dengan penelitian McGrath dan Bedi yang menyatakan bahwa tingkat sosial adalah faktor yang paling penting dalam membuat keputusan.
13
8. Pendidikan
Penelitian Marcus dkk menyatakan bahwa orang yang mendapat pendidikan lebih tinggi mungkin memiliki keuangan yang lebih baik dan lebih
memprioritaskan kesehatan gigi. Kurangnya pendidikan tentang pentingnya kesehatan mulut, perlunya perawatan preventif, dan konsekuensi mengabaikan
kesehatan mulut merupakan halangan yang penting bagi kesehatan gigi.
12
2.3 Gigitiruan
Kehilangan gigi dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan umum, oleh karena itu daerah yang tidak bergigi harus digantikan dengan gigitiruan.
7
Penggunaan gigitiruan tidak hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, tetapi juga meningkatkan
estetis.
23
2.3.1 Definisi Gigitiruan
Gigitiruan adalah gigi buatan untuk menggantikan daerah tidak bergigi, yang didukung oleh jaringan lunak dan keras disekitarnya di dalam rongga mulut.
14
2.3.2 Tujuan Pembuatan Gigitiruan
Tujuan pembuatan gigitiruan adalah mengembalikan fungsi pengunyahan, memperbaiki estetis, memulihkan fungsi bicara, memelihara atau mempertahankan
kesehatan jaringan pendukung dan relasi rahang, serta psikologis penderita.
8
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Jenis-Jenis Gigitiruan
Gigitiruan ada beberapa jenis, yaitu gigitiruan sebagian lepasan GTSL, gigitiruan cekat GTC, dan gigitiruan penuh GTP. GTSL adalah gigitiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka sendiri oleh pasien. GTC adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang dan dipasangkan ke pasien oleh dokter gigi sehingga tidak dapat dibuka oleh pasien sendiri.
14
GTP adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi yang hilang dan struktur pendukungnya pada rahang atas maupun rahang
bawah.
14,24
2.3.4 Prinsip-Prinsip Gigitiruan
Masalah yang perlu diperhatikan pada gigitiruan lepasan adalah gigitiruan lepasan tetap berada pada tempatnya sewaktu dipakai dalam rongga mulut. Ada
empat prinsip gigitiruan lepasan yang perlu diperhatikan supaya kepuasan pasien dapat tercapai yaitu :
1. Dukungan
Dukungan adalah daya tahan antara gigitiruan dan mukosa terhadap arah vertikal pengunyahan sehingga gigitiruan tertekan masuk lebih dalam ke lengkung
rahang. Pada lengkung rahang bawah, fungsi dukungan disediakan oleh gingiva dan tepi bukal yang meluas dari daerah posterior, sedangkan pada lengkung rahang atas
terdapat palatum yang mendukung gigitiruan. Makin besar bagian gigitiruan yang melebar ke arah vestibulum, makin baik dukungannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan gigitiruan untuk tidak bergerak dalam arah horizontal, sehingga tidak bergerak ke kiri dan ke kanan dan juga bergerak maju
mundur. Makin besar kontak antara gigitiruan dengan linggir yang tidak bergigi, makin baik stabilitasnya.
3. Retensi
Retensi adalah daya tahan gigitiruan terhadap gaya yang cenderung melepaskan gigitiruan dalam arah yang berlawanan dengan arah pemasangan.
14
Retensi gigitiruan dapat diperiksa dengan cara melepaskan gigitiruan dengan gaya yang tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigitiruan dapat bertahan terhadap
gaya tersebut, gigitiruan mempunyai retensi yang cukup.
25
Retensi dapat juga dinilai dengan memperhatikan apakah gigitiruan rahang atas jatuh saat mulut dibuka sekitar
20 mm.
26
4. Estetis
Estetis berhubungan dengan apa yang pasien rasakan terhadap gigitiruan, apakah gigitiruan terlihat alami, enak dipakai atau tampak bagus. Faktor-faktor yang
mempengaruhi estetis suatu gigitiruan diantaranya adalah vertikal dimensi, warna gigitiruan, bentuk dan inklinasi terutama pada gigi anterior.
15
Pada gigitiruan sebagian lepasan, lokasi cangkolan perlu diperhatikan untuk menjaga estetis.
Biasanya lengan retentif cangkolan mengarah ke daerah distogingival.
27
Selain prinsip-prinsip gigitiruan lepasan di atas, juga terdapat prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan pada perawatan GTC diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
1. Prinsip biomekanik
Yang termasuk prinsip biomekanik adalah beban pengunyahan dan membran periodonsium. Beban kunyah pada gigi tergantung pada kekuatan otot
kunyah yang sedang berfungsi. Kemampuan gigi menahan daya tersebut tergantung pada kesehatan jaringan pendukung gigi, yaitu gingiva, sementum, serat
periodonsium dan tulang alveolar. Pada umumnya beban yang arahnya sama dengan panjang poros gigi adalah yang paling menguntungkan. Bentuk dan jumlah akar gigi
mempengaruhi besar beban yang dapat diterima. Gigi dengan akar ganda lebih tahan terhadap daya kunyah.
Periodonsium merupakan fondasi seluruh jembatan. Membran periodonsium mengandung serat-serat periodonsium yang terikat antara sementum
akar gigi dan tulang alveolar. Bila gigi mendapat beban vertikal, maka sebagian besar serat tersebut mengalami tegangan rentang tensile stress. Tegangan pada serat-serat
tersebut pada batas tertentu mempunyai dampak baik pada tulang alveolar karena bersifat menstimulasi terjadinya aposisi tulang alveolar. Sebaliknya daya tekan pada
tulang alveolar akan menimbulkan terjadinya resorpsi tulang. Hal ini dapat terjadi kalau gigi yang berakar tunggal mendapat tekanan yang arahnya serong.
2. Prinsip preparasi
Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam perawatan GTC. Prinsip preparasi gigi penyangga adalah untuk mendapatkan bentuk
akhir yang menjamin retensi yang sebesar-besarnya bagi retainer. Retensi utama preparasi terletak pada bidang aksial. Makin luas bidang ini, makin besar pula
retensinya.
28
Universitas Sumatera Utara
Menurut Basker RM, keberhasilan perawatan gigitiruan tergantung pada upaya tiga pihak. Pertama, dokter gigi yang membuat diagnosis, menyiapkan rencana
perawatan dan yang melaksanakan tahap pekerjaan klinik. Kedua, pihak ahli tekniker gigi yang menyelesaikan pembuatan hingga dihasilkan sebuah gigitiruan. Ketiga
adalah pihak pasien dalam hal menyesuaikan diri terhadap gigitiruan dan menerima keterbatasan gigitiruan.
29
Penelitian yang dilakukan Seiffert dkk yang menyatakan bahwa sikap pasien dan hubungan pasien dengan dokter gigi berperan penting dalam keberhasilan
perawatan gigitiruan. Vervoon dkk dalam penelitiannya menyatakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepuasan, keluhan dan kualitas gigitiruan. Penelitian Kalk dan de Baat menyatakan bahwa kecekatan dan fungsi gigitiruan yang baik, tidak
adanya rasa nyeri, serta penampilan yang dapat diterima secara sosial sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien.
30
Penerimaan pasien terhadap gigitiruannya juga mempengaruhi keberhasilan perawatan.
31
Van Waas menyatakan penerimaan pasien terhadap gigitiruan sulit dievaluasi dan tidak berkaitan dengan kondisi atau kualitas gigitiruan. Celebic dkk
menyatakan bahwa tidak hanya kualitas gigitiruan yang penting, tetapi pengalaman pasien dalam memakai gigitiruan juga penting dalam menentukan kepuasan pasien.
32
Penerimaan pasien sangat rumit karena setiap individu memiliki pengalaman, harapan, emosi, dan kemampuan adaptasi yang berbeda-beda.
30
Universitas Sumatera Utara
18
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi dengan rancangan penelitian analitik melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan
kuesioner.
3.2 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah masyarakat yang berusia 15 – 85 tahun di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan
Februari 2010.
3.3 Sampel
Berdasarkan data jumlah penduduk yang diperoleh, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu cara pemilihan sampel yang
dilakukan dengan mengadakan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi karakteristik populasi dan kemudian menetapkan sampel berdasarkan pertimbangan
pribadi.
32
Kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Masyarakat Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Februari 2010 yang berusia 15–85 tahun
2. Kehilangan gigi sekurang-kurangnya satu elemen, tetapi tidak termasuk
kehilangan gigi molar tiga 3.
Belum pernah memakai gigitiruan
Universitas Sumatera Utara