Peran Antarpersonal Peran Informasional Tipe Paternalistik Tipe Otokratik

31 John Adair juga menyatakan bahwa di dalam dua peran penting tersebut dapat dibagi ke dalam tiga tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemimpin, yaitu : 1. Tuntutan tugas , yaitu menyelesaikan pekerjaan 2. Tuntutan kelompok, yaitu membangun dan menjaga semangat kelompok 3. Tuntutan individu, yaitu mennyelaraskan tuntutan individu, tugas dan kelompok. Selain dari pendapat John Adair di atas, peran pimpinan juga dapat dikategorikan secara umum, yaitu :

a.Peran Antarpersonal

Semua pimpinan diharuskan melakukan tugas-tugas terkait seremonial dan bersifat simbilis. Peran ini mencakup perekrutan, pelatihan, pemberian motivasi, dan pendisiplinan pegawai. Peran ketiga dalam pengelompokan antarpersonal ini adalah peran penghubung. Mintsberg mendeskripsikan aktivitas ini sebagai hubungan dengan individu luar yang memberikan informasi kepada pimpina tersebut.

b. Peran Informasional

Semua pimpinan sampai tingkat tertentu, mengumpulkan informasi dari organisasi perusahaan dan institusi luar. Biasanya pimpinan mendapatkan informasi dengan membaca majalah dan berkomunikasi dengan individu lain untuk mempelajari perubahan selera masyarakat, apa yang mungkin direncanakan oleh para pesaing, dan sebagainya. Mintzberg menyebut hal ini sebagai peran pemantau. Para pimpinan juga bertindak sebagai penyalur untuk meneruskan informasi kepada pegawainya. Universitas Sumatera Utara 32

c. Peran Pengambil Keputusan

Siagian 2003 mengidentifikasikan empat peran terkait pada pengambilan keputusan. Dalam peran kewirausahaan, para pimpinan memulai dan mengawasi proyek-proyek baru yang akan meningkatkan kinerja diperusahaan mereka. Sebagai penyelesai masalah, pimpinan melakukan tindakan korektif untuk menyelesaikan berbagai masalah yang tak terduga. Sebagai pengalokasi sumberdaya, pimpinan bertanggung jawab menyediakan sumber daya manusia, fisik dan moneter. Terakhir, peran pimpinan sebagai negosiator,dimana pimpinan mendiskusikan berbagai persoalan dan tawar menawar dengan perusahaan lain demi keuntungan perusahaan sendiri.

3. Tipe Kepemimpinan a. Tipe Kharismatik

Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan energi, daya tarik beribawa yang luar biasa untuk memepengaruhi orang lain, sehingga ia memepunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bias dipercaya. Pimpinan tipe kharismatik ini dianggap mempunyai kekuatan ghaib supernatural power dan kemempuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Mahakuasa. Keistimewaan kepribadian yang umum dimiliki pemimpin tipe ini adalah akhlak yang terpuji, sehingga perilaku yang kepemimpinannya terarah sepenuhnya kepada kepentingan orang-orang yang dipimpin, baik secara perorangan maupun perkelompok dan keseluruhan organisasinya. Sehingga pemimpin yang memiliki kharisma seperti ini selalu Universitas Sumatera Utara 33 mampu menghindari pertengkaran, sehingga kelebihan kepribadiannya justru dimanfaatkan untuk mengajak orang-orang yang dipimpinnya berbuat kebaikan.

b. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin ini sering disebut juga sebagai tipe pemimpin “kebapakan” dikarenakan dimata seorang pemimipin bahwa bawahannya belum dewasa dalam cara bertindak dan berpikir sehingga seorang pemimpin harus selalu memberikan tuntunan maupun bimbingan kepada bawahannya. Menurut Kartono 2005 ciri-ciri pimpinan tipe paternalistik adalah : 1. Pimpinan menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidakbelum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan. 2. Pemimpin bersikap terlalu melindungi. 3. Pemimpin jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri. 4. Pemimpin tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. 5. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

c. Tipe Otokratik

Kepemimpinan tipe seperti ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal dan bersifat egois. Dengan egoismenya, seorang pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti Universitas Sumatera Utara 34 kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi. Berangkat dari persepsi yang demikian, seorang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Sesuatu tindakan akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya sebagai sesuatu yang tidak baik dan dengan demikian akan disingkirkannya, apabila perlu dengan kekerasan. Menurut Siagian 2003 ciri-ciri seorang pemimpin yang otoriter adalah: 1. Kecendrungan memperlakukan para bawahan sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka. 2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan. 3. Pengabaian peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan bawahan itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya saja.

d. Tipe Demokratik