Untuk mengidentifikasikan persepsi orang tua tentang kemampuan perawat dalam merawat anak usia sekolah pasca bedah di ruang Rindu B2 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan.
3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran persepsi orang tua tentang kemampuan perawat dalam merawat anak usia sekolah pasca bedah di ruang Rindu B2 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Praktek Keperawatan
penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi keperawatan pada proses pemberian asuhan keperawatan pasien dengan pesepsi orang tua
terhadap kemampuan perawat dalam merawat anak usia sekolah pasca bedah di Rumah Sakit Umumpusat Haji Adam Malik Medan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi 2.1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu Bimo, 2001 dalam Sunaryo, 2004. 2.2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Diri orang yang bersangkutan sendiri Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang
dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapannya. Persepsi seseorang juga dipengaruhi motifnya.
b. Sasaran persepsi tersebut Sasaran itu mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya
berpengaruh terhadap persepsi orang melihatnya. c. Faktor situasi
Faktor ketiga yang turut berperan dalam membentuk persepsi adalah faktor situasi. Dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian, situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penambahan persepsi seseorang.
2.2. Orang Tua 2.2.1. Pengertian Orang Tua
Keluarga mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam menjaga anak yang sedang sakit. Peranan keluarga menggambarkan seperangakat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam kondisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat Pemberian asuhan
kesehatan pada anak yang baik adalah berpusat pada keluarga. Karena itu anak merupakan anggota yang tidak terpisahkan dari keluarga dan masyarakat. Anak adalah potensi serta penerus bangsa
yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Kebutuhan fisik, sosial dan emosional dari anak perlu disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya serta
mempertimbangkan latar belakang budaya dan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Orang tua tidak dapat dipisahkan dari ikatan keluarga yang mempunyai peranan dan fungsi yang penting. Peranan orang tua dapat menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam kondisi tertentu Effendy, 1999. Persepsi orang tua terhadap kemampuan perawat dalam merawat anak usia sekolah pasca
bedah di rumah sakit umum pusat haji adam malik medan yaitu perawat menjelaskan tetang prosedur dan tindakan pembedahan kepada orang tua yang memiliki anak yang sakit di rumah sakit.
2.2.5. Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak adalah individu yang berusia 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang berbeda
dengan orang dewasa. Anak usia sekolah merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi 0-1 usia bermainoddler 1-1,5 tahun, pra sekolah 2,5-5
tahun, usia sekolah 5-11 tahun, hingga remaja 11-18 tahun. Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh-kembang dengan kebutuhan khusus baik fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual Hidayat, 2005. Karena anak usia sekolah merupakan masa ketika terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, perkembangan motorik,
perkembangan psikososial,perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan spiritual dan masa bermain.
2.2.3. Asuhan Keperawatan Pada Anak Pasca Bedah
Kemampuan perawat dalam merawat anak usia sekolah pasca bedah yaitu : komunikasi dan sikap melakukan asuhan keperawatan pada anak pasca bedah dengan segera mengikuti pembedahan
seorang anak masuk keruangan PACU berbagai macam psikologi dan fisik, intervensi dan observasi membutuhkan memerlukan pencegahan minimal mungkin tidak baik efek dari anastesia dan
Universitas Sumatera Utara
proses pembedahan. Walaupun dari insiden postoperatif komplikasi kesehatan anak mengalami atau menjalani pembedahan tidak sebanyak daripada 1 Maxwell dan Yaster, 2000 melanjutkan
monitor dari status anak cardiopulmonary hal-hal yang perlu selama dengan segera postoperatif periode salah satu komplikasi postanesthesia seperti itu jalan obstruksi, group postetubasi, plasma
laring, dan bronkusplasma. Menjaga seorang pasien jalan nafas dan maksimal kriteria ventilasi, monitor pasien, oksigen, saturasi dan asal saja suplementasi oksigen sangat membutuhkan, menjaga
suhu tubuh dan promosi keseimbangan cairan dan elektrolit. Aspek perawatan postoperatif sangat dilakukan dengan segera dengan mengukur tanda tanda vital dan setelah itu dilanjutkan dengan
monitor kemudian mengevaluasi temperatur setelah itu kita lihat efek samping dari anastesia, syok, atau kompromi pernafasan. Sebuah perubahan tanda tanda vital membuat permintaan dengan
segera di ataksi dalam periode postoperatif membuat penyebab dari malignant hipertemia MH, sebuah potensial fatal genetik myiopati. Tindakan takikardi, dan takpnea dan metabolisme dan
respirasi asisdsosis suhu yang sangat elevan konsisden dari banyak tindakan segera dilakukanya penyaring dan identifikasi pasien resiko dari sedang berkembang MH sebelum pembedahan
imperatif anak dengan keluarga atau kisah privasi mendadak deman tinggi dengan prosedur pembedahan dan sistem saraf pusat tindakan yang sangat tinggi membuat resiko perkembangan
anak menjadi menurun. Dilakukannya prosedur pembedahan, hiperventilasi dengan 100 oksigen dan IV infus, trolene sodium. Seorang pasien suhu temperaturnya sangat tinggi setelah dilakukanya
pemasangan infus IV dan coline pendingin, selimut hangat serta tas yang berisi es diletakkan di ketiak dan kunci paha dan kardiopulmonari. Seorang pasien dipisahkan ICCU dan menutup monitor
untuk stabilisasi tanda- tanda vital, metabolik Wong, 2003. Perawatan pasca bedah :
Perawatan pasien pasca bedah dimulai segera setelah luka operasi ditutup. Kain alas yang diletakan pada posisi melintang ditengah-tengah meja operasi yang ditiduri oleh pasien, digunakan
untuk memindahkan pasien brankar. Dibutuhkan dua orang perawatan masing-masing mengangkat
Universitas Sumatera Utara
ujung kain tersebut, dengan bantuan satu orang lagi memegang kepala pasien, maka pasien dapat segera dipindahkan. Pasien dipindahkan secara berlahan- lahan dan lembut. Pemindahan pasien
juga perlu hati- hati agar jarum infusnya atau pipa drainase yang sudah terpasang tidak tercabut. Pada ruang pemulihan, dimana pasien didampingi oleh resisden atau perawat yang bertugas
diruangan tersebut, pasien dibaringkan dengan posisi yang baik. Pipa-pipa yang terpasang diperiksa untuk memastikan apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak. Jika larutan intravena masih
berjalan, alat tersebut sebaiknya diperiksa apakah kecepatan alirannya masih sesuai dengan yang kita inginkan. Instruksi pasca bedah sebaiknya diulangi secara terperinci pada perawat yang akan
merawat pasien. Sayangnya, yang sering terjadi adalah instruksi pasca bedah telah ditulis sebelum operasi dilakukan, biasanya untuk tindakan bedah tanpa komplikasi mungkin tidak ada masalah,
tetapi, sebaiknya dapat muncul keadaan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Jalan terbaik untuk menghindari keadaan ini adalah menundah menulis instruksi pasca bedah sampai operasi selesai.
Nadi, tekanan darah, dan pernafasan sebaiknya diperiksa secara berkala sampai pasien sadar sepenuhnya dari keadaan anestesi. Meskipun frekuwensi pemeriksaan bwervariasi menurut keadaan
pasien dan besar kecilnya operasi, tanda-tanda vital ini biasanya diperiksa setiap 15 menit paling tidak dalam satu jam atau dua jam, kemudian setiap 30 menit untuk waktu yang sama dan
selanjutnya setiap jam sampai keadaan pasien stabil. Pasien harus dimonitor secara cermat sampai timbul refleksi menelan, tidak ada lagi bahaya jatuhnya lidah ke dinding belakang faring yang dapat
menutup jalan nafas, dan pasien cukup sadar sehingga ia tidak akan mengaspirasi bahan hasil muntahan. Jika pipa nasogastrik terpasang atau pasien mendapat cairan parenteral, masukkan
input dan keluaran output harus diukur dan dicatat secara teliti. Jika pasien tidak berkemih dalam 12 jam setelah operasi, maka sebaiknya dilakukan kateterisasi. Pasien dianjurkan untuk bernafas
dalam dan jika perlu duduk dan batuk untuk membersihkan rongga dada. Dokter hendaknya memeriksa pasien secara teratur untuk menyakinkan bahwa keadaan pasien baik. Keadaan pasien
dapat berubah dari hari ke hari bahkan setiap seperempat jam tergantung kondisi pasien tersebut. Status pasien yang berisi catatan suhu tubuh, nadi, tekanan darah, dan pernafasan, sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan. Setiap laporan yang tampaknya tidak sesuai dengan kondisi pasien harus diperiksa kembali kebenaranya. Balutan operasi diperiksa tetapi jangan dibuka kecuali ada pendarahan,
balutan basah atau tampak kotor atau ikatan yang terlalu kencang sehingga mungkin dapat mengganggu peredaran darah atau pernafasan, dan adanya alasan untuk memeriksa luka, seperti
timbulnya demam yang sebabnya tidak jelas. Pasien yang menjalani operasi abdominal sebaiknya diperiksa apakah ada distensi abdomen pada setiap kali pemeriksaan dan dengan auskultasi untuk
mendengar munculnya peristaltik. Daerah toraks diperiksa secara rutin untuk meyakinkan ventilasi dalam keadaan baik. Pada pasien ditanyakan adanya keluhan-keluhan khusus. Secara terus- menerus
anda harus selalu mengantisipasi kemungkinan timbulnya komplikasi. Setiap keadaan yang tidak baik serta seluruh obat yang diberikan harus dicatat pada status pasien. Nealon, 2000
Pemindahan dari ruang operasi ke unit perawatan pascaanesthesiaPACU, yang biasanya disebut sebagai ruangan pemulihan pascanestesia, memerlukan pertimbangan khusus pada letak
insisi, perubahan vaskular, dan pemajanan. Letak insisi bedah harus dipertimbangkan setiap kali pasien pasca bedah atau pascaoperatif dipindahkan. Banyak luka ditutup dalam tegangan yang
cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu pasien, posisi pasien diposisikan sehingga ia tidak terbaring pada dan menyumbat drain atau selang
drainase. Memindahkan pasien pascaoperatif dari ruangan operasi ke unit perawatan pascaanesthesia adalah tanggung jawab dari ahli anestesi, dengan anggota tim bedah bertugas.
Pasien dipindahkan selayaknya dengan perhatian khusus diberikan untuk mempertahankan kenyamanan dan keselamatan. Selang dan peralatan drainase ditangani dengan cermat untuk fungsi
yang optimal. Nyeri pasca bedah disebabkan oleh gangguan pada jaringan dan ujung-ujung saraf, biasanya akibat suatu insisi. Reponden seorang anak terhadap nyeri bergatung pada usia dan
ambang rasa nyerinya. Anak-anak usia sekolah menggunakan berbagai metode, termasuk nafas dalam Morgan, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi atau tindakan pengobatan invasif yang sering dilakukan dalam penyembuhan pasien fraktur, hal ini dapat menyebabkan dampak yang berupa
respon fisiologis maupun patologis. Pembedahan dapat menyebabkan rasa takut, ansietas, nyeri, cacat dan mengakibatkan kematian. Peran perawat dalam mengurangi rasa nyeri post operasi
dengan menggunakan berbagai bentuk tindakan non farmakologi yaitu dengan menggunakan manajemen nyeri teknik distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing dan massage kutaneus. Sugiarto,
1999. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegiarto 1999 bahwa perawatan anak dirumah sakit umumnya dapat menimbulkan gannguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan
dan perjalanan penyajit anak selama dirawat dirumah sakit. Strresor yang mempengaruhi permasalahan diatas timbul sebagai akibat dari dampak pembatasan aktivitas karena perlukaan
tubuh dan nyeri, streesor tersebut tidak bisa diadaptasikan oleh anak karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Komunikasi dan sikap merupakan 2 hal penting yang harus diperhatikan ketika seorang perawat merawat anak usia sekolah pasca bedah di rumah sakit umum pusat haji adam malik medan.
1. Komunikasi
Dalam keperawatan anak yang penting dilakukan atau diperhatikan perawat ketika berkomunikasi dengan pasien anak yaitu :
− Kehadiran seorang perawat
− Berhadapan dengan pasien
− Mempertahankan kontak mata
− Membungkuk kearah pasien
− Mempertahankan sikap terbuka
− Sentuhan kasih sayang dan perhatian
− Ekspresi wajah atau muka perawat
− Gerakan mata dalam memberikan perhatian
Universitas Sumatera Utara
2. Sikap
Dalam keperawatan anak yang penting dilakukan atau diperhatikan perawat ketika bersikap sebagai perawat dengan pasien anak yaitu :
− Gerakan tubuh, seperti sikap tubuh, ekspresi wajah dan sikap- sikap lainya. Misalnya
tersenyum, kontak mata, sedikit membungkuk pada saat berbicara pasda saat berbicara, tidak melipat tangan, tidak menyilang kaki, tidak memasukkan tangan kekantong.
− Jarak saat berinteraksi antara pasien dengan perawat.
− Sentuhan, dapat digunakan dalam komunikasi terapeutik, tetapi harus dilakukan
secara tenang sambil menganalisis kondisi pasien dan respon yang mungkin akan diberikan oleh pasien, contohnya bersalaman, menepuk bahu, mengangkat jempol, tepuk tangan untuk
memberikan pujian, memegang tangan pasien pada saat pasien sedih dan menangis. −
Berhadapan dengan lawan bicara −
Sikap tubuh terbuka −
Memposisikan tubuh kearah lebih dekat dengan lawan bicara −
Pertahankan kontak mata sejajar dan natural. −
Bersikap tenang. 3.
Melakukan tindakan perawatan Dalam keperawatan anak yang penting dilakukan atau diperhatikan perawat ketika
melakukan tindakan perawatan pasca bedah dengan pasien anak yaitu : −
Memberikan sentuhan dan perhatian kepada pasien −
Memberikan suntikan IV dan memasang infus −
Membina hubungan rasa percaya antara perawat dengan pasien −
Menjelaskan prosedur tindakan keperawatan kepada pasien −
Perawat harus menghargai perbedaan karakteristik pasien. −
Perawat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien Implementasi Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan dukungan emosional yaitu dengan cara memberikan kesejateraan emosional
pasien harus dijaga selama operasi dan perawat bertugas mejelaskan prosedur tindakan yang dilakukan, memberikan dukungan psikologis dan menyakinkan pasien,penjelasan tentang
pemantauan kondisi pasien akan mempengaruhi kondisi fisik dan kerja sama pasien. 2.
Mengatur posisi yang sesuai untuk pasien maksudnya dengan diberikan posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan pembedahan dan juga untuk menjamin keamanan fisiologis pasien.
posisi ynag diberikan pada saat pembedahan disesuaikan dengna kondisi pasien. 3.
Mempertahankan keadaan asepsis selama pembedahan maksudnya perawat bertanggung jawab untuk mempertahankan keadaan asepsis selama operasi berlangsung.
4. Menjaga kestabilan temperatur pasien artinya temperatur di kamar operasi dipertahankan
pada suhu standar kamar operasi dan kelembapannya diatur untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
5. Memonitor terjadinya hipertermi malignan artinya monitoring kejadianya hipertermi
malignan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa kerusakan sistem saraf pusat atau bahkan kematian. Monitoring secara kontinu diperlukan untuk menentukan tindakan
pencegahan dan penangan sedini mungkin sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat merugikan pasien.
6. Membantu penutupan luka operasi artinya penutupan luka dilakukan lapis demi lapis
dengan menggunakan benang yang sesuai jenis jaringan. Penutupan kulit menggunakan benang bedah untuk mendekatkan tepi luka sampai dengan terjadinya penyembuhan operasi. Luka yang
terkontaminasi dapat terbuka seluruhnya atau sebagian saja. Ahli bedah memiliki metode dan tipe jahitan atau penutupan luka berdasarkan daerah operasi, ukuranya,dan dalam luka operasi serta
usia dan kondisi pasien. setelah luka operasi dijahit kemudian dibalut dengan kain dengan kassa steril untuk mencegah kontaminasi luka, mengabsorpsi drainage, dan membantu penutupan incisi.
Jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan biasanya bisa dibuka setelah 7- 10 hari tergantung letak lukanya.
Universitas Sumatera Utara
7. Membantu drainage artinya drain ditempatkan pada luka operasi untuk mengalirkan darah,
serum, debris, dari tempat operasi yang bila tidak dikeluarkan dapat memperlambat penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya infeksi.
8. Memindahkan pasien dari ruang operasi ke ruangan pemulihan ICU artinya sesudah
operasi, tim kesehatan atau tim operasi akan memberikan pasien pakaian yang bersih, kemudian memindahkan pasien dari meja operasi ke barankard. Selama pembedahan ini tim pembedahan
memberikan salah satu preposisi yaitu dengan terjadinya kehilangan panas, infeksi respirasi, dan shock, mencegah luka operasi terkontaminasi serta kenyamanan pasien. Jong, 2000
Evaluasi −
Setelah selesai operasi, ukur tanda vital, denyut jantung, frekuensi pernafasan dan temperatur. Observasi warna kulit dan tanyakan ttingkat energi klien.
− Evaluasi pengalaman klien secra subjektif
Universitas Sumatera Utara
Faktor Yang Mempengaruhi
1. Pekerjaan
2. Pendidikan
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Keterangan: Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak teliti Kemampuan perawat dalam
merawat anak usia sekolah pasca bedah :
− Komunikasi
− Sikap
− Melakukan tindakan
perawatan W
2005 −
Sangat baik −
Baik −
Cukup baik −
Kurang baik Persepsi
orang tua
Universitas Sumatera Utara
3.3. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi
Operasional Alat Ukur
Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Persepsi
Komunikasi
Sikap
Melakukan tindakan
perawatan Tanggapan atau
penerima langsung dari
orang tua terhadap
kemampuan perawat dalam
melakukan tindakan
perawatan pada anak usia
sekolah pasca bedah di RSU. H.
Adam Malik Medan.
Pertukaran informasi antar
perawat dengan orang tua anak
RSU. H. Adam Malik Medan.
Respon atau reaksi perawat
dalam merawat anak usia
sekolah pasca bedah.
Suatu sikap dan pengetahuan
perawat yang bertujuan dan
kegiatannya Kuesioner
Oleh Peneliti
Sebanyak 20
Kuesioner No. 1-10
Kuesioner No. 11-15
Kuesioner
No. 16-20
Peneliti memberikan
kuesioner kepada orang
tua anak untuk mengisi
kuesioner dengan
menggunakan nilai
pernyataan. 1.
Sangat baik
51-80 2.
Baik 41-60
3. Cukup
baik 21-40
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
dipusatkan untuk
kesembuhan pasien
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian