meningkatkan resiko mendapat infeksi HIV, gonnorhoea dan Chlamydia Handsfield, 2001.
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang dapat diobati jika didiagnosa awal. Maka penting agar masryarakat umum untuk mengetahui
tentang trikomoniasis agar komplikasi penyakit ini dapat dihindari dan mengurangkan resiko penularan HIV.
2.2 Trikomoniasis sebagai Penyakit Menular Seksual
Trikomoniasis merupakan antara penyebab infeksi menular seksual yang semakin meningkat walaupun data insidensnya sangat sedikit dijumpai. Penelitian
yang dipublikasi oleh UNAIDS dan WHO 1997 yaitu Sexual Transmitted Disease Policies dan Principles for Prevention and Care, memperkirakan
insidens terjadi trikomononiasis pada tahun 1995 di seluruh dunia adalah sebanyak 170 juta. Publikasi WHO 2001 di Geneva tentang Global Prevalence
Incidence of Selected Curable STI, penyakit menular seksual akibat trikomoniasis yang terjadi di South dan Southeast Asia adalah sebanyak 75.43 juta pada 1995.
Publikasi yang sama juga menunjukkan angka kejadian trikomoniasis di South dan Southeast Asia pada 1999 meningkat yaitu ke 76.42 juta. Menurut data
Centre for Disease Control and Prevention CDC, 2007 diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 7.4 juta kasus trikomononiasis terjadi secara global. AIDS
epidemic update 2009 oleh UNAIDS dan WHO menemukan sebanyak 4.7 juta orang di Asia yang menghidapi HIV pada tahun 2008. Maka boleh dikatakan
bahwa kasus trikomoniasis adalah ‘on the rise’ dan hal ini menjadi masalah kesehatan komuniti.
Pertimbangan pada pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang penyakit menular seksual PMS terutama tentang trikomoniasis harus diberi
perhatian yang sewajarnya. Survey sex global oleh perusahaan Durex 2005 menyatakan bahwa hanya 7 dari rakyat Indonesia yang memiliki pengetahuan
tentang adanya infeksi menular seksual akibat trikomoniasis. Maka boleh disimpulkan walaupun pendidikan seks telah diberi kepada masyrakat namun
Universitas Sumatera Utara
upaya pencegahan yang diambil untuk menurunkan angka kejadian PMS amat sedikit. Kegagalan untuk mengkontrol PMS adalah mungkin disebabkan prioritas
kurang diberikan oleh ‘policy-makers’ atau ‘planners’ untuk mengalokasikan sumber resources yang sewajarnya serta fasilitas untuk mendiagnosa dan health
care kurang diberi perhatian oleh pemerintah. Selain itu, trikomoniasis juga sering asimptomatik pada laki-laki maka resiko tertularan meningkat karena gagal
mengenali terdapat masalah.
2.3 Penyakit Menular Seksual