Status Hemodinamik Pada Psien Pasca Bedah di Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

(1)

STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PASCA BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Ma’wah Iqbal Tanjung 101101089

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Status Hemodinamik Pada Psien Pasca Bedah Di Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Nama Mahasiswa : Ma’wah Iqbal Tanjung

NIM : 101101089

Jurusan : S1 Keperawatan

Tahun : 2014

Abstrak

Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer. Pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi. Pasca bedah adalah: suatu keadaan dimana pasien telah dilakukan setelah pembedahan, umumnya efek pembedahan masih terasa hingga beberapa jam setelah pembedahan dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dengan menggunakan desain deskriptif dan menggunakan instrumen penelitian Checklist. Pengambilan sampel dilalukan dengan jumlah 31 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2014. Data dianalisa menggunakan komputerisasi dengan uji ststistik deskriptif. Hasil penelitian mengambarkan status hemodinamik pasien pasca bedah, Frekuensi nafas pasien yang normal 21 orang (68%), Abnormal 10 orang (32%). Saturasi Oksigen pasien yang normal 23 orang (74%), Abnormal 8 orang (26%). Suhu tubuh pasien yang normal 26 orang (84%), Abnormal 5 orang (16%). Haluaran Urin pasien yang normal 25 orang (81%), Abnormal 6 orang (19%). Tekanan darah pasien yang normal 21 orang (68%), Abnormal 10 orang (32%). Central Venous Pressure (CVP) pasien yang normal 26 orang (84%), Abnormal 5 orang (16%). Hal ini dapat menuntun perawat guna mengetahui gambaran status hemodinamik pasien pasca bedah. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari faktor mana yang paling mempengaruhi status hemodinamik pasien pasca bedah.


(4)

Title : Haemodynamic Status on Patient Post Surgery in ICU After Surgery in RSUP Haji Adam Malik Medan.

Name : Ma’wah Iqbal Tanjung

Student No : 101101089

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

The physical aspect is a haemodynamic blood circulation, heart function and vascular peripheral physiological characterisitics. Haemodynamic measurement is especially can help to recognize shock as early as possible, so that appropriate action can be done to help the circulation. Post surgery are: a situation where a patient has been done after the surgery, General Surgery still feels effects up to several hours after surgery and has a very high dependency. This research aims at to know the patient's haemodynamic status of post surgical ICU Post-surgical in RSUP Haji Adam Malik by using descriptive design and use research instrument checklist. Sampling is channeled with a total of 31 people. Data collection was carried out in June 2014. The Data were analyzed using descriptive statistical tests with computerized. Research results of the patient's hemodynamic status after the surgery, the patient's normal breath Frequency 21 (68%), Abnormal 10 people (32%). The oxygen saturation of a patient's normal 23 people (74%), Abnormal 8 persons (26%). The patient's normal body temperature of 26 people (84%), Abnormal 5 people (16%). Expenditure urine of Normal patients 25 people (81%), Abnormal 6 people (19%). The patient's normal blood pressure 21 people (68%), Abnormal 10 people (32%). Central Venous Pressure (CVP) a normal 26 patients (84%), Abnormal 5 people (16%). This can guide the nurse in order to know the description of the patient's hemodynamic status after the surgery. For subsequent researchers expected to find which factors most affect the patient's hemodynamic status after the surgery.


(5)

KATA PENGANTAR

Kata-kata syukur dan pujian semoga marilah senantiasa Penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT sehingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Status Hemodinamik pada Pasien Pasca Bedah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikram S.kep Ns M.kep sebagai dosen pembimbing dalam proses penyelesaian skripsi saya.

3. Teima kasih kepada pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan Izin dalam pengambilan data.

4. Bapak Mula Tarigan sebagai dosen Penguji I dan Ibu Rosina Br Tarigan sebagai dosen Penguji II yang telah memberikan saran yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.

5. Terima kasih kepada seluruh setaf pengajar/Dosen di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat bagi saya.

6. Terima kasih yang teristimewa kepada kedua orang tua saya A. Saiun Tanjung dan Mariam Sitorus yang selalu memotivasi, memberi dukungan moral dan moril, memberi do’a untuk kelancaran dalam kuliah dan menyelesaikan


(6)

Proposal ini, terima kasih juga kepada seluruh keluarga besar yang selalu mendukung saya dalam perkuliahan penyelesaian skripsi ini.

7. Terima kasih kepada seluruh teman-teman stambuk 2010 ( Bambang, Rasyid, Fahri, Febri, Agus, Benny, Pangihuta, Asdo, Dll) yang telah banyak berpartisipasi dalam penyelesaian Proposal ini sebagai tempat berbagi, tukar pikiran, dan mencari jalan keluar jika menemui hambatan dalam penyelesaian Proposal.

8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung saya dalam penyelesaian Skripsi Ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kita semua. Penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan.

Medan, 10 Juli 2014

Ma’wah Iqbal Tanjung 101101089


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan... ii

Abstrak ... ... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ... vii

Daftar Skema... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………... 1

1.2.Peruumusan Masalah Penelitian……….... 4

1.3.Pertanyaan Penelitian... 4

1.4.Tujuan Penelitian……….. 4

1.5. Manfaat Penelitian……… 4

1.5.1 Bagi Praktik Keperawatan………. 4

1.5.2 Bagi Rumah Sakit……… 5

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Hemodinamik...……… 6

1.1Defenisi Hemodinamik...……….... 6

1.2Tujuan Pemantauan Hemodinamik...………. 6

1.3Metode Non Invasif pada pemantauan Hemodinamik …………..……. 7

1.3.2. penilaian laju pernafasan...………... 8

1.3.3. Penilaian Denyut EKG...………... 8

1.3.3. penilaian Haluaran Urine...………... 9

1.3.4. penialainm Tekanan Darah arterial. ...……… 9

1.3.5 penilaian suhu tubuh...……… ...……… 11

1.4Prinsip pemantauan dengan transduser...………... 12

1.4.1. prinsip-prinsip pemantauan tekanan vena sentral... 12

1.5Faktor-faktor yang mempengaruhi perfusi jaringan……... 14

2. Teori Pasca Bedah……….. 15

2.1Defenisi...………...……. 15

2.2Pengkajian Pasca Bedah……….……….. 15

2.3Komplikasi Pasca Bedah………...……... 16

2.3.1 Syok...…....… 16

2.3.2 Hemoragi…...………...…… 16

2.3.3 Trombosis Vena Profunda...……….. 17

2.3.4 Embolisme Pulmonal... 17

2.3.5 Komplikasi Pernafasan... 17

2.3.6 Retensi Urin... 17

2.3.7 Komplikasi Gastrointestinal... 18

2.3.8 Psikosis Pasca Bedah... 18

2.3.9 Delirium... 18 2.4Gangguan keseimbangan cairan dan


(8)

Pembedahan, dan Pasca pembedahan ………... 18

2.4.1 Faktor Pra Pembedahan... 19

2.4.2 Faktor Saat Pembedahan... 20

2.4.3 Faktor Pasca Pembedahan... 20

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual……… 21

3.2 Defenisi Operasional... 22

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian……… 24

4.2Populasi dan Sampel... 24

4.2.1 Populasi... 24

4.2.2 Sampel... 24

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

4.4 Pertimbangan Etik... 25

4.5 Instrumen Penelitian... 25

4.6 Pengumpulan Data... 26

4.7 Analisa Data... 27

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 28

5.1 Hasil Penelitian ... 28

5.2 Pembahasan... 29

5.2.1 Penilaian Pernafasan... 30

a. Frekuensi Nafas... 30

b. Saturasi Oksigen... 30

5.2.2 Suhu tubuh... 31

5.2.3 Haluaran urin... 31

5.2.4 Darah arterial... 32

5.2.5 Central Venous Pressure (CVP)... 33

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDSI... 34

6.1 Kesimpulan... 34

6.2 Rekomendasi... 34

DAFTAR PUSTAKA... 36

LAMPIRAN... 37 1. Intrumen Penelitian

2. Komisi Etik Penelitian

3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan 4. Surat Penelitian

5. Surat Selesai Penelitian

6. Surat pernyataan keaslian terjemahan 7. Taksasi Dana


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional... 22 Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Penilaian Hemodinamik... 28


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

Judul : Status Hemodinamik Pada Psien Pasca Bedah Di Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Nama Mahasiswa : Ma’wah Iqbal Tanjung

NIM : 101101089

Jurusan : S1 Keperawatan

Tahun : 2014

Abstrak

Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer. Pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi. Pasca bedah adalah: suatu keadaan dimana pasien telah dilakukan setelah pembedahan, umumnya efek pembedahan masih terasa hingga beberapa jam setelah pembedahan dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dengan menggunakan desain deskriptif dan menggunakan instrumen penelitian Checklist. Pengambilan sampel dilalukan dengan jumlah 31 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2014. Data dianalisa menggunakan komputerisasi dengan uji ststistik deskriptif. Hasil penelitian mengambarkan status hemodinamik pasien pasca bedah, Frekuensi nafas pasien yang normal 21 orang (68%), Abnormal 10 orang (32%). Saturasi Oksigen pasien yang normal 23 orang (74%), Abnormal 8 orang (26%). Suhu tubuh pasien yang normal 26 orang (84%), Abnormal 5 orang (16%). Haluaran Urin pasien yang normal 25 orang (81%), Abnormal 6 orang (19%). Tekanan darah pasien yang normal 21 orang (68%), Abnormal 10 orang (32%). Central Venous Pressure (CVP) pasien yang normal 26 orang (84%), Abnormal 5 orang (16%). Hal ini dapat menuntun perawat guna mengetahui gambaran status hemodinamik pasien pasca bedah. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari faktor mana yang paling mempengaruhi status hemodinamik pasien pasca bedah.


(12)

Title : Haemodynamic Status on Patient Post Surgery in ICU After Surgery in RSUP Haji Adam Malik Medan.

Name : Ma’wah Iqbal Tanjung

Student No : 101101089

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

The physical aspect is a haemodynamic blood circulation, heart function and vascular peripheral physiological characterisitics. Haemodynamic measurement is especially can help to recognize shock as early as possible, so that appropriate action can be done to help the circulation. Post surgery are: a situation where a patient has been done after the surgery, General Surgery still feels effects up to several hours after surgery and has a very high dependency. This research aims at to know the patient's haemodynamic status of post surgical ICU Post-surgical in RSUP Haji Adam Malik by using descriptive design and use research instrument checklist. Sampling is channeled with a total of 31 people. Data collection was carried out in June 2014. The Data were analyzed using descriptive statistical tests with computerized. Research results of the patient's hemodynamic status after the surgery, the patient's normal breath Frequency 21 (68%), Abnormal 10 people (32%). The oxygen saturation of a patient's normal 23 people (74%), Abnormal 8 persons (26%). The patient's normal body temperature of 26 people (84%), Abnormal 5 people (16%). Expenditure urine of Normal patients 25 people (81%), Abnormal 6 people (19%). The patient's normal blood pressure 21 people (68%), Abnormal 10 people (32%). Central Venous Pressure (CVP) a normal 26 patients (84%), Abnormal 5 people (16%). This can guide the nurse in order to know the description of the patient's hemodynamic status after the surgery. For subsequent researchers expected to find which factors most affect the patient's hemodynamic status after the surgery.


(13)

BAB I

PENDUHULUAN

1.1 Latar belakang

Pembedahan merupakan suatu kekerasan atau trauma bagi penderita. Anestesi maupun tindakan pembedahan menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering dikemukakan adalah nyeri, demam, takikardia, sesak nafas, mual, muntah, dan memburuknya keadaan umum (Syamsuhidajat, 2000 dalam Siregar, Syawalina Fithri 2011). Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiple), rekonstruksi dan paliatif (Smeltzer & Bare, 2002). Setiap tindakan yang termasuk bedah mayor selalu berhubungan dengan adanya insisi (sayatan) yang merupakan trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala seperti lelah, nyeri dan penurunan status gizi (Siahaan, 2009).

Selama pembedahan selesai biasanya pasien belum sadar, pernafasan masih dikontrol dengan mesin nafas (ventilator). Monitor arteri ECG vena central, tekanan arteri pulmonalis dipindahkan ke monitor ICU (NCCHK, 2010 dalam Jones. J. dan Fix. B, 2010).

Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit), cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama dalam upaya mempertahankan keseimbangan antara kedua ruang yaitu intraselluler dan ektraselluler. Kehilangan cairan dari


(14)

tubuh dapat mengganggu keseimbangan ini (Brunner dan Suddarth, 2002). Kompartemen cairan tubuh: Jumlah total air dalam 70 kg berat laki-laki sekitar 40L. Hampir dua per tiga volume (25L) adalah terkandung dalam cairan intraseluler (ICF) kompartemen, yang terdiri dari triliunan sel. Sisanya sepertiga ( 15L) ditemukan dalam cairan ekstraselular (ECF) kompartemen (di luar sel) . Kompartemen ECF dibagi menjadi dua sub-kompartemen : plasma (3L), bagian cairan darah dalam pembuluh darah, dan interstisial cairan (12L) yang menggenangi sel-sel tubuh (Hand dan Helen, 2001 dalam Jevon dan Ewens 2009).

Penanganan dan terapi cairan pada pasien pasca bedah sangatlah penting diketahui, untuk menurunkan angka morbilitas dan mortalitas pasien. Pada umumnya banyak pasien akibat proses bedah mengalami gangguan yang menyebabkan mobilisasi pasien dan balance cairan. Pada pasien Pasca bedah dengan perkiraan perdarahan kurang dari 15% EBV, karena dievaluasi berkaitan dengan penggantian volume perdarahan. Selama ini, penggantian cairan pada pasien operasi dengan perdarahan kurang dari 15% EBV lebih banyak menggunakan cairan kristaloid Ringer Laktat (RL) atau NaCl 0,9% dibandingkan koloid hydroxyethyl starch (HES), sementara pasien dengan regional anestesi lebih banyak menggunakan koloid (Rudi P, Satoto, dan Budiono 2012).

Pemeriksaan Hemodinamik meliputi aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon dan Ewens 2009). Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan


(15)

pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan (gomersall dan Oh 1997, dalam Jevon dan Ewens 2009), pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi (Hinds dan Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens 2009).

Kegagalan sirkulasi akut dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat dan tidak terdistribusi dengan baik dan dapat menimbulkan hipoksia generalisata (Graham dam Perke 2005, dalam Jevon dan Ewens 2009). Sebagai suatu fenomena fisiologis yang kompleks, syok merupakan kondisi yang megancam nyawa dengan berbagai penyebab, jika tidak dilakukan terapi, maka akan terjadi kematian sel, disfungsi organ, dan akhirnya kematian (Collins 2000: Hand 2001, dalam Jevon dan Ewens 2009). Pemantauan hemodinamik akan membantu perawat dalam mengenali tanda-tanda awal syok, membantu penatalaksanaan sesuai waktunya, mengevaluasi respons terapi, dan mengembalikan tahap awal sekuele yang mematikan (Jevon dan Ewens 2009). Prognosis syok akan bergantung pada keparahan, durasi keadaan syok, usia pasien, dan penyakit-penyakit yang menyertai (Jevon dan Ewens 2009).

Pasien dalam fase syok dini dengan pemantauan hemodinamik yang konvensional seperti tekanan darah, nadi, tekanan vena sentral dan saturasi oksigen perifer yang nilai perubahannya sangatlah minimal merupakan indikator buruk untuk menilai keberhasilan resusitasi. Pemantauan hemodinamik baik noninvasif maupun invasif diperlukan untuk mengoptimalkan resusitasi pasien kritis di ICU, namun demikian pemantauan hemodinamik invasif modern dapat


(16)

memberikan marker resusitasi yang akurat di samping curah jantung dan respon terhadap cairan yang diberikan (Erniody, 2008).

Berdasarkan wawancara dengan seorang perawat pada tanggal 19 Oktober 2013 di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM dan data yang dilihat, Jumlah pasien pasca bedah yang ada pada januari- november 2013 adalah sebanyak 154 orang. Kebanyakan pasien pasca bedah berada di Ruang ICU pasca bedah hanya beberapa hari, kemudian di pindahkan ke bangsal. Kebanyakan pasien pasca bedah hanya bertahan seminggu dan paling lama di Ruang ICU pasca bedah.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan gambaran pemberian resusitasi cairan pada pasien pasca bedah, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian resusitasi cairan pada pasien pasca bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.

1.2 Perumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah status hemodinamik pasien pasca bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.

1.3 Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana status hemodinamik pasien pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.


(17)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Praktik keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada perawat ICU Pasca Bedah dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien pasca bedah.

1.5.2 Rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada rumah sakit yang diteliti untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.

1.5.3 Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk peneliti selanjutnya yang dilakukan di rumah sakit lainnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Hemodinamik. 1.1Defenisi Hemodinamik

Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon dan Ewens 2009). Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan (gomersall dan Oh 1997, dalam Jevon dan Ewens 2009), pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi (Hinds dan Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens 2009).

1.2Tujuan Pemantauan Hemodinamik

Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan penilaian klinis pasien agar dapat memberikan penanganan yang


(19)

optimal. Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel (Erniody, 2008).

1.3Metode Non Invasif pada Pemantauan Hemodinamik

Menurut (jevon dan ewens, 2009):

1.3.1 Penilaian Laju Pernapasan

Laju pernafasan merupakan indikator awal yang signiikan dari disfungsi selluler. Penilaian ini merupakan indikator fisiologis yang sensitif dan harus dipantau dan direkam secara teratur. Laju dan kedalaman pernafasan pada awalnya meningkat sebagai respons terhadap hipoksia selluler.

a. Frekuensi Pernapasan

- Normal dewasa Respiratory Rate (RR) adalah 12-20 kali / menit. - RR harus dihitung selama 30 detik.

- Jika RR pasien berada di luar parameter RR dewasa normal maka RR harus dihitung selama satu menit penuh untuk memastikan akurasi.

- RR harus dihitung sambil meraba nadi radial pasien sehingga pasien tidak sadar bahwa Anda sedang mengamati mereka.


(20)

- Panggilan Darurat Klinik harus dilakukan jika kebutuhan oksigen meningkat untuk mempertahankan laju pernapasan pasien.

b. Saturasi Oksigen

- Pulse oximetry mengukur saturasi oksigen dalam darah pasien. Perubahan saturasi oksigen adalah tanda akhir dari gangguan pernapasan. Awalnya tubuh akan mencoba dan mengkompensasi hipoksia dengan meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan. Pada saat saturasi oksigen menurun pasien biasanya sangat terganggu.

- Saturasi oksigen normal adalah antara 95-100%.

- Saturasi oksigen <90% berkorelasi dengan kadar oksigen darah yang sangat rendah dan membutuhkan tinjauan medis yang mendesak. Jika saturasi oksigen pasien Anda rendah Anda biasanya akan melihat tanda-tanda lain bahwa pasien sesak napas seperti peningkatan laju pernapasan dan usaha.

- Panggilan Darurat Klinik harus dilakukan jika kebutuhan oksigen meningkat untuk mempertahankan saturasi oksigen.

1.3.2 Penilaian Denyut EKG

Denyut yang cepat, lemah dan bergelombang merupakan tanda khas dari syok. Denyut yang memantul penuh atau menusuk mungkin merupakan tanda dari anemia, blok jantung, atau tahap awal syok septik. Perbedaan antara denyut sentral dan denyut distal meungkin disebabkan oleh penurunan curah jantung dan juga suhu sekitarnya yang dingin. Pematauan EKG merupakan


(21)

metode noninvasif yang sangat berharga dan memantau denyut jantung secara kontinu. Pemantauan ini dapat memberikan informasi kepada praktisi terhadap tanda-tanda awal penurunan curah jantung.

1.3.3 Penilaian Haluaran Urin

Urin yang keluar dari tubuh secara tidak langsung memberikan petunjuk mengenai curah jantung. Pada orang sehat, 25% curah jantung memberikan perfusi ke ginjal. Ketika perfusi ginjal adekuat, maka urin yang keluar harusnya lebih dari 0,5 mL/kg/jam. Menurunnya urin yang keluar dari tubuh mungkin merupakan tanda awal dari syok hipovolemik karena ketika curah jantung menurun, maka perfusi ginjal juga akan menurun. Jika urin yang keluar dari tubuh kurang dari 500 mL/hari, maka ginjal tidak mampu mengekskresikan sisa-sisa metabolisme tubuh, dan jika terjadi dalam waktu yang lama bisa menyebabkan uremia, asidosis metabolik, dan hiperkalemia. Pada pasien kritis, gagal ginjal akut biasanya disebabkan oleh perfusi ginjal yang tidak adekuat yaitu kegagalan prarenal. Apabila diuretik telah diberikan, misalnya furosemid, maka urin yang keluar dari tubuh tidak dapat membantu penilain curah jantung. Jika pasien penggunakan kateter, maka pastikan selang kateter tidak tersumbat atau terpelintir.

1.3.4 Pengukuran Tekanan Darah Arterial

Tekanan darah arterial (arterial blood pressure, ABP) adalah gaya yang ditimbulkan oleh volume darah yang bersirkulasi pada dinding arteri.


(22)

Perubahan pada curah jantung atau resistensi perifer dapat mempengaruhi tekanan darah. Pasien dengan curah jatung yang rendah dapat mempertahankan tekanan darah normalnya melaui vasokontriksi, sedangkan pasien dengan vasodilatasi mungkin mengalami hipotensi walaupun curah jantungnya tinggi, misanya pada sepsis. Tekanan arterial rata-rata (mean arterial presure, MAP) merupakan hasil pembacaan tekanan rata-rata didalam sistem arterial juga berfungsi sebagai indikator yang bermanfaat karena dapat memperkirakan perfusi menuju organ-organ yang esensial seperti ginjal. Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya nikotin, ansietas, nyeri, posisi pasien, obat-obatan, dan latihan fisik. Keakuratan pengukuran tekanan darah juga hal yang sering terlupakan. Faktor yang akurat dalam pengukuran terkanan darah adalah lebar manset dan posisi lengan. Manset yang terlalu sempit akan menghasilkan pembacaan tekanan darah yang tinggi palsu, sedangkan jika manset yang terlalu lebar akan menghasilkan pembacaan tekanan darah yang rendah palsu. European standart merekomendasikan lebar manset sebaiknya 40%, dan panjangnya 80-100% dari lingkar ekstremitas. Posisi lengan harus ditopang pada posisi horizontal setinggi jantung. Pengaturan posisi yang tidak benar selama mengukur tekanan darah dapat menyebabkan kesalahan sebesar 10%. Penilaian darah arterial dapat dilihat melalui denyut nadi, dan tekanan darah (jevon dan ewens, 2009).


(23)

- Denyut nadi harus diukur dengan meraba nadi radial pasien.

- Jika Anda tidak dapat mengakses pulsa radial pasien, situs lain dapat digunakan sebagaimana mestinya.

- Nadi radial pasien harus dinilai untuk tingkat, irama dan amplitudo (kekuatan). - Denyut nadi harus dihitung selama 30 detik atau lebih (1 menit) jika ritme tidak teratur.

- Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100 bpm.

- Denyut nadi harus dihitung ketika pasien sedang beristirahat (saat istirahat = tidak ada aktivitas fisik selama 20 menit).

(Sydney South West Area Health Service, 2010)

b. Tekanan Darah

- Dewasa Optimal BP harus <130 mmHg sistolik dan <85mmHg diastolik.

- The sistolik dewasa Tekanan Darah (SBP) harus lebih besar dari 90mmHg. Jika SBP adalah <90mmHg yang RPAH Clinical Sistem Tanggap Darurat harus diaktifkan.

- Jika SBP adalah> 200mmHg yang RPAH Clinical Sistem Tanggap Darurat harus diaktifkan.

- Tekanan nadi dewasa normal (perbedaan antara SBP dan Tekanan Darah Diastolik (DBP)) adalah antara 30 - 50 mmHg.

(Sydney South West Area Health Service, 2010)


(24)

Peningkatan suhu tubuh dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit. Dehidrasi hipernatremia (peningkatan Natrium) dapat meningkatkan peningkatan suhu. Penurunan suhu tubuh dapat diakibatkan oleh hipovolemia, pada kekurangan cairan yang berat, suhu rektal dapat turun sampai 35 C (Horne dan Swearingen, 2001).

- Suhu yang akan dinilai sesuai dengan kondisi pasien, alasan untuk masuk atau sesuai pedoman kebijakan lokal / lainnya.

- Suhu dewasa normal adalah antara 36,5 ° dan 37,5 ° C. - Minimal, suhu yang akan dinilai dua kali sehari.

(Sydney South West Area Health Service, 2010)

1.4 Prinsip Pemantauan Dengan Transduser

1.4.1 Prinsip-Prinsip Pemantauan Tekanan Vena Sentral

Tekanan vena sentral (central vemous pressure, CVP) mencerminkan tekanan pengisian atrium kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada volume darah, tonus vaskular, dan fungsi jantung. CVP normal adalah 0-8 mmHg. Hasil pembacaan CVP yang rendah biasanya menunjukkan hipovolemia, sedangkan hasil pembacaan CVP yang tinggi memiliki berbagai penyebab, meliputi hipervolemia, gagal jantung, dan embolisme paru (Jevon dan Ewens, 2009).

1. Indikasi pemakaian kateter vena sentral

Berbagai indikasi untuk pemakaian kateter vena sentral adalah: 1. Resusitasi cairan


(25)

3. Pemberian makan secara parenteral. 4. Pengukuran tekanan vena sentral 5. Akses vena yang buruk

6. Pacu jantung

2. Metode pemantauan CVP

Terdapat dua pemantauan CVP:

- Sistem manometer: memungkinkan permbacaan intermitten dan kurang akurat dibandingkan sistem transduser dan lebih jarang digunakan.

- Sistem transduser: memungkinkan pembacaan secara kontinu yang ditampilkan di monitor.

3. Bentuk Gelombang CVP

Bentuk gelombang CVP mencerminkan perubahan-perubahan pada tekanan atrium kanan selama siklus jantung.

- Gelombang A: kontraksi atrium kanan (gelombang P pada EKG). Jika kelombang A naik, maka pasien mungkin mengalami kegagalan ventrikel kanan dan stenosis trikuspid.

- Gelombang C: penutupan katup trikuspid (mengikuti komplek QRS pada EKG). Jarak dari A-C harus berhubungan dengan PR pada EKG. - Gelombang V: tekanan yang terjadi pada atrium kanan selama


(26)

akhir gelombang T pada EKG). Jika gelombvang V naik, maka pasien mungkin memiliki penyakit katup trikuspid.

4. Pengukuran CVP Normal

Pemantauan CVP secara normal menunjukkan pengukuran sebagai berikut:

- 5- 10 mmHg mid-aksila - 7-14 mmH2O mid-aksila

1.5Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perfusi Jaringan 1.5.1 Curah Jantung

Curah jantung merupakan jumlah darah yang diejeksikan dari ventrikel kiri dalam satu menit. Pada saat istirahat, jumlahnya sekitar 5000 ml. Curah jantung diteentukan oleh denyut jantung dan isi sekuncup. Denyut jantung meliputi aktivitas baroreseptor, efek bainbridge, pireksia, pusat-pusat yang lebih tinggi, tekanan intrakranial, kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Sekuncup merupakan jumlah darah yang diejeksikan dari ventrikel kiri dalam satu kontraksi. Saat istirahat jumlahnya sekitar 70 ml. Isi sekuncup dipengaruhi oleh denyut jantung, kontraktilitas miokard, preload, dan afterload.


(27)

Resistensi perifer adalah resistensi terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus susunan otot vaskular dan diameter pembuluh darah. Otot polos didalam arteriol dikontrol oleh pusat vasomotor di medulla. Otot ini berada dalam keadaan kontraksi parsial yang disebabkan oleh aktivitas saraf simpatis secara kontinu. Peningkatan aktivitas vasomotor menyebabkan vasokontriksi arteriol sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer. Jika curah jantung tetap konstan, maka tekanan darah akan meningkat, begitu juga sebaliknya, penurunan aktivitas vasomotor menyebabkan vasodilatasi dan penurunan pada resistensi perifer.

2 Teori pasca bedah 2.1 Defenisi

Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sedangkan Pasca pembedahan adalah: suatu keadaan dimana pasien telah dilakukan setelah pembedahan, umumnya efek pembedahan masih terasa hingga beberapa jam setelah pembedahan (Susetyowati, 2010).

2.2 Pengkajian Pasca Bedah

Pengkajian Pasca Bedah segera dalam (Brunner dan Suddarth, 2002): 1.Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan.


(28)

3.Anestetik dan medikasi lain digunakan (misalnya: narkotik, relaksan otot, dan antibiotik).

4.Segala masalah yang terjadi dalam ruangan operasi yang mungkin mempengaruhi perawatan pasca bedah.

5.Patologi yang dihadapi (jika: malignansi, apakah pasien atau keluarga sudah diberitahu)’

6.Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan pergantian ciaran. 7.Segala selang, drain, kateter, atau alat bantu pendukung lainnya.

8.Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anestesi yang akan diberitahu.

2.3 Komplikasi Pasca Bedah

Menurut (Brunner dan Suddarth, 2002), kompkliasi dari pasca bedah adalah:

2.3.1 Syok

Syok adalah komplikasi pasca bedah yang paling serius. Dimaniestasikan dengan tidak memadainya oksigenasi selular serta tidak mampu untuk mengekskresikan produk sampah metabolisme. Syok yang sering terjadi pada pasien pasca pembedahan adalah syok hipovolemik dan syok neurogenik.

2.3.2 Hemoragi

Hemoragi dikelompokkan menjadi 3 yaitu: Primer, Intermediari, dan Sekunder. Hemoragi Primer terjadi pada saat pembedahan. Hemoragi intermediari terjadi selama beberapa jam setelah pembedahan. Ketikan kenaikan tekanan darah


(29)

ketingkat normalnya. Hemoragi sekunder terjadi waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi selang drainase.

2.3.3 Trombosis Vena Profunda (TVP)

TVP adalah trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan superfisial. Komplikasi serius dari TVP adalah embolisme pulmonari dan sindrome pascaflebitis.

2.3.4 Embolisme Pulmonal

Suatu embolus adalah benda asing(bekuan darah, udara, lemak) yang terlepas dari tempat asalnya dan terbawa disepanjang aliran tubuh. Bahaya dari embolisme pulmonal dapat meyebabkan serangan yang mendadak dan tiba-tiba, neyri sperti ditusuk-tusuk.

2.3.5 Komplikasi Pernafasan

Komplikasi pernapasan yang mungki timbul adalah hipoksemia yang mungkin tidak terdeteksi, atelektatis, bronkhitis, bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti pneumonia hipostatik, pleurisi, dan superinfeksi.

2.3.6 Retensi Urin

Retensi urin dapat terjadi setelah prosedur pembedahan, namun retensi yang paling sering terjadi pada bagian rektum, anus, dan vagina setelah oembedahan


(30)

pada bagian abdomen bawah. Penyebab terjadinya retensi diduga adalah spasme springter kandung kemih.

2.3.7 Komplikasi Gastrointestinal

Pembedahan pada traktus gastrointestinal sering kali menganggu proses fisiologi normal pencernaan dan penyerapan. Komplikasi yang timbul dari gangguan ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, tergantung letak dan luasnya pembedahan.

2.3.8 Psikosis Pasca Bedah.

Psikosis pasca bedah (abnormalitas mental) baik fisiologis maupun psikologis ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dikenal sebagai faktor fisik stres kerusakan sistem saraf pusat pasca bedah. Faktor emosional seperti ketakutan, nyeri dan disorientasi dapat menunjang depresi pasca pembedahan dan ansietas.

2.3.9 Delirium

Delirium pasca bedah terjadi kadang-kadang pada beberapa kelompok pasien kelompok pasien. Jenis delirium yang sering terjadi adalah delirium toksik, terumatik, dan putus alkohol.

2.4 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada Pra pembedahan, pembedahan, dan pasca pembedahan.


(31)

Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor pra pembedahan, pembedahan, dan pasca pembedahan.

2.4.1 Faktor Pra Pembedahan

1. Kondisi yang telah ada

Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk oleh stres akibat operasi.

2. Prosedur diagnostik

Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal karena efek diuresis osmotik.

3. Pemberian obat

Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air dan elektrolit

4. Preparasi bedah

Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan elekrolit dari traktus gastrointestinal.

5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada 6. Restriksi cairan preoperatif

Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat kehilangan cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan abnormal cairan.


(32)

7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya

Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.

2.4.2 Faktor Saat Pembedahan

1. Induksi anestesi

Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipovolemia preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan vasokonstriksi.

2. Kehilangan darah yang abnormal

3. Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space (contohnya kehilangan cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat operasi)

4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada luka operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan)

2.4.3 Faktor Pasca Pembedahan

1. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi 2. Peningkatan katabolisme jaringan

3. Penurunan volume sirkulasi yang efektif 4. Risiko atau adanya ileus postoperatif


(33)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengetahui Status Hemodinamik Pasien Pasca Bedah. Peneliti hanya meneliti variabel Status Hemodinamik Pasien Pasca Bedah, yaitu: penilaian pernafasan, penilaian suhu tubuh, penilaian haluaran urin, penilaian darah arterial, dan penilaian Central Venous Pressure (CVP). Adapun kerangka konsep yang digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1 kerangka penelitian Status Hemodinamik Pada Pasien Pasca Bedah Pasien pasca bedah di Ruang ICU Pasca Bedah Status Hemodinamik:

Frekuensi Pernafasan Saturasi Oksigen Suhu Tubuh Haluaran Urin Tekanan Darah Central Venous Pressure (CVP)


(34)

3.2 Defenisi Operasional Tabel. 3.1 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi operasional Alat Ukur Skala

Penilaian pada Pernapasan - Frekuensi pernafasan (RR) - Saturasi oksigen (SAO2)

Penilaian pernapasan ( RR dan SAO2) pasien yang berfungsi untuk mengetahui status hemodinamik pasien. Respiratory count x/menit Pulse Oximetri Nominal

Penilaian Suhu Tubuh Penilaian Suhu tubuh pasien yang berfungsi untuk mengetahui status hemodinamik pasien.

Thermometer C

Nominal

Penilaian Haluaran Urin Penilaian jumlah urin (jumlah) pasien yang berfungsi untuk mengetahui status hemodinamik pasien.

Gelas ukur (ml)


(35)

Penilaian Darah Arterial Tekanan darah

Penilaian darah arterial (tekanan darah) pasien yang berfungsi untuk mengetahui status hemodinamik pasien.

Tensi meter mmHg

Nominal

Penilaian Central Venous Pressure (CVP).

Penilaian Central Venous Pressure (CVP) yang dilakukan untuk mengetahui volume darah yang ada atrium kanan pasien yang berfungsi untuk mengetahui status hemodinamik pasien.

CVP CmH2O


(36)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.

1.2Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Adapun populasi pada penelitian ini adalah penderita Pasca Bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM Medan. Populasi pasien diruang ICU pasca bedah sebanyak 154 orang selama januari-november 2013.

4.2.2 Sampel

Menurut Arikunto (2006) jika jumlah populasi lebih besar dari 100 maka, sampel yang diambil adalah sebesar 10-15% atau 20-25%. Ada 154 pasien yang berada diruang pasca bedah. Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah sebesar 20% . Dari 154 orang sehingga jumlah sampel adalah 31 orang. Karakteristik Sampel adalah menggunakan seluruh pasien yang ada di Ruang ICU Pasca Bedah, karena peneliti hanya ingin mengetahui gambaran status hemodinamiknya saja.


(37)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM. Alasan peneliti memilih RSUPHAM Medan sebagai tempat penelitian adalah dengan pertimbangan Rumah Sakit tersebut memiliki kelengkapan fasilitas, dan rumah sakit kelas A yang paling baik dalam segi penanganan di Sumatera Utara dan jumlah pasien yang cukup untuk dilakukan penelitian, serta jarak untuk menjangkaunya tidak cukup lama dari jarak peneliti berada. Penelitian ini dilakukan mulai bulan juni 2014 sampai dengan selesai.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan peneliti mendapatkan rekomendasi dan ijin untuk melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mendapat izin dari Dekan Fakultas Sumatera Utara. Sebelum mengumpulkan data, peneliti mengambil persetujuan dari rumah sakit. Untuk menjaga kerahasian penelitian, peneliti tidak mencantumkan nama pasien (anonimity), tetapi hanya mencantumkan inisial nama (nomor responden). Kerahasiaan informasi responden (confidentiality) dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Lembar check list adalah daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tally setiap pemunculan gejala yang


(38)

dimaksud (arikunto 2006). Lembar observasi pada penelitian ini meliputi: Penilaian pada pernapasan, Penilaian Suhu tubuh, Penilaian haluaran urin, Penilaian darah arterial, dan penilaian Central Venous Pressure (CVP).

4.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan mulai juni 2014 sampai juli 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan pemantauan pasien dan pengisian lembar checklist. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemantauan selama 5 menit dan dilihat rata-rata dari status hemodinamik (Frekuensi pernafasan, Sa02, tekanan darah, suhu tubuh dan Central Venous Pressure CVP) kemudian rata-rata (x1+x2+x3+x4+x5) ÷ n, dan 60 menit sekali melihat Haluaran Urin (x1+x2) ÷ n, dan dari hasil rata-rata yang didapatkan diolah menjadi data mentah. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang tertera pada monitor Hemodinamik pasien (Frekuensi pernafasan, SaO2, tekanan darah, suhu tubuh) dan pada Central Venous Pressure CVP, kemudian pada Haluaran Urin menggunakan alat ukur Gelas ukur satuan ml. Prosedur pengumpulan data dimulai dengan mengajukan permohonan izin pelaksaan penelitian ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan surat pengantar dari fakultas peneliti mengirim surat tersebut ke RSUPHAM Medan. Pada Bulan juni sampai juli 2014 peneliti mulai melakukan penelitian, Setelah pihak rumah sakit bersedia untuk dilakukan penelitian, peneliti melakukan pengumpulan data


(39)

dengan pengisian lembar checklist. Setelah data telah didapatkan peneliti mengalalisa data menggunakan tabel distribusi frekuensi.

4.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap dimulai dengan editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah diisi sesuai petunjuk, kemudian coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar observasi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya processing yaitu memasukkan data dari lembar observasi kedalam program komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. (Notoatmodjo, 2010).


(40)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Status hemodinamik pada pasien pasca bedah di ruang ICU Pasca bedah RSUPHAM akan diuraikan dalam bab ini, melalui pengumpulan data terhahap 31 data. Penyajian hasil penelitian meliputi status hemodinamik yaitu: penilaian pernafasan, penilaian suhu tubuh, penilaian haluaran urin, penilaian darah arterial, dan penilaian Central Venous Pressure (CVP).

5.1.1 Distribusi Frekuensi Penilaian Hemodinamik

Penilaian Hemodinamik Frekuensi Presentase (%)

Frekuensi Nafas Normal 21 68

Abnormal 10 32

SaO2 Normal 23 74

Abnormal 8 26

Suhu Tubuh Normal 26 84

Abnormal 5 16

Haluaran Urin Normal 25 81

Abnormal 6 19

Tekanan Darah Normal 21 68

Abnormal 10 32

Central Venous Pressure

(CVP)

Normal 26 84

Abnormal 5 16

Dari tabel di atas dapat diperoleh frekuensi nafas pasien yang normal sebanyak 21 orang (68%). Sedangkan frekuensi nafas pasien yang Abnormal sebanyak 10 orang (32%). Saturasi Oksigen pasien yang normal sebanyak 23 orang (74%). Sedangkan Saturasi Oksigen pasien yang Abnormal sebanyak 8 orang (26%). Suhu tubuh pasien yang normal sebanyak 26 orang (84%). Sedangkan suhu tubuh pasien yang Abnormal sebanyak 5 orang (16%). Haluaran


(41)

Urin pasien yang normal sebanyak 25 orang (81%). Sedangkan Haluaran urin pasien yang Abnormal sebanyak 6 orang (19%). Tekanan darah pasien yang normal sebanyak 21 orang (68%). Sedangkan tekanan darah pasien yang Abnormal sebanyak 10 orang (32%). Central Venous Pressure (CVP) pasien yang normal sebanyak 26 orang (84%). Sedangkan Central Venous Pressure (CVP) pasien yang Abnormal sebanyak 5 orang (`16%).

5.2 Pembahasan

Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon dan Ewens 2009). Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan penilaian klinis pasien agar dapat memberikan penanganan yang optimal (Erniody, 2008).

Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan (gomersall dan Oh 1997, dalam Jevon dan Ewens 2009), pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap


(42)

bantuan sirkulasi (Hinds dan Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens 2009). Dari data yang didapatkan, kebanyakan pasien dalam keadaan yang Normal.

5.2.1 Penilaian Pernafasan a. Frekuensi Nafas

Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki frekuensi pernafasan dalam rentang normal 12 – 20 x/ menit C. Ada 10 orang pasien yang memiliki frekuensi pernafasan yang relatif tinggi. Penyebab utama pernafasan yang relatif tinggi dikarenakan adanya respon tubuh terhadap kurangnya suvlai darah yang mengandung oksigen sehingga, tubuh melakukan kompensasi dengan menaikkan frekuensi napas (hudak dan gallo, 1995). Pasien dengan kekurangan cairan (hipovolemia) kemungkinan terjadi (ARDS= Adult Respiratory Stress Syndrome) dengan manifestasi peningkatan konsentrasi oksigen inspirasi. Banyak diantara pasien-pasien ini pada mulanya memperlihatkan penurunan PCO2 dimana tubuh mengalami hiperventilasi dalam usahanya untuk memperbaiki oksigenasinya (Schwartz, 2000).

b. Saturasi Oksigen

Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki saturasi oksigen dalam rentang normal >95%. Ada 8 orang pasien yang memiliki Saturasi oksigen rendah dibawah <95%. Penyebab utama saturasi oksigen yang rendah dibawah 95% merupakan kurangnya suvlai darah yang mengandung oksigen yang bersirkulasi di aliran darah. Hal tersebut menyebabkan saturasi oksigen


(43)

mengalami penurunan (Hudak dan Gallo, 1995). Bila terjadi penurunan kadar Oksigen dalam darah arteri, maka akan dapat megancam kehidupan, dan jika terjadi peningkatan kadar CO2 maka akan mengancam susunan saraf pusat bahkan dapat menimbulkan koma (Rab T, 2007).

5.2.2 Suhu Tubuh

Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 C – 37,5 C. Ada 2 orang pasien yang memiliki suhu tubuh tinggi (hipertermi). Penyebab utama hiperterni merupakan infeksi, neolplasma, berbagai produk metabolisme, dan juga penyakit kolagen. Pada hipertermi yang harus diperhatikan adalah usia penyakit penyerta dan komplikasi yang menyertai seperti kaku, hipotensi, dan kelainan susunan saraf ( Rab T, 2007).

5.2.3 Haluaran Urin

Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki haluaran urin dalam rentang normal >30mL/jam dan <125mL/jam. Ada 6 orang pasien yang memiliki haluaran urin yang rendah. Penyebab utama haluaran urin yang rendah adalah penurunan curah jantung yang menyebabkan penurunan perfusi ginjal, begitu curah urin kurang dari 500 mL/hari maka ginjal tidak mampu mengekskresikan sisa-sisa metabolisme sehingga haluaran urin menurun (Jevon dan Ewens 2009). Jumlah urin ditentukan oleh tekanan filtrasi, produksi urin dalam keadaan normal 50cc/kg/jam, jika terjadi perdarahan pada saat pembedahan


(44)

cairan yang keluar diatas 15-30 % maka jumlah urin yang bisa diekskresikan hanya 20-30 ml/kg/jam (Rab T, 2007).

5.2.4 Darah Arterial

a. Tekanan Darah

Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki tekanan darah dalam rentang normal >120/80 mmHg -<139/89 mmHg. Ada 8 orang pasien yang memiliki tekanan darah yang relatif rendah. Penurunan tekanan darah disebabkan oleh penurunan curah jantung berkaitan dengan tekanan nadi, setelah terjadi penuruanan curah jantung maka tekanan akan menurun yang dapat menyebabkan perfusi yang tidak adekuat pada organ vital (Jevon dan Ewens 2009). Pada awalnya tekanan darah dapat naik pada fase permulaan karena mekanisme kompensasi jantung. Akan tetapi fase selanjutnya tekanan darah justru menurun dan bila tidak segera ditangani bisa menimbulkan dampak seperti cardiac arrest pada jantung (Rab T, 2007).

5.2.5 Penilaian Central Venous Pressure (CVP)

Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki Central Venous Pressure (CVP) dalam rentang normal 7 – 14 mmH2O. Ada 5 orang responden yang memiliki Central Venous Pressure (CVP) yang relatif rendah. Tekanan vena sentral (central vemous pressure, CVP) mencerminkan tekanan pengisian atrium kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada volume darah, tonus vaskular, dan fungsi jantung. Hasil pembacaan Central Venous Pressure (CVP)


(45)

yang rendah biasanya menunjukkan hipovolemia, sedangkan hasil pembacaan Central Venous Pressure (CVP) yang tinggi memiliki berbagai penyebab, meliputi hipervolemia, gagal jantung, dan embolisme paru (Jevon dan Ewens, 2009).


(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai status hemodinamik pada pasien pasca bedah di ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, dengan 31 orang, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Mayoritas pasien pasca bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM memiliki Status hemodinamik dalam rentang normal.

b) Status hemodinamik yang mayoritas mengalami gangguan adalah frekuensi pernafasan dan Tekanan darah.

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Praktik keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada perawat ICU Pasca Bedah dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien pasca bedah. Agar lebih memperhatikan status hemodinamik pasien pasca bedah.

6.2.2 Rumah sakit

Rumah sakit telah melakukan pemantauan hemodinamik dengan baik, terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukkan mayoritas status hemodinamik normal diharapkan hasil ini dipertahankan dan ditingkatkan. 6.2.6 Bagi peneliti selanjutnya


(47)

Pada penelitian ini belum diketahui secara pasti penyebab utama terganggunya status hemodinamik pasien, maka peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya diharapkan agar meneliti tentang faktor yang mempengaruhi status hemodinamik pasien.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Brunner dan suddarth. (2002). Buku Ajak keperawatan Medikal Bedah. (Alih Bahasa Rini, M.A). Jakarta:EGC.

Erniody. (2012). Pemantauan Hemodinamik Invasif, Semiinvasif atau NonInvasif?, Jakarta:Rumah Sakit Husada.

Hudak dan Gallo. (1995). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta:EGC. Staf pengajar anestesiologi dan terapi intensif FK UI. (2001). Intensive Care Unit. Jakarta:FKUI

Jevon. P. Dan Ewens. B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis edisi kedua. Ciracas, Jakarta:EMS.

Jones. J. dan Fix. B. (2009). Perawatan Kritis Seri Panduan Klinis. Ciracas, Jakarta:EMS.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rab T. (1998). Agenda gawat darurat (critical care) jilid . Bandung: P.T.Alumni. Rab T. (2007). Agenda gawat darurat (critical care) jilid 1 pasien kritis.

Bandung: P.T.Alumni.

Rudi P, Satoto, dan Budiono. (2012). Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat Dibandingkan Nacl 0,9% Terhadap Keseimbangan Asam-Basa Pada Pasien


(49)

Sectio Caesaria Dengan Anestesi Regional. Semarang: Jurnal Anestesiologi Indonesia.

Sabiston. (1995). Buku Ajar Bedah Bagian 1, Jakarta:EGC Utama. H. S. Y Schwartz. (2000). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah edisi 6, Jakarta:EGC. Siahaan, M. (2009). Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat

Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. respirotory.usu.ac.id. Siregar, Syawalina Fithri, (2011). pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal

hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur di Ruang Rindu B3 RSUP Haji Adam Malik Medan. Repository USU.

Smeltzer, suzzane c, dan brenda g. (2002). buku ajar keperawatan medikal bedah brunner suddarth, Jakarta:EGC

Susetyowati, Ija, M., Makhmudi, A. (2010). Status Gizi Pasien Bedah Mayor Preoperasi berpengaruh terhadap Penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pascaoperasi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. 7, No. 1.

Sydney South West Area Health Service. (2010). Royal Prince Alfred Hospital Patient Observation (Vital Signs) Policy – Adult. Sydney.


(50)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Status Hemodinamik Pada Pasien Pasca Bedah Di Ruang ICU Pasca Bedah

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Ma’wah iqbal Tanjung

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Status Hemodinamik Pada Pasien Pasca Bedah Di Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan Saudara. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Saudara menandatangai formulir ini.

Medan, Juni 2014

Peneliti Responden


(51)

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lembar observasi. Petunjuk pengisian:

Tuliskan tanda checklist pada kotak untuk pilihan jawaban yang tepat pada lembar checklist (di iisi oleh peneliti).

No

Status Hemodinamik

Kategori yang dinilai

Normal (2) Abnormal (1) 1 Pernafasan

Frekuensi Pernapasan: 12 - 20x/menit <12 dan 20> / menit

Saturasi O2: > 95% < 95 %

2 Penilaian Suhu tubuh 36,5 – 37,5 C <36,5 C dan >37,5 C

3 Penilaian Haluaran Urin >30mL/jam dan <125mL/jam <30mL/jam dan >125mL/jam

4 Penilaian Darah Arterial

Tekanan darah >120/80 -<139/89 mmHg <120/80 dan >139/89 mmHg

5 Penialian Central Venous Pressure (CVP)


(52)

No responden Pernafasan Suhu tubuh Haluaran Urin Darah Arteial (Tekanan Darah) Penilaian Central Venous Pressure (CVP)

Frekunsi Saturasi

O2

1 18 98 36.5 100 120/80 9

2 21 94 37.9 30 105/70 5

3 19 99 37.0 50 130/85 11

4 20 99 37.1 60 119/79 8

5 20 99 37.0 50 120/80 7

6 18 96 37.2 60 129/85 8

7 16 97 36.0 70 120/81 14

8 25 94 37.6 30 110/70 14

9 20 95 36.6 40 130/90 10

10 15 99 36.7 80 120/80 9

11 15 95 36.6 60 110/70 12

12 16 96 36.5 90 120/85 8

13 17 97 37.2 100 125/85 12

14 24 94 37.8 30 110/69 5

15 17 97 37.5 80 120/79 7

16 17 98 36.4 70 120/80 10

17 19 98 36.5 40 125/85 12

18 26 94 36.3 30 135/85 5

19 20 98 36.9 60 130/80 10

20 20 95 37.5 60 130/85 11

21 28 94 37.9 30 117/70 5

22 20 99 36.7 80 120/80 8

23 26 95 36.8 60 130/85 10

24 25 94 36.9 40 115/70 12

25 21 94 36.8 50 130/85 8

26 15 97 36.9 100 120/80 13


(53)

29 18 97 37.0 50 120/80 10

30 19 99 36.9 70 120/80 12


(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

Taksasi Dana

No Kegiatan Biaya

1. Proposal

1. Kertas A4 80gr 1 rim 2. Print

3. Foto copy sumber-sumber yang digunakan

4. Sidang proposal

Rp. 37.000 Rp. 20.000 Rp. 55.000 Rp. 150.000 2. Pengumpulan Data

1. Transportasi Rp. 100.000

3. Analisa Data dan Pengumpulan Laporan 1. Kertas A4 2 rim 80gr

2. Penjilidan

3. Fotocopy laporan penelitian 4. Sidang skripsi

Rp. 74.000 Rp. 100.000 Rp. 50.000 Rp. 300.000


(60)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ma’wah Iqbal Tanjung

Tempat/Tanggal Lahir : Pinggir Jati/ 01 November 1992 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Setia budi Tanjung sari pasar 1 gang anyelir X No. 79A Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 118385 Pinggir Jati 2. SMP N 1 Kualuh Hulu 2004-2007 3. SMA N 1 Kualuh Hulu 2007-2010 4. Fakultas Keperawatan USU 2010 Riwayat Training : MOP HMI Cabang Medan

LK1 (Basic Training) HMI Cabang Medan Riwayat Organisasi : HMI Komisariat FK USU

- Anggota Bidang PPPA Periode 2010-2011 - Wakil Bendahara Umum Periode 2010-2011 - Wakil Sekretaris Umum Periode 2010-2011 - Sekretaris Umum periode 2012-2013 PEMA Fkep USU

- Anggota Bidang PM periode 2010-2011 - Anggota Bidang PM periode 2012-2013


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Taksasi Dana

No Kegiatan Biaya

1. Proposal

1. Kertas A4 80gr 1 rim 2. Print

3. Foto copy sumber-sumber yang digunakan

4. Sidang proposal

Rp. 37.000 Rp. 20.000 Rp. 55.000 Rp. 150.000 2. Pengumpulan Data

1. Transportasi Rp. 100.000

3. Analisa Data dan Pengumpulan Laporan 1. Kertas A4 2 rim 80gr

2. Penjilidan

3. Fotocopy laporan penelitian 4. Sidang skripsi

Rp. 74.000 Rp. 100.000 Rp. 50.000 Rp. 300.000


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ma’wah Iqbal Tanjung

Tempat/Tanggal Lahir : Pinggir Jati/ 01 November 1992 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Setia budi Tanjung sari pasar 1 gang anyelir X No. 79A Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 118385 Pinggir Jati 2. SMP N 1 Kualuh Hulu 2004-2007 3. SMA N 1 Kualuh Hulu 2007-2010 4. Fakultas Keperawatan USU 2010 Riwayat Training : MOP HMI Cabang Medan

LK1 (Basic Training) HMI Cabang Medan Riwayat Organisasi : HMI Komisariat FK USU

- Anggota Bidang PPPA Periode 2010-2011 - Wakil Bendahara Umum Periode 2010-2011 - Wakil Sekretaris Umum Periode 2010-2011 - Sekretaris Umum periode 2012-2013 PEMA Fkep USU

- Anggota Bidang PM periode 2010-2011 - Anggota Bidang PM periode 2012-2013