hanya didasarkan untuk memenuhi kesenangan bukan dengan tujuan menjaga kehormatan agamanya dan membina keluarga sejahtera. Hukum mubah ini juga di
tunjukan bagi orang yang antara pendorong dan penghambatnya untuk menikah itu sama, sehingga menimbulkan keraguan orang yang melakukan menikah, seperti
mempunyai keinginan tetapi belum mempunyai kemampuan, mempunyai kemampuan untuk melakukan tetapi belum mempunyai kemauan yang kuat.
20
2. Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan pada umumnya tergantung pada masing-masing individu yang akan melakukannya, karena lebih bersifat subjektif. Namun demikian juga ada
tujuan umum yang memang diinginkan oleh semua orang yang akan melakukan pernikahan, yaitu untuk memperoleh kebahagian dan kesejahtraan lahir batin dunia
dan akhirat. Selain itu, tujuan pernikahan adalah untuk menegakkan agama Allah dalam
arti mentaati perintah dan larangan Allah, juga untuk mendapat keturunan yang sah, dan untuk mencegah maksiat, yang terjadinya perzinaan dan pelacuran. Sebagaimana
dalam hadis Nabi:
20
Rahman Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pusataka Setia, 1999 h.18
Artinya “Dari Abdullah bin Masud. Sesungguhnya Rasulallah SAW. Bersabda
kepadaku, Wahai kaum muda Barang siapa yang sudah mampu memberi nqfkah, maka nikahlah. Karena sesungguhnya pemikahan itu dapat menjaga
pandangan mata dan kehormatan faraj. Barang siapa yang tidak mampu, maka berpuasalah, karenapuasa merupakan benteng baginya. Muttafaq
alaih.
Tujuan pernikahan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.
Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir
batinya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antara anggota keluarga.
22
Dari penjelasan di atas, maka tujuan pernikahan itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu:
1. Mendapat dan melangsungkan keturuan.
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa naluri manusia mempunyai
21
Abi al-Husain Muslim, Sahih Muslim, Istihbabi an-Nikah, Bairut: Dar el- Kutub 2003h.519.
22
Abdurahman Ghazaly, Fikih Munakahat, Jakarta: Kencana 2003 h.22
kecenderungan untuk mempunyai keturunan yang sah, dan keabsahanya diakui oleh dirinya, masyarakat, negara dan kebenaran keyakinan agama Islam memberi jalan
untuk itu. Agama memberi jalan hidup manusia agar hidup bahagia di dunia dan akhirat.
al- Quran juga menganjurkan agar manusia selalu berdoa agar dianugerahi anak yang menjadi mutiara dari isterinya, sebagaimana tercantum dalam surat al-
Furqan ayat 74:
Artinya “Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenag hatikami ”
Q.S. al- Furqan: 74
Anak sebagai keturunan bukan saja menjadi buah hati, tetapi juga sebagai pembantu dalam hidup di dunia. Bahkan anak akan memberi tambahan amal
kebajikan di akhirat nanti, manakala dapat mendidiknya menjadi anak yang saleh, sebagaimana sabda Nabi Saw yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah:
23
Al- Imam al- Hafidz al- Faqih Ibnu Zakariyya, Riyadu as-Salihiin, Surabaya: Dar al- Ilmi
tth.118.
Artinya: Dari Abu Hurairah RA berkata: Nabi salallahu alahi wasallam bersabda: Apabila manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga
hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang selalu mendoakannya
” HR.Muslim dari Abu Hurairah.
Untuk memperoleh keturunan yang sah merupakan tujuan yang pokok dari pernikahan itu sendiri. Memperoleh anak dalam pernikahan bagi penghidupan
manusia mengandung dua kepentingan, yaitu; kepentingan untuk diri pribadi dan kepentingan yang bersifat umum. Setiap orang melaksanakan pernikahan tentu
mempunyai keinginan untuk memperoleh keturunananak. Bisa dirasakan bagaimana perasaan suami isteri yang hidup berumah tangga tanpa mempunyai anak, tentu
kehidupannya terasa sepi dan hampa.
2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan
menumpahkan rasa kasih sayang diantara mereka. Sudah menjadi fitrah, manusia diciptakan berpasang-pasangan dan
mempunyai keinginan untuk berhubungan antara pria dan wanita, sebagaimana dalam al- Quran surat al- Baqarah ayat 187 yang menyatakan:
Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka
” Q.S. al- Baqarah: 187
3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.
Dorongan nafsu yang utama ialah nafsu seksual, oleh karena itu pernikahan
merupakan jalan terbaik untuk menyalurkan hasrat saksual tersebut. Pernikahan dapat mengurangi dorongan yang kuat atau dapat mengembalikan gejolak nafsu seksual.
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta
kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan
yang halal.
Suami isteri yang pernikahannya didasarkan pada pengamalan agama, jerih payah dalam usahanya dan upayanya mencari keperluan hidupnya dan keluarga yang
dibina dapat digolongkan ibadah dalam arti luas. Dengan demikian, melalui rumah
tangga dapat ditimbulkan gairah bekerja dan bertanggung jawab serta berusaha
mencari harta yang halal.
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas
dasar cinta dan kasih sayang. Suatu kenyataan bahwa manusia di dunia tidaklah berdiri sendiri melainkan
bermasyarakat yang terdiri dari unit-unit yang terkecil yaitu keluarga yang terbentuk melalui pernikahan, dalam hidupnya manusia memerlukan ketenangan dan
ketentraman hidup. Ketenangan dan ketentraman yaitu untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan masyarakat dapat dicapai dengan adanya ketenangan dan ketentraman
anggota keluarga dalam keluarganya. Ketenangan dan ketentraman keluarga tergantung dari keberhasilan pembinaan yang harmonis antara suami isteri dalam satu
rumah tangga. Keharmonisan diciptakan oleh adanya kesadaran anggota keluarga
dalam menggunakan hak dan pemenuhan kewajiban. Allah menjadikan unit keluarga
yang dibina dengan pernikahan antara suami isteri dalam membentuk ketenangan dan
ketentraman serta mengembangkan cinta dan kasih sayang sesama warganya.
24
B. Hak dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Keluarga