air akan mempercepat pergerakan mereka didalam air dengan demikian akan memudahkan proses.
4. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini dapat
membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan mudah dihilangkan. 5.
Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi, dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur.
6. Tidak diperlukan pengaturan pH.
7. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.
2.8.2 Kelemahan Elektrokoagulasi
Ada beberapa kekurangan elektrokoagulasi ini, berikut ini kekurangan dari proses elektrokoagulasi :
1. Tidak dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang mempunyai sifat
elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar elektroda.
2. Besarnya reduksi logam berat dalam limbah cair dipengaruhi oleh besar kecilnya
arus voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak antar elektroda.
3. Penggunaan listrik yang mungkin mahal.
4. Batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu diganti.
Purwaningsih, I., 2008.
2.9 pH atau Konsentrasi Hidrogen - Ion
pH menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. pH tidak mengukur seluruh kemasaman atau
seluruh alkalinitas; suatu metode titrasi penurunan kadar yang dibutuhkan untuk memperkirakan jumlah yang sebenarnya daripada keasaman atau alkali yang ada.
Larutan – larutan netral mempunyai pH = 7, asam mempunyai pH kurang dari 7 sedangkan larutan – larutan yang mengandung alkali mempunyai pH yang lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
daripada 7. Air limbah domestik yang normal biasanya mengandung sedikit alkali. Mahida, U. N., 1984.
Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air normal yang memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan mempunyai pH antara 6,5 - 7,5. Air limbah industri belum terolah yang dibuang langsung ke sungai akan mengubah pH air yang dapat
mengganggu kehidupan organisme di dalam sungai. Kondisi ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan rendah seperti debit sungai yang kecil. Sunu,P., 2001.
Aktivitas biologik dapat mengubah pH dari unit penanganan. Contoh-contoh reaksi biologik yang dapat menyebabkan kenaikan pH
adalah fotosintesis, denitrifikasi, pemecahan nitrogen organik dan reduksi sulfat. Contoh reaksi biologik yang dapat menyebabkan penurunan pH adalah oksidasi sulfat,
nitrifikasi, oksidasi karbon organik. Perubahan relatif dalam pH akan mempengaruhi kapasitas penyangga dari cairan dan jumlah substrat yang digunakan oleh
mikroorganisme. Proses penanganan biologik konvensional tidak dapat bekerja dengan baik di luar daerah pH 6,5 – 8,5 dan sifat asam atau alkali harus dimodifikasi
dengan cara tertentu seperti dengan pengenceran, netralisasi dan pengendalian proses reaksi biologik. Air limbah yang mengandung konsentrasi asam organik yang cukup
banyak sering mempunyai pH yang rendah dan dapat diatasi secara efektif dengan menyesuaikan laju penghilangan dengan laju input massa dari asam. Laksmi, B.S.,
1993.
2.10 Kekeruhan