Trauma abdominal

Trauma abdominal terjadi apabila berlaku cedera pada bagian organ dalam dan bagian luar abdominal yaitu seperti berikut:

• Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kanan abdomen adalah seperti cedera pada organ hati, pundi empedu, traktus biliar, duodenum dan ginjal kanan.

• Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kiri abdomen adalah seperti cedera pada organ limpa, lambung dan ginjal kiri.

• Kecederaan pada kuadran bawah abdomen adalah cedera pada salur ureter, salur uretral anterior dan posterior, kolon dan rektum.

• Kecederaan juga bisa terjadi pada organ genital yang terbagi dua yaitu cedera penis dan skrotum.


(27)

4. Tungkai atas

Trauma tungkai atas adalah apabila berlaku benturan hingga menyebabkan cedera dan putus ekstrimitas. Cedera bisa terjadi dari tulang bahu, lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, jari-jari tangan serta ibu jari-jari.

5. Tungkai bawah

Kecederaan yang paling sering adalah fraktur tulang pelvik. Cedera pada bagian lain ekstrimitas bawah seperti patah tulang femur, lutut atau patella, ke arah distal lagi yaitu fraktur tibia, fraktur fibula, tumit dan telapak kaki (James, Corry dan Perry, 2000).

2.6. Tingkat Keparahan Trauma Kepala dengan Skor Koma Glasgow (SKG)

Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah;

1. Proses membuka mata (Eye Opening)

2. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response) 3. Reaksi bicara (Best Verbal Response)

Pemeriksaan Tingkat Keparahan Trauma kepala disimpulkan dalam suatu tabel Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale).


(28)

Table 2.1 Skala Koma Glasgow

Eye Opening

Mata terbuka dengan spontan 4

Mata membuka setelah diperintah 3

Mata membuka setelah diberi rangsang nyeri 2

Tidak membuka mata 1

Best Motor Response

Menurut perintah 6

Dapat melokalisir nyeri 5

Menghindari nyeri 4

Fleksi (dekortikasi) 3

Ekstensi (decerebrasi) 2

Tidak ada gerakan 1

Best Verbal Response

Menjawab pertanyaan dengan benar 5

Salah menjawab pertanyaan 4

Mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai 3 Mengeluarkan suara yang tidak ada artinya 2

Tidak ada jawaban 1

Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas; 1. Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 – 15 2. Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 – 13 3. Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 – 8

a) Trauma Kepala Ringan

Dengan Skala Koma Glasgow >12, tidak ada kelainan dalam CT-scan, tiada lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner,


(29)

Choi, Barnes, 1999). Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2001). Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000). Cedera kepala ringan adalah cedara otak karena tekanan atau terkena benda tumpul (Bedong, 2001). Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara (Corwin, 2000). Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata pada penderita cedera kepala ringan 1,59 mmol/L (Parenrengi, 2004).

b) Trauma Kepala Sedang

Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian penderita cedera kepala sedang mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15 mmol/L (Parenrengi, 2004).

c) Trauma Kepala Berat

Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner C, Choi S, Barnes Y, 1999). Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan (Parenrengi, 2004). Penelitian pada penderita cedera kepala secara klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan kondisi asidosis otak (DeSalles et


(30)

al., 1986). Penderita cedera kepala berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata asam laktat 3,25 mmol/L (Parenrengi, 2004).

2.7. Gejala Klinis Trauma Kepala

Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut:

2.7.1. Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah: a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os

mastoid)

b. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga) c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung) d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)

e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

2.7.2. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan; a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat

kemudian sembuh.

b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan. c. Mual atau dan muntah.

d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun. e. Perubahan keperibadian diri.

f. Letargik.

2.7.3. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat; a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan

di otak menurun atau meningkat. b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).

c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).


(31)

d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstrimitas.

2.8. Penyebab Trauma Kepala

2.8.1. Mekanisme Terjadinya Kecederaan

Beberapa mekanisme yang timbul terjadi trauma kepala adalah seperti translasi yang terdiri dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak dengan tiba-tiba suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.

Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu arah secara tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya. Rotasi adalah apabila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak sehingga membentuk sudut terhadap gerak kepala. Kecederaan di bagian muka dikatakan fraktur maksilofasial (Sastrodiningrat, 2009).

2.8.2. Penyebab Trauma Kepala

Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).

Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per100.000 populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1 per100.000 populasi di Amerika Serikat ( Coronado, Thomas, 2007). Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:


(32)

a) Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995).

b) Jatuh

Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.

c) Kekerasan

Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).

2.9. Indikasi CT –Scan pada Trauma Kepala

CT-Scan adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam sudut 360 derajat melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas. Bayangan foto akan direkonstruksi oleh komputer sehingga objek foto akan tampak secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto CT-Scan akan tampak sebagai penampang-penampang melintang dari objeknya.

Dengan CT-Scan isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya (Sastrodiningrat, 2009). Indikasi pemeriksaan CT-scan pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut:

1. Bila secara klinis (penilaian GCS) didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat.


(33)

2. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak. 3. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.

4. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran.

5. Sakit kepala yang hebat.

6. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan otak.

7. Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral (Irwan, 2009).

Perdarahan subaraknoid terbukti sebanyak 98% yang mengalami trauma kepala jika dilakukan CT-Scan dalam waktu 48 jam paska trauma. Indikasi untuk melakukan CT-Scan adalah jika pasien mengeluh sakit kepala akut yang diikuti dengan kelainan neurologis seperti mual, muntah atau dengan SKG (Skor Koma Glasgow) <


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 1: Kerangka Konsep Gambaran Penderita Trauma Kepala

3.2. Definisi Operasional

1. Kareteristik Penderita Trauma Kepala a) Jenis kelamin

Jenis kelamin yaitu perbedaan biologis pasien yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Penderita

Trauma Kepala

2. Jenis trauma kepala

6

. Penyebab

1.

Kareteristik

Pasien.

5

.Tingkat Keparahan

menurut SKG.

4. Trauma Murni

atau Multipel

3. Perdarahan

Intrakranial


(35)

b) Umur

Umur dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir.

2. Jenis trauma kepala adalah jenis kecederaan yang tampak dari luaran pada kepala pasien:

a) Fraktur

Keadaan patah atau retak pada tulang kranial. Fraktur terdiri dari linear, depresi, compound dan simple. Fraktur maxilofasial retak pada tulang maxilla. Fraktur basis krani adalah retak pada bagian basis tulang cranial.

b) Memar

Luka di dalam kulit dan tampak hiperemis.

c) Laserasi

Luka robek akibat benda tajam atau tumpul yang menyebabkan putusnya jaringan kulit kepala.

d) Abrasi

Luka pada pada bagian kulit kepala seperti lecet dan berpasir.

e) Avulsi

Luka pada bagian kepala dimana kulit terlepas dari intak tengkorak.

3. Perdarahan Intrakranial a) Perdarahan Epidural

Perdarahan yang terjadi antara tulang kranial dan selaput otak.

b) Perdarahan Subdural

Perdarahan yang terjadi dibawah lapisan dura mater tetapi diluar lapisan araknoid di otak yaitu antara lapisan selaput otak terluar dan tengah.


(36)

c) Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan yang terjadi pada rongga subaraknoid yaitu antara rongga otak dan selaput otak.

d) Perdarahan Intraventrikular

Perdarahan yang terjadi pada ventrikel otak.

e) Perdarahan Intraserebral

Perdarahan yang terjadi hingga masuk ke jaringan otak.

4. Trauma Murni atau Multipel a) Trauma Murni

Yaitu cedera yang terjadi akibat benturan dan hanya terjadi pada bagian kepala.

b) Trauma Multipel

Cedera yang terjadi pada tubuh pasien yang disebabkan oleh faktor-faktor yang lain seperti berikut:

i. Trauma leher

Yaitu terjadi cedera tulang servikal, bersamaan dengan cedera kepala pada saat kecelakaan.

ii. Trauma toraks

Yaitu kelainan pada bagian toraks yang mengalami patah tulang rusuk, tension pneumothorax, hemothorax, closed dan open pneumothorax serta flail chest.


(37)

iii. Trauma abdomen

Yaitu luka tembus pada bagian abdomen yang menyebabkan peritonitis dan perdarahan intrabdominal akibat robek pembuluh darah aorta, kerusakan ginjal, ruptur hati dan limpa.

iv. Kecederaan tungkai atas

Yaitu terjadi patah tulang humerus, radius, ulna dan sebagainya. Batasan adalah dari glenoid trokanter hingga ke distal jari-jari tungkai kiri dan kanan.

v. Kecederaan tungkai bawah

Patah tulang dari tulang pelvis hingga tulang distal jari-jari kaki kiri dan kanan.

5. Skor Koma Glasgow

Menurut rekam medik atau perkiraan menurut Tabel 2.1 Skala Koma Glasgow. (lihat lampiran 1).

a) Trauma kepala ringan, yaitu cedera ringan pada kepala dengan skor SKG 14-15.

b) Trauma kepala sedang, yaitu cedera sedang pada kepala dengan skor SKG 9-13.

c) Trauma kepala berat, yaitu cedera berat pada kepala dengan skor SKG 3-8.

6. Penyebab trauma kepala

Kemungkinan terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut: a) Kecelakaan Lalu Lintas

Suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi di jalan raya akibat adanya tabrakan pada pengguna jalan raya.


(38)

b) Jatuh

Apabila seseorang mengalami cedera kepala akibat terjatuh dari tempat tinggi atau tergelincir pada tempat yang licin dan kasar.

c) Kekerasan

Kekerasan yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, baik berupa penyiksaan atau perkelahian dengan menggunakan benda atau objek yang dapat menyebabkan cedera atau trauma.

3.3 Cara Ukur

Meneliti data dari Rekam Medis (data sekunder) dari bagian rekam medis di RSUP H. Adam Malik.

3.4 Alat Ukur

Alat ukur adalah dengan menggunakan checklist. ( lihat lampiran 2).

3.5 Skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal untuk SKG (Skala Koma Glasgow) yaitu untuk mengetahui tingkat keparahan trauma kepala. Sedangkan untuk kareteristik penderita, jenis trauma, perdarahan intrakranial, trauma murni atau multipel dan penyebab atau mekanisme trauma kepala menggunakan skala nominal.


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitan

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut meliputi rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data serta teknik pengolahan dan analisa data.

Dalam penelitian ini, pendekatan deskriptif dengan desain penelitian cross sectional study digunakan. Data penelitian diambil secara retrospektif (sekunder) dari rekam medis yaitu sepanjang tahun 2009 untuk mengetahui gambaran trauma kepala pada pasien yang mendapat perawatan di UGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Pemilihan lokasi pnelitian ini atas pertimbangan:

a. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum dan kebanyakan kasus-kasus darurat yang mendapat perawatan.

b. Rumah sakit ini mempunyai data yang lengkap tentang pasien-pasien yang mendapat perawatan di unit gawat darurat.

Waktu penelitian telah dilaksanakan dari bulan Augustus hingga September 2010.


(40)

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua penderita trauma kepala yang menerima perawatan di UGD RSUP. H. Adam Malik, Medan 2009, yaitu sebanyak 248 orang.

4.3.2. Sampel a. Sampel

Sampel adalah semua pasien yang mengalami trauma kepala yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan 2009.

b. Cara pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan total sampling dimana peneliti mengambil semua populasi terjangkau sebagai sampel, N= n. Hal ini demikian disesuaikan dengan judul yaitu untuk melihat gambaran seluruh objek penelitian ini. Maka setiap objek penelitian diteliti.

4.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari rekam medik di UGD RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009.

4.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences), kemudian dianalisa secara deskriptif yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi, diagram bar dan diagram pie.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah dan dikelola oleh Pemerintah Pusat. Rumah sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran Kota Medan Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

5.1.2. Kareteristik Penderita Trauma Kepala

Kareteristik penderita trauma kepala adalah yang didiagnosa dengan trauma kepala. Jumlah yang didapat adalah sebanyak 248 orang. Rekam medis yang tidak lengkap dan tidak relevan tidak dimasukkan dalam penelitian serta hanya diambil datanya pada tahun 2009 di Unit Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan.

5.1.3. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Kelamin No. Keterangan Jumlah Proporsi (%)

i) Laki-laki 201 81,0 ii) Perempuan 47 19,0

Jumlah 248

Pada tabel 5.1. di atas dapat dilihat bahwa jumlah penderita trauma kepala di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 yang jenis kelamin


(42)

laki-laki adalah sebanyak 201 orang dari total jumlah 248 pasien yang didiagnosa trauma kepala. Sedangkan penderita dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 47 orang. Proporsi dari kedua jenis kelamin adalah masing-masing 81% untuk laki-laki dan 19% untuk perempuan.

5.1.4. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Usia

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Usia No. Keterangan Jumlah Proporsi (%)

Kelompok umur

i) Anak-anak (0-15tahun) 56 22,6 ii) Dewasa Muda (16-30 tahun) 110 44,4 iii) Dewasa (31-45tahun) 50 20,2 iv) Pertengahan (46-60tahun) 24 9,7 v) Tua (≥61tahun) 8 3,2 Jumlah 248

Pada tabel diatas menunjukkan distribusi penderita trauma kepala berdasarkan umur penderita di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009 dengan kelompok umur yang terbanyak menderita trauma kepala adalah dewasa muda (16-30 tahun) dengan jumlah 110 orang (44,4%). Insidensi yang paling sedikit berlaku pada orang yang lebih tua yaitu 61 tahun ke atas dengan jumlah 8 orang dan proporsi sebanyak 3,2%. Hal ini diikuti dengan usia pertengahan yaitu diantara 46 hingga 60 tahun dengan sejumlah 24 orang dengan proporsi sebanyak 9,7%. Seterusnya adalah usia dewasa yaitu di antara 31 hingga 45 tahun yaitu sejumlah 50 orang dengan proporsi sebanyak 19,4%. Pada usia anak-anak yaitu diantara 0 hingga 15 tahun adalah sebanyak 56 orang dengan proporsi sebanyak 22,6%.


(43)

5.1.5. Insiden Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Trauma

Tabel 5.3. Insiden Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Trauma No. Keterangan Jumlah kasus Proporsi(%)

1. Fraktur

i)linear/depresi/compound/simple 85 34,3 ii) basis krani 31 12,5 iii)maksilofasial 24 9,7 2. abrasi 10 4,0

3. avulsi 17 6,9 4. laserasi 85 34,3 5. memar 82 33,0

Pada tabel 5.3. di atas menunjukkan jumlah penderita terhadap setiap jenis trauma berdasarkan fraktur, abrasi, laserasi serta memar. Angka kejadian tertinggi adalah fraktur linear, depresi, compound, simple dan laserasi yaitu sebanyak 85 dengan proporsi sebanyak 34,3%. Sedangkan yang jarang dijumpai pada penderita trauma kepala adalah abrasi dengan jumlah 10 orang dengan proporsi sebanyak 4%. Ini diikuti dengan avulsi yaitu sebanyak 17 kasus (6,9%), fraktur maksilofasial sebanyak 24 kasus (9,7%), fraktur basis kranii sebanyak 31 kasus (12,5%) dan kejadian memar sebanyak 82 kasus (33.1%).


(44)

5.1.6. Insiden Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Perdarahan Intrakranial

Tabel 5.4. Insiden Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Perdarahan Intrakranial

No. Keterangan Jumlah kasus Proporsi(%) 1. perdarahan intrakranial

i) epidural 38 15,3

ii) subdural 20 8,1

iii) subaraknoid 36 14,5 iv) intraventrikular 10 4,4 v) intraserebral 2 8,5

Pada tabel 5.4. diatas menunjukkan angka insiden tipe perdarahan intrakranial yang dialami oleh penderita trauma kepala. Paling banyak terjadi adalah perdarahan epidural yaitu sebanyak 38 kasus dengan proporsi sebanyak 15,3%. Sedangkan yang paling sedikit adalah perdarahan intraserebral yaitu sebanyak 2 kasus (8,5%). Hal ini diikuti dengan insidensi kejadian perdarahan intraventrikular yaitu sebanyak 10 kasus dengan proporsi sebanyak 4,4%, perdarahan subdural sebanyak 20 kasus (8,1%) serta perdarahan subaraknoid yaitu sebanyak 36 kasus (14,5%).


(45)

5.1.7. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Trauma Murni atau Multipel

Tabel 5.5. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Trauma Murni atau Multipel

No. Keterangan Jumlah Proporsi(%) 1. trauma murni(hanya bagian kepala) 143 57,7 2. satu bagian selain bagian kepala 73 29,4 3. dua bagian atau lebih 32 12,9 Jumlah 248

Pada tabel 5.5. diatas menunjukkan distribusi penderita trauma kepala berdasarkan trauma murni atau multipel dengan insidensi yang paling tinggi adalah trauma murni yaitu sebanyak 143 orang dengan proporsi sebanyak 57,7%. Sedangkan dengan trauma pada satu bagian termasuk pada bagian kepala adalah sebanyak 73 orang dengan proporsi sebanyak 29,4%. Trauma dengan dua bagian anatomis dan ke atas adalah sebanyak 32 orang dengan proporsi sebanyak 12,9%.

5.1.8. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Tingkat Keparahan menurut Skala Koma Glasgow

Tabel 5.6. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Tingkat Keparahan menurut Skala Koma Glasgow

No. Keterangan Jumlah Proporsi(%)

1. Ringan 136 54,8

2. Sedang 81 32,7 3. Berat 31 12,5 Jumlah 248

Pada tabel 5.6. diatas menunjukkan distribusi penderita trauma kepala berdasarkan tingkat keparahan menurut skala koma Glasgow


(46)

dengan frekwensi terbanyak adalah dengan manifestasi ringan yaitu sebanyak 136 dan proporsi sebanyak 54,8%. Ini diikuti dengan manifestasi sedang yaitu sebanyak 81 orang dengan proporsi sebanyak 12,5%. Seterusnya adalah manifestasi berat dengan jumlah 31 orang dan proporsi sebanyak 12,5%.

5.1.9. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Penyebab

Tabel 5.7. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Penyebab No. Keterangan Jumlah Proporsi(%)

1. Kecelakaan Lalu Lintas 206 83,1

2. Terjatuh 38 15,3

3. Kekerasan 4 1,6

Jumlah 248

Pada tabel 5.7. diatas menunjukkan distribusi penderita trauma kepala berdasarkan penyebab yaitu dengan prevalensi yang terbanyak adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 206 orang dengan proporsi 83,1%. Seterusnya adalah sebanyak 38 orang oleh sebab terjatuh dengan proporsi sebanyak 15,3%. Terakhir adalah disebabkan oleh kekerasan yaitu sebanyak 4 orang dengan proporsi sebanyak 1,6%.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Kelamin. Terdapat perbedaan yang amat ketara diantara laki-laki dan perempuan yaitu laki-laki seramai 201 orang (81%) dan perempuan seramai 47 orang (19%). Perbedaan yang amat ketara ini disebabkan kebanyakan laki-laki bekerja di luar berbanding perempuan. Kaum perempuan jarang keluar rumah atau dalam industri ringan sahaja.

Menurut Brain Injury Association of America, laki-laki lebih banyak menderita trauma kepala sebanyak 1,5 kali daripada perempuan


(47)

(CDC, 2006). Di penelitian ini, laki-laki mengalami trauma kepala 4 kali lebih banyak daripada perempuan.

5.2.2. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Usia.

Penderita pada kelompok umur tertinggi yaitu diantara usia 16 hingga 30 tahun dengan angka sebanyak 114 orang. Kelompok usia ini adalah dimana individu aktif bekerja di luar untuk menyara keluarga serta dari segi peraturan jalan sudah bisa membawa sepeda motor atau mobil secara legal.

Menurut CDC 2006, kelompok umur yang paling sering mengalami trauma kepala adalah usia diantara 0 hingga 4 tahun dan 15 hingga 19 tahun. Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian yaitu umur anak-anak merupakan kejadian kedua tertinggi setelah dewasa muda.

5.2.3. Insiden Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Trauma

Fraktur linear, depresi, compound, simple dan luka laserasi lebih banyak pada penderita trauma kepala karena kontribusi sebanyak 85 orang (34,3%). Hal ini bergantung pada mekanisme trauma yang terjadi dan jarang diketahui karena selalunya penderita kehilangan kesadaran ketika kejadian.

Menurut penelitian yang dijalankan di India, sebanyak 13% fraktur depresi dan memar 43% dilaporkan pada pasien yang didiagnosa trauma kepala (Basavaraj, Vengkatesh, Umamaheswara Rao, 2005).

5.2.4. Insiden Penderita Trauma Kepala berdasarkan Jenis Perdarahan Intrakranial

Kejadian perdarahan epidural tertinggi pada penderita trauma kepala berbanding perdarahan intrakranial yang lain serta kedua tertinggi adalah perdarahan subaraknoida. Arteri yang paling luar yang mendarahi selaput otak yaitu pada dura mater adalah arteri meningeal. Mekanisme


(48)

trauma yang terjadi bisa meruptur arteri sehingga terjadi perdarahan epidural (Garg, 2004). Menurut penelitian yang dilakukan di India,

insidensi kontusio serebral adalah sebanyak 34% dan perdarahan subdural sebanyak 10% dilaporkan pada pasien yang didiagnosa trauma kepala (Basavaraj, Vengkatesh, Umamaheswara Rao, 2005).

5.2.5. Distribusi Penderita Trauma kepala berdasarkan trauma Murni atau Multipel

Menurut tabel 5.5 jelas menunjukkan pada semua penderita yang didiagnosa trauma kepala, seramai 143 (57,7%) mengalami trauma murni yang berarti kecederaan pada bagian kepala sahaja. Seramai 73 (29,4%) penderita datang dengan kecederaan pada satu bagian anatomis yang lain sedangkan penderita yang mengalami trauma kepala dan kecederaan pada dua bagian anatomis yang lain adalah seramai 32 (12,9%).

5.2.6. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Tingkat Keparahan menurut Skala Koma Glasgow.

Beberapa penelitian yang dijalankan menunjukkan trauma kepala tipe ringan adalah lebih banyak berbanding sedang dan berat. Menurut penelitian di Rumah Sakit Mongunkosumo, proporsi penderita trauma kepala ringan adalah sebanyak 60,3%, trauma kepala sedang adalah sebanyak 27,3% dan trauma kepala berat mencatat sebanyak 12,4%. Hal ini selaras dengan penelitian saya yaitu dari 248 penderita trauma kepala sebanyak 54,8% adalah dengan tipe ringan, trauma kepala sedang sebanyak 32,7% dan trauma kepala berat adalaha sebanyak 12,5%.

5.2.7. Distribusi Penderita Trauma Kepala berdasarkan Penyebab

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama meningkatnya angka penderita trauma kepala. Hal ini terkait dengan angka kecelakaan lalu lintas yang sangat tinggi di Indonesia. Menurut data dari Poltabes


(49)

Medan lebih dari 700 kasus kecelakaan lalu lintas tercatat pada tahun 2009.

Menurut CDC 2006, penyebab utama meningkatnya penderita trauma kepala di Amerika Serikat adalah karena jatuh yaitu sebanyak 28%. Kecelakaan lalu lintas mencatat tempat kedua tertinggi yaitu sebanyak 20%. Hal ini diikuti dengan kekerasan atau lain-lain.


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Laki-laki 4 kali lebih banyak menderita trauma kepala daripada perempuan karena kuatnya peran kaum laki–laki dalam ekonomi keluarga, masyarakat dan negara. Kelompok usia dewasa muda yaitu dari 16 hingga 30 tahun dalam resiko tinggi menderita trauma kepala karena pada usia ini sudah mulai menunggang sepeda motor atau aktif mengemudi untuk tujuan ekonomi dan sebagainya. Dua jenis trauma yang sering pada pasien didiagnosa trauma kepala adalah fraktur tipe linear, depresi, compound, simple dan laserasi (34,3%).

Perdarahan intrakranial yang sering terjadi adalah perdarahan epidural (15,3%). Kebanyakan penderita trauma kepala datang dengan trauma murni (57,7%). Penderita trauma kepala dengan tingkat keparahan ringan adalah dominan (60,3%). Angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi di Medan secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan jumlah penderita trauma kepala.

6.2. Saran

Salah satu visi Indonesia Sehat 2010 adalah untuk mengurangkan angka kecelakaan lalu lintas karena sebanyak 83,1% menunjukkan angka penderita trauma kepala yang tinggi adalah disebabkan kecelakaan lalu lintas. Orang ramai harus sadar tentang bahaya akibat dari kecuaian ketika mengenderai kenderaan bermotor. Berikut adalah beberapa saran yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut;

i. Kampanye berupa edukasi untuk orang ramai tentang keselamatan harus diutamakan ketika mengenderai seperti penggunaan sabuk pengaman, helm yang berkualiti, sesuai ukuran kepala untuk dewasa atau anak dan harus memakainya dengan benar.


(51)

ii. Usia untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) haruslah dinaikkan agar dapat mengurangkan angka remaja terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.

iii. Peraturan harus diperketat seperti had laju di jalan raya, pengemudi harus disangsi jika terbukti membahayakan diri dan pengguna jalan yang lain.

iv. Pencahayaan di sepanjang jalan terutama pada waktu malam harus dititkberatkan serta kondisi jalan raya harus diperbaiki jika jalan berkenaan sering kejadian tabrakan kenderaan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adeolu A., Malomo A., Shokunbi M., Komolafe E., dan Abiona T., 2005: Etiology of Head Injuries in Southwestern Nigeria: A Public Health Perspective. The Internet Journal of Epidemiology 2(2). Available:

Akbar M., 2007. Neuroprotectan in Head Trauma: Aspek Gawat Darurat, Hassanuddin University. Available:

[Accessed 22 April 2010].

Basavaraj, K.G., Vengkatesh, H.K., Umamaheswara Rao, G.S., 2005. A Prospective Study of Demography and Outcome in Operated Head Injuries. Indian J. Anaesth. 2005; 49 (1): 24-30.

Coronado V.G., Thomas K.E., Div of Injury Response, Kegler S.R., Div of Violence Prevention, National Center for Injury Prevention and Control, CDC 56(08); 167-170.

Garg, Krishna. Chaurasia’s Human Anatomy, Volume 3; Head, Neck & Brain, Fourth edition. CBS Publishers (2004); 34-38.

Hallevi H., Albright K., Aronowski J., Barreto A., Martin-Schild et al., 2008. Intraventricular hemorrhage: Anatomic relationships and clinical implications Neurology; 70: 848-852.

Irwana O., 2009. Cedera Kepala, Universitas Riau. Available from:


(53)

Islam A.A., Uwuratuw J.A., Patellongi I., 2006. Severity of Head Injury (GCS) and Cytokines TNF, Il-10 and ICAM-1 Serum and TNF/IL-10 ratio of the Closed Head Injury Patients, Hassanuddin University. Available:

James C.E., Corry R.J., and Perry J.F., 2000. Principles of Basic Surgical Practice. A.I.T.B.S Publishers and Distributers.

Jagger J, Levine JI, Jane JA, Rimel RW. Epidemiologic features of head injury in a predominantly rural population. Journal of Trauma 1984;24:40-44.

Karbakhsah, M., Zandi, N.S., Rouzrokh, M., Zarei, M.R., 2009. Injury Epidiomology in Kermanshah:the National Trauma Project in Islamic Republic of Iran. Eastern Mediterranean Health Journal 15 (1):57-63.

Langlois J.A., Rutland-Brown W., Thomas K.E., Traumatic brain injury in the United States: emergency department visits, hospitalizations, and deaths. Atlanta (GA): Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Injury Prevention and Control, 2006.

National Institute for Health and Clinical Excellence, 2007. Head Injury: triage, assessment, investigation and early management of head injury in infants, children and adults. National collabrating Center for Acute Care.

Parenrengi, M.A., 2004. Peranan Senyawa Oksigen Reaktif pada Cedera Kepala Berat dan Pengaruhnya pada Gangguan Fungsi Enzim Akonitase dan Kondisi Asidosis Primer Otak. Official Journal of The Indonesian Neurosurgery Society; 2(3): 157-166.


(54)

Reisner A., 2009. Understanding Traumatic Brain Injuries. Medical Director of Children’s Neuro Trauma Program. Available:

Rosenberg, M.L., Fenley, M.A., 1991. Violence in America: A Public Health Approach. Oxford University Press.

Sastrodoningrat A.G., 2007. Pemahaman Indikator-Indikator Dini dalam Menentukan Prognosa Cedera Kepala Berat, Universitas Sumatera Utara. Available:

Schneider J.J., 2007. Etiology of Traumatic Brain Injury:Impact on Psychological Functioning. Louisiana State University. Available: 2010].


(1)

Medan lebih dari 700 kasus kecelakaan lalu lintas tercatat pada tahun 2009.

Menurut CDC 2006, penyebab utama meningkatnya penderita trauma kepala di Amerika Serikat adalah karena jatuh yaitu sebanyak 28%. Kecelakaan lalu lintas mencatat tempat kedua tertinggi yaitu sebanyak 20%. Hal ini diikuti dengan kekerasan atau lain-lain.


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Laki-laki 4 kali lebih banyak menderita trauma kepala daripada perempuan karena kuatnya peran kaum laki–laki dalam ekonomi keluarga, masyarakat dan negara. Kelompok usia dewasa muda yaitu dari 16 hingga 30 tahun dalam resiko tinggi menderita trauma kepala karena pada usia ini sudah mulai menunggang sepeda motor atau aktif mengemudi untuk tujuan ekonomi dan sebagainya. Dua jenis trauma yang sering pada pasien didiagnosa trauma kepala adalah fraktur tipe linear, depresi, compound, simple dan laserasi (34,3%).

Perdarahan intrakranial yang sering terjadi adalah perdarahan epidural (15,3%). Kebanyakan penderita trauma kepala datang dengan trauma murni (57,7%). Penderita trauma kepala dengan tingkat keparahan ringan adalah dominan (60,3%). Angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi di Medan secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan jumlah penderita trauma kepala.

6.2. Saran

Salah satu visi Indonesia Sehat 2010 adalah untuk mengurangkan angka kecelakaan lalu lintas karena sebanyak 83,1% menunjukkan angka penderita trauma kepala yang tinggi adalah disebabkan kecelakaan lalu lintas. Orang ramai harus sadar tentang bahaya akibat dari kecuaian ketika mengenderai kenderaan bermotor. Berikut adalah beberapa saran yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut;

i. Kampanye berupa edukasi untuk orang ramai tentang keselamatan harus diutamakan ketika mengenderai seperti penggunaan sabuk pengaman, helm yang berkualiti, sesuai ukuran kepala untuk dewasa atau anak dan harus memakainya dengan benar.


(3)

ii. Usia untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) haruslah dinaikkan agar dapat mengurangkan angka remaja terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.

iii. Peraturan harus diperketat seperti had laju di jalan raya, pengemudi harus disangsi jika terbukti membahayakan diri dan pengguna jalan yang lain.

iv. Pencahayaan di sepanjang jalan terutama pada waktu malam harus dititkberatkan serta kondisi jalan raya harus diperbaiki jika jalan berkenaan sering kejadian tabrakan kenderaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adeolu A., Malomo A., Shokunbi M., Komolafe E., dan Abiona T., 2005: Etiology of Head Injuries in Southwestern Nigeria: A Public Health Perspective. The Internet Journal of Epidemiology 2(2). Available:

Akbar M., 2007. Neuroprotectan in Head Trauma: Aspek Gawat Darurat, Hassanuddin University. Available:

[Accessed 22 April 2010].

Basavaraj, K.G., Vengkatesh, H.K., Umamaheswara Rao, G.S., 2005. A Prospective Study of Demography and Outcome in Operated Head Injuries. Indian J. Anaesth. 2005; 49 (1): 24-30.

Coronado V.G., Thomas K.E., Div of Injury Response, Kegler S.R., Div of Violence Prevention, National Center for Injury Prevention and Control, CDC 56(08); 167-170.

Garg, Krishna. Chaurasia’s Human Anatomy, Volume 3; Head, Neck & Brain, Fourth edition. CBS Publishers (2004); 34-38.

Hallevi H., Albright K., Aronowski J., Barreto A., Martin-Schild et al., 2008. Intraventricular hemorrhage: Anatomic relationships and clinical implications Neurology; 70: 848-852.

Irwana O., 2009. Cedera Kepala, Universitas Riau. Available from:


(5)

Islam A.A., Uwuratuw J.A., Patellongi I., 2006. Severity of Head Injury (GCS) and Cytokines TNF, Il-10 and ICAM-1 Serum and TNF/IL-10 ratio of the Closed Head Injury Patients, Hassanuddin University. Available:

James C.E., Corry R.J., and Perry J.F., 2000. Principles of Basic Surgical Practice. A.I.T.B.S Publishers and Distributers.

Jagger J, Levine JI, Jane JA, Rimel RW. Epidemiologic features of head injury in a predominantly rural population. Journal of Trauma 1984;24:40-44.

Karbakhsah, M., Zandi, N.S., Rouzrokh, M., Zarei, M.R., 2009. Injury Epidiomology in Kermanshah:the National Trauma Project in Islamic Republic of Iran. Eastern Mediterranean Health Journal 15 (1):57-63.

Langlois J.A., Rutland-Brown W., Thomas K.E., Traumatic brain injury in the United States: emergency department visits, hospitalizations, and deaths. Atlanta (GA): Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Injury Prevention and Control, 2006.

National Institute for Health and Clinical Excellence, 2007. Head Injury: triage, assessment, investigation and early management of head injury in infants, children and adults. National collabrating Center for Acute Care.

Parenrengi, M.A., 2004. Peranan Senyawa Oksigen Reaktif pada Cedera Kepala Berat dan Pengaruhnya pada Gangguan Fungsi Enzim Akonitase dan Kondisi Asidosis Primer Otak. Official Journal of The Indonesian Neurosurgery Society; 2(3): 157-166.


(6)

Reisner A., 2009. Understanding Traumatic Brain Injuries. Medical Director of Children’s Neuro Trauma Program. Available:

Rosenberg, M.L., Fenley, M.A., 1991. Violence in America: A Public Health Approach. Oxford University Press.

Sastrodoningrat A.G., 2007. Pemahaman Indikator-Indikator Dini dalam Menentukan Prognosa Cedera Kepala Berat, Universitas Sumatera Utara. Available:

Schneider J.J., 2007. Etiology of Traumatic Brain Injury:Impact on Psychological Functioning. Louisiana State University. Available: 2010].


Dokumen yang terkait

Gambaran Kadar Natrium Dan Kalium Penderita Kontusio Serebri Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012

1 85 78

Gambaran kadar gula darah pada penderita Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Tahun 2009

19 127 45

Profil Penderita Asma pada Anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik Tahun 2009

0 35 57

Gambaran Profil Lipid pada Penderita Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009

0 45 63

Gambaran Tindakan Trakeostomi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan Tahun 2008 - 2009

1 56 57

Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013

0 5 57

Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013

0 1 12

Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013

0 0 2

Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013

0 0 3

Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013

0 0 11