BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
1. Hemodialisis adalah proses penyaringan darah dengan menggunakan mesin.
Proses ini dilakukan dengan cara difusi melewati membran semipermeabel untuk membuang substansi yang tidak diperlukan dari darah sambil
menambah substansi yang diperlukan. 2.
Status nutrisi pada dasarnya menggambarkan status kuantitatif dan kualitatif pasien, baik komponen viseral non otot maupun somatik otot, serta status
keseimbangan energi. Sampai dengan sekarang secara definitif belum ada cara tunggal yang bisa dianggap sebagai standar emas untuk menilai status nutrisi
maupun menilai respon intervensi nutrisi. Dewasa ini didapatkan banyak cara untuk menetapkan status nutrisi, sehingga disesuaikan dengan sarana yang
ada, bisa dilakukan sebanyak mungkin cara yang bisa membantu menetapkan
status nutrisi pasien dialisis. Sesuai rekomendasi NKF-KDOQI, peneliti akan menggunakan kuesioner Subjective Global Assessment SGA untuk
menentukan status nutrisi pasien. Hasil tersebut didapatkan secara subjektif
kemudian peneliti menetapkan pasien tersebut ke dalam 3 kelompok antara lain: SGA-A yang menyatakan status nutrisi pasien baik, SGA-B yang
Pasien yang menjalani hemodialisis berkala
Penentuan status nutrisi
Universitas Sumatera Utara
menyatakan status nutrisi pasien sedang curiga mengalami malnutrisi, dan SGA-C yang menyatakan status nutrisi pasien buruk. SGA merupakan metode
yang simpel untuk menilai status nutrisi yang akan peneliti lakukan dengan cara wawancara dengan pasien dan pemeriksaan fisik.
3. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat
ukur Smic timbangan dan tinggi badan. Penunjuk berat badan berupa mekanisme putaran jarum. Rentang pengukuran berat antara 0-120 kg dengan
subdivisi berat 0,5 kg. Rentang pengukuran tinggi badan antara 70-190cm dengan subdivisi tinggi 0,5 cm. Pengukuran ini dilakukan pada pasien
sebelum menjalani hemodialisis. 4.
Pengukuran tinggi badan serta berat badan untuk menghitung indeks massa tubuh IMT. IMT dikalkulasi dengan cara berat badan dibagi tinggi badan
kuadrat kgm2. Pengukuran ini dilakukan pada pasien sebelum menjalani hemodialisis.
Klasifikasi kategori BMI sesuai rekomendasi WHO 2000: Tabel 1 Kategori BMI.
Kategori BMI kgm2
BMI Asia kgm2 Underweight
18,5 18,5
Normoweight 18,5-24,9
18,5 – 22,9 Overweight
≥ 25 ≥ 23
Pre-obese 25,0 - 29,9
23,0 - 24,9 Obese I
30,0 - 34,9 25,0 - 29,9
Obese II 35,0 - 39,9
≥ 30 Obese III
≥ 40 BMI yang akan digunakan pada penelitian ini adalah BMI Asia.
Universitas Sumatera Utara
5. Kelompok umur pada pasien yang menjalani hemodialisis dibagi dalam 8
kelas dengan panjang kelas 5 tahun. Umur pada sampel didapatkan dengan wawancara dan kemudian dimasukkan sesuai kelompok umurnya. Kelompok
umur tersebut akan ditabulasi silang dengan SGA untuk melihat kelompok umur manakah yang lebih cenderung untuk mengalami malnutrisi.
6. Rentang lamanya pasien menjalani hemodialisis dibagi dalam 5 kelas dengan
panjang kelas 18 bulan. Rentang lamanya pasien menjalani hemodialisis didapatkan dari wawancara yang kemudian diperiksa kembali pada rekam
medik. Rentang lamanya pasien menjalani hemodialisis tersebut akan ditabulasi silang dengan SGA untuk melihat rentang lamanya pasien
menjalani hemodialisis manakah yang lebih cenderung untuk mengalami malnutrisi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN