11 Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel
eksternal yang berfunsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal
pada rangkaian rotor belitan menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil dibanding dengan rotor sangkar.
Konstruksi motor tiga fasa rotor belitan ditunjukkan pada gambar 2.5 di bawah ini.
a b
Gambar 2.5. a Rotor Belitan, b Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa dengan Rotor
Belitan
II.3. Prinsip Medan Putar
Apabila belitan stator dihubungkan dengan catu daya tiga fasa maka akan dihasilkan medan magnet yang berputar. Medan magnet ini dibentuk oleh kutub
– kutubnya yang berada pada posisi yang tidak tetap pada stator tetapi berubah – ubah mengelilingi stator. Adapun magnitud dari medan putar ini selalu tetap
yaitu sebesar 1.5 Φ
m
dimana Φ
m
Untuk melihat bagaimana medan putar dibangkitkan, maka dapat diambil contoh pada motor induksi tiga fasa dengan jumlah kutub dua. Dimana ke-tiga
fasanya R,S,T disuplai dengan sumber tegangan tiga fasa, dan arus pada fasa ini adalah fluks yang disebabkan suatu fasa.
Universitas Sumatera Utara
12 ditunjukkan sebagai I
R
, I
S
, dan I
T
, maka fluks yang dihasilkan oleh arus – arus ini adalah
:
Φ
R
= Φ
m
sin ωt
............................. 2.1a Φ
S
= Φ
m
sin ωt – 120
o
...................... 2.1b Φ
T
= Φ
m
sin ωt – 240
o
Gambar 2.6. Gambar 2.7.
Arus Tiga Fasa Setimbang Diagram Phasor Fluksi Tiga
Fasa Setimbang
...................... 2.1c
a b
c d
Gambar 2.8
Medan Putar Pada Motor Induksi Tiga Fasa
Universitas Sumatera Utara
13
a. Pada keadaan 1 gambar 2.8
, ωt = 0 ; arus dalam fasa R bernilai nol sedangkan besarnya arus pada fasa S dan fasa T memiliki nilai yang sama
dan arahnya berlawanan. Dalam keadaan seperti ini arus sedang mengalir ke luar dari konduktor sebelah atas dan memasuki konduktor sebelah
bawah. Sementara resultan fluks yang dihasilkan memiliki besar yang kons
tan yaitu sebesar 1,5 Φ
m
Φ dan dibuktikan sebagai berikut :
R
= 0 ; Φ
S
= Φ
m
sin -120
o
2 3
− =
Φ
m
; Φ
T
= Φ
m
sin -240
o
2 3
= Φ
m
Oleh karena itu resultan fluks, Φ
r
adalah jumlah ph asor dari Φ
T
dan – Φ
S
Sehinngga resultan fluks, Φ
r
2 3
= 2 x Φ
m
cos 30
o
= 1,5 Φ
m
b.
Pada keadaan 2, arus bernilai maksimum negatif pada fasa S, sedangkan pada R dan fasa T bernilai 0,5 maksimum pada fasa R dan fasa T, dan pada
saat in i ωt = 3 0
o
Φ , oleh karena itu fluks yang diberikan oleh masing –
masing fasa :
R
= Φ
m
sin -120
o
= 0,5 Φ
m
Φ
S
= Φ
m
sin -90
o
= - Φ
m
Φ
T
= Φ
m
sin -210
o
= 0,5 Φ
Maka jumlah phasor Φ
m
R
dan - Φ
T
adalah = Φ
r
’ = 2 x 0,5 Φ
m
cos 60 = 0,5 Φ
m.
Universitas Sumatera Utara
14 Sehingga resultan fluks Φ
r
= 0,5 Φ
m
+ Φ
m
= 1,5 Φ
m.
Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah sejauh 30
o
dari posisi pertama.
c.
Pada keadaan ini ωt = 60
o
, arus pada fasa R dan fasa T memiliki besar yang sama dan arahnya berlawanan 0,866 Φ
m
Φ , oleh karena itu fluks yang
diberikan oleh masing – masing fasa :
R
= Φ
m
sin 60
o
2 3
= Φ
m
Φ
S
= Φ
m
sin -60
o
2 3
− =
Φ
m
Φ
T
= Φ
m
sin -180
o
= 0 Maka magnitud dari fluks resultan :
Φ
r
2 3
= 2 x Φ
m
cos 30
o
= 1,5 Φ
m
Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah sejauh 60
o
dari posisi pertama.
d.
Pada keadaan ini ωt = 90
o
, arus pada fasa R maksimum positif, dan arus pada fasa S dan fasa
T = 0,5 Φ
m
Φ , oleh karena itu fluks yang diberikan oleh
masing – masing fasa
R
= Φ
m
sin 90
o
= Φ Φ
m S
= Φ
m
sin -30
o
= - 0,5 Φ
m
Φ
T
= Φ
m
sin -150
o
= - 0,5 Φ
m
Maka jumlah phasor - Φ
T
dan – Φ
S
adalah = Φ
r
’ = 2 x 0,5 Φ
m
cos 60 = 0,5 Φ
m.
Universitas Sumatera Utara
15 Sehingga resultan fluks Φ
r
= 0,5 Φ
m
+ Φ
m
= 1,5 Φ
m.
Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah sejauh 90
o
II.4. Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa