34
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengumpulkan data-data tentang persepsi masyarakat terhadap pemakaian gigitiruan di Desa Ujung Rambung
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Februari 2010. Pertanyaan mengenai persepsi masyarakat yang mengalami kehilangan gigi terhadap
pemakaian gigitiruan hanya dilihat persentase distribusi. Selanjutnya dilakukan studi analitik untuk mengamati hubungan antara karakteristik, yang hanya pada tiga
karakteristik saja yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat yaitu persepsi penampilan, pengunyahan, dan
pengucapan.
5.1 Karakteristik Masyarakat yang Mengalami Kehilangan Gigi Berusia 15 – 85 Tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai
Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010 Masyarakat yang kehilangan gigi baik sebagian maupun seluruhnya di Desa
Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai memiliki karakteristik terbanyak berusia 25 – 64 tahun, berjenis kelamin perempuan,
berpendidikan rendah, kehilangan gigi lebih dari 6 elemen dengan lokasi kehilangan gigi berada pada beberapa regio yang berbeda. Responden berusia 25 – 64 tahun
paling banyak karena berdasarkan hasil wawancara, populasi terbanyak yang kehilangan gigi di Desa Ujung Rambung berusia 25 – 64 tahun, sedangkan yang
berusia 15 – 24 tahun sedang merantau ke kota lain. Responden berusia 65 – 85 tahun
Universitas Sumatera Utara
paling sedikit dikarenakan ada yang tidak mau diwawancarai, pindah maupun meninggal. Hasil penelitian ini pada responden berjenis kelamin perempuan lebih
banyak dikarenakan kebanyakan laki-laki sedang bekerja di sawah sehingga lebih sulit ditemui. Responden dengan tingkat pendidikan rendah paling banyak disebabkan
sarana pendidikan di Desa Ujung Rambung hanya sedikit, yaitu 2 SD negeri, 1 SD swasta, dan 1 SLTP swasta. Selain itu kebanyakan responden tidak melanjutkan
pendidikan setelah tamat pendidikan rendah karena ingin meningkatkan perekonomian dengan bekerja di sawah. Berdasarkan jumlah gigi yang hilang,
responden paling banyak kehilangan gigi lebih dari 6 elemen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Akeel terhadap pasien laki-laki di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas King Saud, Arab Saudi.
9
Hal ini dikarenakan pemeliharaan kesehatan gigi responden yang kurang baik sehubungan dengan tingkat pendidikan responden.
Berdasarkan lokasi gigi yang hilang, didapati persentase tertinggi pada beberapa regio yang berbeda. Hal ini dikarenakan perilaku atau kebiasaan responden terhadap
perhatian tentang kesehatan gigi masih kurang dan jarang memeriksakan gigi ke dokter gigi secara berkala, ataupun keadaan lingkungan sosial yang tidak begitu
memperdulikan kesehatan gigi.
2
5.2 Persepsi Masyarakat yang Mengalami Kehilangan Gigi terhadap Pemakaian Gigitiruan berdasarkan Kelompok Usia di Desa Ujung
Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010
Berdasarkan jumlah gigi yang hilang, kelompok usia 15 – 24 tahun paling banyak mengalami kehilangan gigi satu elemen, kelompok usia 25 – 64 tahun paling
banyak mengalami kehilangan gigi 4 – 6 elemen, dan kelompok usia 65 – 85 tahun
Universitas Sumatera Utara
paling banyak mengalami kehilangan gigi lebih dari enam elemen. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Thomson dkk yang menyatakan bahwa orang yang berusia
antara 18 – 26 tahun paling banyak kehilangan satu elemen gigi.
3
Penelitian ini juga sesuai dengan survei kesehatan gigi terhadap orang dewasa di Australia pada tahun
2004 yang melaporkan orang dewasa yang berusia 55 tahun ke atas mengalami kehilangan gigi lebih dari 5 elemen. Hal ini dikarenakan prevalensi kehilangan gigi
berkaitan erat dengan usia, hampir tidak ada pada usia 15 – 34 tahun, namun sangat berpengaruh pada usia 75 tahun ke atas.
17
Dari hasil penelitian ini kebanyakan responden pada kelompok usia 15 – 24 tahun dan 65 – 85 tahun menyatakan tidak perlu gigitiruan untuk menggantikan
daerah yang kehilangan gigi, sedangkan sebagian responden yang berusia 25 – 64 tahun menyatakan perlu dan sebagian lagi menyatakan tidak perlu. Penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian Teofilo dan Leles di Brazil yang menyatakan bahwa mayoritas responden yang berusia di atas 40 tahun merasa perawatan prostodontik
diperlukan dan percaya perawatan prostodontik mampu mempertahankan kesehatan gigi yang tersisa.
13
Hal ini disebabkan oleh pemikiran responden bahwa semakin bertambah usia seseorang semakin sulit beradaptasi dengan gigitiruan dan kurang
tertarik dengan faktor estetis.
12
Pada penelitian ini, kebanyakan responden pada kelompok usia 15 – 24 tahun dan 25 – 64 tahun didapati hanya persepsi pengunyahan yang tinggi, sedangkan
kebanyakan responden pada kelompok usia 65 – 85 tahun didapati seluruh aspek persepsi rendah. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Shigli dkk yang melaporkan
bahwa kebanyakan orang lebih mementingkan fungsi pengunyahan. Mereka kurang
Universitas Sumatera Utara
mementingkan fungsi penampilan dan fungsi pengucapan. Hal ini dikarenakan pemikiran bahwa kehilangan gigi hanya di bagian anterior saja yang mempengaruhi
penampilan, sedangkan kehilangan gigi di bagian posterior mempengaruhi pengunyahan, serta pemikiran bahwa semakin tua usia seseorang, semakin sulit
beradaptasi dengan gigitiruan.
12
Hasil uji Chi-Square menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara persepsi penampilan p = 0,125, pengunyahan p = 0,688, dan pengucapan p = 0,533
dengan kelompok usia, maka hipotesis penelitian ditolak.
5.3 Persepsi Masyarakat yang Mengalami Kehilangan Gigi terhadap Pemakaian Gigitiruan berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Ujung
Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010
Dari hasil penelitian diperoleh persentase laki-laki lebih tinggi 4,57 dari perempuan dalam hal tidak perlu gigitiruan untuk menggantikan daerah yang
kehilangan gigi. Demikian juga dalam hal kehilangan gigi tidak mempengaruhi penampilan, persentase laki-laki lebih tinggi 1,92 dari perempuan. Persentase laki-
laki dan perempuan tidak berbeda jauh dalam hal kehilangan gigi mempengaruhi pengunyahan, dengan persentase perempuan lebih tinggi 0,58 dari laki-laki.
Persentase perempuan lebih tinggi 11,17 dari laki-laki dalam hal kehilangan gigi tidak mempengaruhi pengucapan. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, hubungan antara
persepsi penampilan p = 0,781, pengunyahan p = 0,936, dan pengucapan p = 0,090 dengan jenis kelamin tidak menunjukkan hubungan yang signifikan, maka
hipotesis penelitian ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Teofilo dan Leles yang menyatakan bahwa perempuan lebih merasakan dampak kehilangan gigi terhadap
fungsi pengunyahan dibandingkan dengan laki-laki.
13
Hal ini mungkin dikarenakan perempuan lebih mementingkan kesehatan gigi dibandingkan dengan laki-laki.
5.4 Persepsi Masyarakat yang Mengalami Kehilangan Gigi terhadap Pemakaian Gigitiruan berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010
Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden pada tiap tingkat pendidikan menyatakan tidak membutuhkan gigitiruan untuk menggantikan daerah
yang kehilangan gigi serta kehilangan gigi tidak mempengaruhi penampilan dan pengucapan karena pasien sering tidak perduli dan tidak merasa malu dengan
penampilannya. Responden dengan tingkat pendidikan rendah dan menengah merasa kehilangan gigi mempengaruhi pengunyahan, sedangkan responden dengan tingkat
pendidikan tinggi merasa sebaliknya. Hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan p = 0,004 antara persepsi penampilan dengan tingkat
pendidikan hipotesis diterima, namun tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara persepsi pengunyahan p = 0,274 dan pengucapan p = 0,153 dengan tingkat
pendidikan hipotesis ditolak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Akeel yang menunjukkan
bahwa kebanyakan responden dengan tingkat pendidikan rendah dan menengah merasa kehilangan gigi mempengaruhi penampilan serta kebanyakan responden
dengan tingkat pendidikan tinggi merasa kehilangan gigi mempengaruhi pengunyahan. Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Akeel yang
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa kebanyakan responden dengan tingkat pendidikan tinggi tidak merasa kehilangan gigi mempengaruhi penampilan atau pemakaian gigitiruan akan
menyebabkan berubahnya penampilan dan gigitiruan akan menyebabkan tidak nyaman dalam pengunyahan, sedangkan kebanyakan responden dengan tingkat
pendidikan rendah dan menengah merasa kehilangan gigi mempengaruhi pengunyahan. Sebuah penelitian di Malaysia menyatakan bahwa subjek penelitian
tidak ingin memakai gigitiruan walaupun mengalami kehilangan gigi. Di Swedia, Liedberg dkk menemukan prevalensi kehilangan gigi yang tinggi, tetapi tidak
seorangpun yang ingin memakai gigitiruan. Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi yang salah bahwa gigitiruan hanya untuk fungsi pengunyahan dan dibutuhkan anjuran
dari dokter gigi untuk melakukan perawatan.
9
Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah : 1.
Populasi sampel ini umumnya berasal dari tingkat pendidikan rendah, sedangkan tingkat pendidikan tinggi hanya terdapat 1 orang saja sehingga hasil uji
Chi-square antara persepsi dengan tingkat pendidikan diragukan keakuratannya, jadi penelitian ini mungkin hanya berlaku pada populasi yang sama.
2. Persepsi responden yang berubah-ubah sehingga keakuratan dalam
menjawab pertanyaan diragukan. 3.
Rentang usia responden yang terlalu jauh sehingga dapat menyebabkan bias pada hasil penelitian.
4. Pengetahuan dan tingkat pendidikan responden kebanyakan rendah
sehingga ada beberapa responden yang asal-asalan menjawab pertanyaan sewaktu diwawancarai.
Universitas Sumatera Utara
5. Tidak meneliti hubungan antara persepsi masyarakat yang kehilangan gigi
dengan tingkat sosioekonomi sehingga belum dapat dilihat apakah ada hubungan antara tingkat sosioekonomi dengan persepsi masyarakat yang kehilangan gigi.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN