Sistem Pengawasan Internal Kas Pada PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit Jaringan Sumatera Utara, Aceh, Riau Jl Dr. Cipto No 12 Medan.

(1)

(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir guna melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian tugas akhir ini penulis lakukan tidak lepas dari dorongan moril maupun materiil dari kedua orang tua penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda penulis Syarifuddin. H dan ibunda penulis Trisnawani, karena dengan do’a mereka penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan tugas akhir ini. Untuk kesempatan ini penulis ingin megucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Fakulatas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(5)

3. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan- masukan serta motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini 4. Bapak Pimpinan PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan

Sumatera Utara, Aceh dan Riau (PIKITRING SUAR) Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan riset dalam rangka penyelesaian tugas akhir

5. Seluruh staff PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh, Riau (PIKITRING SUAR) yang telah memberikan bantuan data kepada penulis sehingga penulis dapat sangat terbantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Medan, 15 Juni 2009 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

BAB I : PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Permasalahan...2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...2

D. Rencana Penulisan...3

1. Jadwal Observasi...3

2. Rencana Isi...4

BAB II : PROFIL PT. PLN. (Persero) PIKITRING SUAR...6

A. Sejarah Ringkas Perusahaan...6

B. Struktur Organisasi...9

C. Job Description...10

D. Jaringan Usaha/Kegiatan...16

E. Kinerja Usaha Terkini...17

F. Rencana Kegiatan...1

BAB III : TOPIK PENELITIAN...19

A. Pengertian dan Fungsi Kas...19

B. Pengertian dan Fungsi Pengawasan Internal...21

C. Unsur-unsur Pengawasan Internal...23


(7)

Intern Kas...25

F. Pengawasan Atas Penerimaan Kas...25

G. Pengawasan Atas Pengeluaran Kas...28

BAB IV : PENUTUP...34

A. Kesimpulan...34

B. Saran...35


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan yang besar selalu berhadapan dengan kendala-kendala yang berhubungan dengan pengawasan harta bendanya, khususnya masalah kas, dimana sebagian besar transaksi yang dilakukan oleh perusahaan selalu melibatkan kas. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang terjadi pada masa sekarang memungkinkan terjadinya penyalahgunaan kas. Dengan demikian perusahaan harus lebih aktif dalam melakukan pengawasan terhadap kas.

Pengawasan dapat diartikan sebagai alat untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas perusahaan agar sesuai dengan rencana semula. Salah satu cara untuk melaksanakan pengawasan adalah dengan menyusun sistem pengawasan intern yang memadai yang dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya dalam mengamankan harta perusahaan, meningkatkan efisiensi dan mendorong karyawan untuk selalu mematuhi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen sehingga kecurangan dan penyalahgunaan kas dapat diminimalisasi atau bahkan dapat dihindari.

Kas merupakan asset perusahaan yang paling lancar (likuid) dari seluruh aktiva yang ada. Ini karena setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan selalu berhubungan dengan kas. Oleh karena itu kas menjadi objek yang paling mudah


(9)

diselewengkan, sehingga banyak orang yang berusaha menyelewengkan kas dengan berbagai cara. Oleh karena itu, maka perlu adanya pengawasan intern yang efektif terhadap kas. Apabila pengawasan intern terhadap kas dalam sebuah perusahaan berjalan dengan efektif maka penyalahgunaan kas dapat diketahui dengan mudah.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul “ Sistem Pengawasan Internal Kas Pada PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit Jaringan Sumatera Utara, Aceh, Riau Jl Dr. Cipto No 12 Medan.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana sistem pengawasan internal kas pada PT PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh, dan Riau,

2. Apakah pengawasan internal kas yang dilakukan PT PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara Aceh dan Riau sudah efektif dan efisien.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengawasan internal kas pada PT PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara,Aceh dan Riau.


(10)

2. Untuk mengetahui apakah pengawasan internal kas yang dilakukan PT. PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau, telah dilakukan secara efektif dan efisien.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis adalah:

1. Bagi penulis, untuk menambah dan memperluas wawasan penulis mengenai pengawasan internal kas dan sebagai pembanding dengan teori yang didapat dari perkuliahan,

2. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai masukan dalam melaksanakan pengawasan internal kas pada masa yang akan datang,

3. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan.

D. Rencana Penulisan

a. Jadwal Survei / Observasi

Berikut adalah jadwal survei / observasi selama penyusunan tugas akhir

Tabel I.1. Daftar Kegiatan Selama Penyusunan Tugas Akhir

No Keterangan Tanggal Survey

1 Mengurus SKS bersih 18 Maret 2009

2 Mengajukan surat permohonan judul 20 April 2009

3 Mengurus Surat Riset 30 April 2009

4 Mengajukan surat permohonan dosen pembimbing


(11)

5 Mengantar surat izin riset ke perusahaan 8 Mei 2009 6 Mengambil surat balasan riset dari perusahaan 12 Mei 2009 7 Meminta data ke perusahaan mengenai sejarah

ringkas perusahaan, struktur organisasi, uraian tugas (job description), dan kinerja usaha terkini

13 Mei 2009 8 Melakukan wawancara kepada staff perusahaan

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas serta prosedur pengawasan internal kasnya

15, dan 22 Mei 2009 9 Melaksanakan bimbingan pertama tugas akhir 4 Juni 2009 10 Melaksanakan bimbingan kedua tugas akhir 8 Juni 2009

b. Rencana Isi

Penulis akan memberikan gambaran rencana isi yang membuat lebih terarahnya penulisan tugas akhir ini, maka dari itu penulis membagi ke dalam empat bagian bab

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, maksud dan tujuan penelitian, rencana penulisan yang mecakup jadwal survei dan rencana isi.

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan tentang sejarah ringkas perusahaan, struktur organisasi dan personalia, job description, jaringan usaha / kegiatan, kinerja usaha terkini, dan rencana kegiatan.


(12)

BAB III : TOPIK PENELITIAN

Pada bab ini penulis mencoba untuk menguraikan hasil penelitian sesuai dengan yang dipilih bedasarkan bidang studi mahasiswa serta diuraikannya pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh manajer, kepala unit / bagian bersama dengan para karyawan ataupun pegawainya.

BAB IV : PENUTUP

Hasil penelitian yang telah dikembangkan penulis, maka dalam bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan dan memberikan saran yang dapat menunjang kemajuan perusahaan pada masa yang akan datang.


(13)

BAB II

PROFIL PT PLN (PERSERO) PIKITRING SUAR MEDAN

A. Sejarah Ringkas Perusahaan

Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Pada saat itu penyediaan tenaga listrik di negara kita dikelola oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah NV OGEM ( Overzeese Gase

dan Electritiest Maathappy ) yang berpusat di negara Belanda, sedangkan di

Indonesia berpusat di Jakarta.

Sejarah kelistrikan di Indonesia dimulai pada tahun 1893 di daerah Batavia atau Jakarta sekarang. Tiga puluh tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di pertapakan kantor PLN cabang Medan yang sekarang di jalan listrik no 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM, yaitu salah satu perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan listrik di tanjung Pura dan


(14)

pangkalan brandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga, Berastagi, dan Tarutung 1929, Tanjung Balai 1931, Labuhan Bilik 1936, dan Tanjung Tiram 1937.

Pada masa penjajahan Jepang, perusahaan listrik berada ditangan Jepang dengan mendatangkan tenaga ahli dari Jepang, tetapi Jepang hanya mengambil alih pengelolaan listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera, dan Perusahaan Listrik Jawa yang disesuaikan dengan struktur organisasi pemerintahan Jepang pada saat itu

Sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 dikumandangkan maka kesatuan aksi karyawan listrik di seluruh penjuru tanah air mengambil alih Perusahaan Listrik swasta Belanda dari tangan tentara Jepang. Pengambilalihan itu selesai bulan oktober 1945 dan diserahkan pada pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Mengenang peristiwa ambil alih itu maka tanggal 27 oktober ditetapkan sebagai hari listrik nasional.

Sejak tahun 1955 di Medan berdiri perusahaan listrik distribusi cabang Sumatera Utara yang mula-mula dikepalai oleh R. Sukarno (merangkap Kepala di Aceh). Kantornya berlokasi di jalan Batu Gingging (sekarang menjadi gudang PLN), setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri No. 16/120 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan di rubah, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau menjadi PLN Eksploitasi II dipimpin oleh Ir Dudung Yachyasumitra.


(15)

Pada tahun 1965 BPU PLN dibubarkan dengan peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan daerah pembagian kerja PLN menjadi 15 kesatuan daerah eksploitasi Sumatera Utara yang juga disebut daerah eksploitasi I yang dipimpin oleh Ir Dudung Yachyasumitra, Aceh menjadi eksploitasi XIII, Sumatera Barat dan Riau menjadi eksploitasi XIV.

Pada tanggal 12 April 1969 dengan SK Menteri PU & T No. 57/Kpts/1969 dan No 193/Kpts/69 serta SK Dirjen GATRIK No 12/K/69 jabatan pemimpin Eksploitasi I diserah terimakan dari Ir Dudung Yachyasumitra kepada Ir Darmono dan PLN waktu itu dibagi menjadi 14 Eksploitasi dan 4 PLN Pembangunan.

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak dan wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik di seluruh Indonesia, kemudian disusul dengan keputusan menteri PUTL No. 01/PRT/73 untuk menetapkan perubahan PLN dari Perusahaan Umum Listrik Negara sebagai satu-satunya Perusahaan Negara yang dibentuk Pemerintah untuk membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik di seluruh Indonesia, dalam SK Menteri tersebut ditetapkan pula pembagian kerja PLN menjadi 14 Eksploitasi, 4 daerah distribusi dan 3 daerah pembangkitan dan sejak itu PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diganti menjadi PLN Eksploitasi Sumatera Utara.

Menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi PROLIS yang diasuh oleh Direksi, sementara Organisasi Direksi PLN pun mengalami perubahan pula. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II


(16)

Sumatrera Utara, PLN Pembangunan VIII kemudian menjadi PLN Pembangunan I dan berubah menjadi Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, kemudian terjadi perubahan nama menjadi PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau (PIKITRING SUAR) sesuai dengan surat keputusan No. 032/K/DIR/2006 tanggal 14 Februari 2006.

B. Struktur Organisasi

Setiap Perusahaan pasti memiliki struktur organisasi, struktur organisasi sangat penting didalam perusahaan karena berfungsi sebagai landasan bagi seluruh fungsi yang ada dalam organisasi untuk melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab dari setiap fungsi.

PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh, dan Riau (PIKITRING SUAR) menganut struktur organisasi garis lurus staf (line staff organization) yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut karena

a) pembagian tugas secara jelas dapat dibedakan

b) general manajer langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas.


(17)

Wewenang dari puncak pimpinan dilimpahkan sepenuhnya kepada bawahannya dalam bidang pekerjaan sepanjang yang menyangkut bidang kerjanya.

PT. PLN (Persero) PIKTRING SUAR dipimpin oleh seorang General Manager yang membawahi beberapa manajer bagian yang terdiri dari

1. manajer bidang perencanaan, 2. manajer bidang operasi,

3. manajer bidang SDM administrasi dan keuangan.

C. Job Description

Adapun uraian tugas dari PT PLN (Persero) PIKITRING SUAR adalah:

1. General Manajer

Bertanggung jawab atas pengolahan kegiatan proyek dan pembangunan Pembangkit dan Jaringan Tenaga Listrik sesuai yang tercantum dalam Daftar Isian Proyek (DIP), Petunjuk Operasional (PO), dan Anggaran Investasi (AI) serta bertanggung jawab terhadap biaya jadwal dan mutu sesuai target kinerja proyek induk yang tersedia, serta memastikan bahwa semua program pembangunan dan APBN, LOAN, APLN telah diketahui oleh direksi. Rincian tugas pokok general manajer adalah :

a. Menetapkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) proyek induk, b. Mengolah kegiatan proyek dan bertindak sebagai wakil pemilik (owner),


(18)

c. Menetapkan system manajemen kinerja dan system manajemen mutu proyek induk serta pengendaliannya,

d. Mengembangkan hubungan kerja sama dengan pihak lain untuk kelancaran dan keberhasilan penyelesaian proyek,

e. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota dalam bidang proyek induk,

f. Mengembangkan strategi dan kebijakan pokok untuk meningkatkan kerja proyek induk,

g. Memastikan kelancaran koordinasi dan Service Level Agreement (SLA) dan PT. PLN (Persero) jasa konstruksi,

h. Menetapkan laporan manajemen proyek induk.

2. Kepala Audit Internal

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan audit manajemen untuk menjamin pencapaian target kinerja proyek induk sesuai penetapan direksi dengan ketentuan dan kebijakan proses manajemen sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Rincian tugas kepala audit internal adalah :

a. Merumuskan program kerja pemeriksaan tahunan sesuai Program Kerja Proyek Induk,

b. Melaksanakan audit internal, meliputi pelaksanaan kegiatan proyek induk, keuangan, system sumber daya manusia dan administrasi,


(19)

c. Merumuskan masukan dan rekomendasi yang menyangkut proses manajemen dan operasional,

d. Memantau tindak lanjut temuan hasil audit internal.

3. Manajer Bidang Perencanaan

Bertanggung jawab atas tersedianya perencanaan kerja atas pelaksanaan kegiatan perencanaan konstruksi pembangunan proyek pembangkit dan jaringan, penetapan kebijakan manajemen yang strategis dalam rangka pencapaian target kinerja proyek induk serta mendukung restrukturisasi organisasi proyek induk. Rincian tugas pokok manajer bidang perencanaan adalah:

a. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) proyek induk tahunan,

b. Melaksanakan evaluasi kinerja serta sosialisasi penerapannya kepada organisasi proyek,

c. Merencanakan dan mengelola kegiatan pembebasan tanah dan mengelola kegiatan soil investigation,

d. Menyiapkan AMDAL, UPL, dan RKL serta perijinan, e. Mengolah dan membina sistem manajemen mutu,

f. Merumuskan standar produk/materi, serta membina penerapannya,

g. Melaksanakan perencanaan proyek yang sinergi dengan koordinasi bersama jasa manajemen konstruksi,


(20)

4. Manajer Bidang Operasi

Bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan proyek pembangkit dan jaringan, konsolidasi unit-unit proyek sesuai dengan jadwal, biaya, dan kualitas pekerja melalui pemantauan hasik kerja jasa manajemen konstruksi untuk pencapaian target kinerja produksi. Rincian tugas manajer bidang operasi adalah:

a. Menyusun rencana kerja staf operasi sesuai rencana kerja proyek induk. b. Merumuskan dan mengevaluasi kinerja bidang serta sosialisasi

penerapannya

c. Mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan administrasi teknik meliputi administrasi, tenaga asing, kontrak-kontrak dan berita pembayaran,

d. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan dan pengendalian sarana kerja proyek sesuai dengan kontrak agar tepat waktu sesuai kualitas dan kuantitas,

e. Membina hubungan kerja dengan instansi terkait untuk kelancaran tugas, f. Melaksanakan pemantauan kemajuan fisik proyek secara berkala untuk

Menghindari keterlambatan,

g. Mengelola penerimaan dan pengeluaran barang serta tata usaha gedung, h. Memberi laporan manajemen sesuai bidangnya.


(21)

Bertanggung jawab atas pengelolaan SDM, Administrasi dan Keuangan untuk mendukung pelaksanaan pekerja kegiatan proyek induk dalam mencapai kinerja target proyek induk sesuai penetapan direksi. Rincian tugas pokok manajer bidang SDM, Administrasi dan Keuangan adalah:

a. Merencanakan jenjang karir dan siklus untuk SDM tingkat pelaksanaan di proyek induk,

b. Melaksanakan manajemen berbasis kompetensi dalam hal penetapan posisi SDM, penilaian unjuk kerja pegawai serta pendidikan dan latihan, c. Melaksanakan tata usaha kepegawaian dalam hal reminsasi, mutasi data

pegawai,

d. Melaksanakan pekerjaan kesekretariatan pengolahan keluar masuk surat serta menjamin kerahasiaannya,

e. Mengelola sistem informasi dan memelihara peralatan perangkat kerasnya,

f. Melaksanakan penyedian dan memelihara peralatan kantor,

g. Melaksanakan pengendalian aliran kas penerimaan dan pengeluaran serta membuat laporan rekonsiliasi keuangan,

h. Melakukan pengolahan keuangannya berdasarkan kegiatan proyek induk, i. Melaksanakan kegiatan akuntansi biaya PDP dan aktiva tetap,

j. Menetapkan laporan manajemen di bidangnya.


(22)

Bertanggung jawab atas pengolahan kegiatan proyek pembangkit sesuai kontrak dengan menggunakan jasa manajemen konstruksi sebagai bagian pencapaian target kierja proyek yang ditetapkan oleh perusahaan. Rincian tugas pokok manajer proyek pembangkit adalah:

a. Koordinasi pengawasan dan pengendalian teknik dan administrasi dengan unit jasa manajemen konstruksi,

b. Melakukan kegiatan proyek dengan fungsi sebagai pendelegasian wakil pemilik (owner) dari poyek induk,

c. Menyusun Basic Communication dengan pihak pengguna jasa dan setiap pihak terkait,

d. Mengevaluasi rekomendasi penyempurnaan pekerjaan proyek dari pihak jasa manajemen konstruksi untuk proses amandemen dari pihak konstruksi,

e. Menugaskan pengawasan mutu, tertib biaya dan ketetapan waktu pelaksanaan proyek tehadap setiap pihak pelaksanaan konstruksi dan pihak jasa manajemen konstruksi,

f. Menetapkan laporan manajemen proyek pembangkit.

7. Proyek Jaringan

Bertanggung jawab atas pengelolaan proyek jaringan sesuai kontrak dengan menggunakan jasa manajemen konstruksi sebagai bagian pencapaian target


(23)

a. Koordinasi pengawasan dan pengendalian teknik dan administrasi dengan unit jasa manajemen konstruksi,

b. Melaksanakan kegiatan proyek dengan fungsi sebagai pendelegasian wakil pemilik, (owner) dari proyek induk,

c. Menyusun basic communication dengan pihak pengguna jasa dan setiap pihak terkait,

d. Mengevaluasi rekomendasi penyempurnaan pekerjaan proyek dari pihak jasa manajemen konstruksi untuk proses amandemen dengan pihak konstruksi.

D. Jaringan Usaha/ Kegiatan

Jaringan usaha / kegiatan PT PLN (Persero) PIKITRING SUAR adalah sebagai berikut:

a. Proyek PLTA ( Pembangkit Listrik Tenaga Air ) Sipansihaporas, yang berlokasi di desa Husor, dan Sibuluan II kabupaten Tapanuli Tengah, Propinsi Sumatera Utara dengan kapasitas produksi tenaga listrik sebesar 33 + 17 MW (Mega Watt),

b. Proyek PLTA Renun, berlokasi di Kabupaten Dairi, sekitar 100 km selatan kota Medan dengan kapasitas produksi tenaga listrik sebesar 2 × 41 MW. Pola operasi PLTA ini yaitu air sungai ditampung pada kolam


(24)

Tando Harian seluas 10 ha untuk dapat melayani beban puncak selama  5 jam dengan debit 22,1 m3/detik,

c. Proyek PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap ) Labuhan Angin, lokasi proyek di desa Tapian Nauli Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah. Kapasitas produksi tenaga listrik yang dihasilkan sebesar 2 × 15 MW, dengan spesifikasi bahan bakar yaitu batu bara kalori rendah dengan kebutuhan batu bara 1.152.000 ton / tahun.

E. Kinerja Usaha Terkini

Pada tahun 2009 ini PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau memiliki beberapa buah proyek yang harus dikerjakan baik proyek yang telah berjalan ataupun proyek yang baru berjalan.

Adapun proyek-proyek tersebut antara lain:

a. Penyelesaian Proyek Induk PLTU Labuhan Angin,

b. Pekerjaan transmission line 275 kV Asahan I – Simangkuk, c. Pekerjaan transmission Line 275 kV Simangkuk – Porsea, d. Pekerjaan Gardu Induk 150 kV Simangkuk,

e. Pekerjaan Transmission Line 275 kV Binjai galang,

f. Pekerjaan Transmission Line 275 kV Galang – Simangkuk, g. Pekerjaan Transmission Line 275 kV Simangkuk – Sarulla,


(25)

F. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan PT PLN (Persero) PIKITRING SUAR adalah sebagai berikut;

a. Pembangunan transmisi 275 kV dan Gardu Induk, b. Pembangunan transmisi 150 kV dan Gardu Induk, c. Pembangunan PLTA Asahan III,

d. Pembangunan PLTA Peusangan, e. Pembangunan PLTU Meulaboh, f. Pembangunan PLTU Pangkalan Susu,

g. Pembangunan PLTU Riau yang terbagi dalam beberapa wilayah yaitu: Selat Panjang, Tanjung Balai Karimun, dan Bengkalis.


(26)

(27)

BAB III

TOPIK PENELITIAN

A. Pengertian dan Fungsi Kas

Kas adalah komponen aktiva paling aktif dan sangat mempengaruhi setiap transaksi yang terjadi. Hal ini dikarenakan setiap transaksi memerlukan suatu dasar pengukuran yaitu kas. Bahkan walaupun perkiraan kas tidak langsung terlibat dalam transaksi tersebut besarnya nilai transaksi tetap diukur dengan kas. Kas adalah aktiva yang tidak produktif. Oleh karena itu kas harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada kas yang menganggur. Di samping itu kas merupakan suatu aktiva yang paling mudah diselewengkan dan digunakan dengan tidak semestinya oleh karyawan karena kas merupakan aktiva yang paling bernilai disbanding dengan aktiva lainnya serta paling mudah dipindah tangankan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia bahwa,”Kas terdiri dari saldo kas (cash and hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan-perubahan yang signifikan.” (IAI, 2007 : 22)

Kas adalah alat pembayaran yang dapat dipakai untuk membiayai kegiatan perusahaan. Kas merupakan aktiva yang paling lancar dan harus disediakan di perusahaan selama peiode tertentu. Banyak transaksi perusahaan baik langung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas. Tidak


(28)

hanya terbatas pada uang tunai yang tersedia didalam perusahaan saja, melainkan meliputi semua jenis asset yang dapat dipergunakan dengan segera untuk membiayai kegiatan perusahaan.

Kas merupakan semua uang kertas dan logam baik mata uang dalam negeri maupun luar negeri serta surat-surat yang mempunyai sifat seperti mata uang yaitu sifat yang segera dipergunakan untuk melakukan pembayaran-pembayaran pada setiap saat dikehendaki. Kas berarti uang dan segala sesuatu yang digunakan sebagai alat tukar yang diterima oleh bank pada nilai nominalnya.

Dari segi akuntansi yang dimaksud dengan kas

“Kas adalah segala sesuatu, baik yang berbentuk uang atau bukan yang dapat tersedia

dengan segera dan diterima sebagai pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.” (Soemarso, 2004 : 320)

Pengertian kas yang lain adalah:

“Kas adalah jumlah uang tunai yang ada di perusahaan dan rekening giro simpanan-simpanan di bank yang pengambilannya tidak dibatasi baik dalam waktu maupun jumlahnya dan investasi jangka pendek yang secara formal disebut kas dan setara kas.” (Munawir, 2002 : 242)

Banyak transaksi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas, tidak hanya terbatas pada uang tunai yang tersedia dalam perusahaan saja, melainkan meliputi semua jenis asset yang dapat dipergunakan dengan segera untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan.


(29)

dan akuntansi untuk semua pos lainnya. Agar dapat dilaporkan sebagai kas, pos yang bersangkutan harus siap sedia untuk pembayaran kewajiban lancar.

Adapun fungsi kas adalah sebagai berikut: a. Membiayai kegiatan operasional perusahaan, b. Sebagai alat tukar pembayaran,

c. Alat yang diterima sebagai net bank sebesar nilai nominal, d. Sebagai investasi baru dalam aktiva tetap.

B. Pengertian dan Fungsi Pengawasan Internal

Pengawasan erat hubungannya dengan perencanaan, dimana tanpa adanya perencanaan sebagai pedoman, maka pengawasan akan sangat sulit dilaksanakan. Begitu juga sebaliknya, perencanaan tanpa pengawasan akan cenderung menimbulkan penyimpangan-penyimpangan sehingga hal ini selalu mendapat perhatian khusus dalam setiap kegiatan agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai atau setidaknya mendekati sasaran yang diinginkan.

“Pengawasan intern merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari

penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, memastikan bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya.” (Warren, Reeve, Fees, 2005; 289)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah proses pemberian pengaruh terhadap aktivitas suatu objek atau sistem. Pengawasan dapat membantu perusahaan mengontrol kegiatan-kegiatannya dalam rangka mencapai tujuannya.


(30)

Pengawasan intern merupakan alat pengawasan yang sangat membantu pimpinan dalam melaksanakan tugasnya sehingga mempunyai peranan penting bagi suatu perusahaan. Pimpinan dapat menilai seluruh aktivitas perusahaan dengan pengawasan internal. Pengawasan intern kas bertujuan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kecurangan, kesilapan dan penyelewengan.

Pada awalnya pengawasan intern dipandang sebagai permasalahan pengecekan internal atau internal check yang hanya menyangkut segi teknik pembukuan yang dapat menjamin ketelitian dan kecermatan data perusahaan maupun pelaksanaannya dan jika ditemui maka dilakukan pemeriksaan atau prosedur-prosedur tambahan.

Menurut Committee of Sponsoring Organization of The Tread Way Commission (COSO) dalam laporannya yang berjudul Internal Control Integrated Frame Work bahwa:

“Pengawasan intern adalah sistem yang dapat mengawasi dan mengendalikan semua tingkat kegiatan didalam suatu perusahaan, berusaha untuk mengikuti perubahan yang ada dalam dunia usaha yang semakin lama semakin banyak dan kompleks.” (Wahidin Yasin, 2000 : 29)

Melihat dari definisi diatas dapat didefinisikan bahwa pengawasan intern adalah kegiatan perusahaan dalam mengadakan pengawasan terhadap struktur organisasi, prosedur-prosedur keuangan, dan pencatatan-pencatatan guna mendapatkan kecermatan dan ketelitian pada data akuntansi, tindakan yang efisien


(31)

dan efektif serta dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen.

Berdasarkan pengertian pengawasan intern yang diuraikan diatas maka dapat diketahui bahwa pengawasan intern merupakan pengawasan yang ditekankan pada penggunaan cara dan prosedur yang berfungsi:

a. Menjaga aktiva atau harta kekayaan catatan perusahaan, b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, c. Menentukan efisiensi dan efeitivitas dalam operasi,

d. Membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dari kebijkasanaan manajemen yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

C. Unsur-Unsur Pengawasan Intern

Untuk menjamin agar pengawasan intern dapat berjalan dengan baik, seorang manajer harus mengetahui struktur pengawasan intern tersebut. Untuk menghasilkan suatu pengawasan intern yang baik dalam perusahaan diperlukan adanya unsur-unsur yang dirancang dan diimplementasikan manajemen guna membentuk kepastian yang layak bahwa tujuan pengawasan internnya akan tercapai. Seperti yang telah dijelaskan bahwa pengawasan intern kas sangat penting peranannya dalam melindungi harta perusahaan dari ancaman-ancaman yang dapat merugikan perusahaan, terutama dari tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab yang datangnya dari dalam perusahaan itu sendiri.


(32)

1. Struktur yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas,

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya,

3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi,

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab. (Mulyadi, 2001 : 164)

D. Tujuan Pengawasan Intern Kas

Dalam melakukan pengawasan intern terhadap kas dan untuk mencapai tujuan pengawasan intern kas harus diketahui sifat-sifat khusus dari kas dan kemungkinan tindakan yang terjadi untuk menggelapkan kas tersebut. Adapun tujuan yang akan dicapai dari pelaksanaan sistem pengawasan internal kas adalah:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kas,

2. Membuktikan keberadaan kas yang dicantumkan ke dalam neraca, 3. Membuktikan kewajaran kas yang tercantum didalam neraca, 4. Membuktikan kemungkinan terjadinya penggelapan terhadap kas.

Dari kebenaran dan bukti-bukti akurat yang diperoleh dari pelaksanaan pengawasan intern kas akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan pengawasan


(33)

dipatuhinya keputusan-keputusan atau kebijaksanaan manajemen. Selaras dengan upaya pencapaian tujuan Pengawasan Intern Kas oleh PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR, maka dalam hal ini perusahaan menerapkan sistem pengawasan intern kas dengan unsur-unsur yang lengkap dikaitkan dengan sistem dan prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas yang telah ditetapkan perusahaan.

E. Manfaat Pengendalian Internal Terhadap Pengawasan Internal Kas

Pengendalian intern merupakan suatu proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengawasan intern kas, pengendalian intern sangat bermanfaat karena:

a. Pengendalian intern memberikan pedoman-pedoman tentang pengawasan intern kas,

b. Menjadi dasar dalam prosedur-prosedur pengawasan intern kas yang dilakukan oleh perusahaan,

c. Dapat memudahkan pelacakan pengawasan intern kas baik disengaja ataupun tidak.

F. Pengawasan Atas Penerimaan Kas

Di dalam pelaksanaan transaksi penerimaan kasnya, PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR telah menyusun sistem penerimaan kas yang teratur. Adapun prosedur penerimaan kas yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR adalah:


(34)

1. PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR mengajukan anggaran dana kepada PLN (Persero) pusat yang berlokasi di Jakarta untuk keperluan pendanaan pembangunan proyek-proyek seperti proyek pembangkit dan jaringan serta keperluan operasional perusahaan,

2. Setelah anggaran dana disetujui oleh PT. PLN (Persero) pusat maka terbitlah anggaran tunai, yaitu semacam persetujuan untuk dropping uang dari PT. PLN (Persero) pusat,

3. Anggaran dana yang telah dicairkan masuk ke bagian kasir dan disimpan dalam brankas penyimpanan uang tunai.

Dalam penerapan pengawasan intern penerimaan kas, perusahaan menggunakan beberapa alat pengawasan yaitu:

a. Cek

Cek merupakan bukti awal transaksi penerimaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk pencairan dana ke bank,

b. Bukti penerimaan kas / bank

Berisikan tentang jumlah nominal penerimaan kas atau bank serta uraian tentang darimana penerimaan itu berasal,

c. Buku kas/bank

Dalam buku kas / bank terdapat perkiraan debit dan kredit mengenai transaksi penerimaan kas/bank yang dilakukan oleh perusahaan. Fungsinya sebagai alat dalam memonitoring penerimaan kas.


(35)

Dalam melaksanakan transaksi penerimaan kasnya PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR telah menyusun penerimaan kas ke dalam sistem akuntansi. Bila ditinjau mengenai penerimaan kas yang dilakukan perusahaan menurut penulis perusahaan sudah menetapkan sistem akuntansi yang cukup baik serta aturan yang berlaku, hal ini dapat dilihat dari:

1. Setiap ada transaksi penerimaan kas, terlebih dahulu diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dalam hal ini General Manajer, Manajer Supervisor Administrasi dan Keuangan, serta Deputi Manajer Keuangan. Pimpinan akan meminta bukti pendukung transaksi penerimaan kas. Hal ini bertujuan untuk:

a. Memudahkan pengawasan terhadap penerimaan kas, b. Menghindari terjadinya penggelapan dana kas,

c. Memudahkan pimpinan untuk memeriksa laporan, apakah laporan tersebut benar atau tidak.

2. Pencatatan bukti kas/bank dengan segera, sepanjang bukti kas/bank tersebut telah dibuktikan, maka bagian kasir dengan segera mencatat ke dalam pembukuan baik itu buku kas atau buku bank,

3. Bukti-bukti seperti bukti kas/bank dan cek yang merekam terjadinya transaksi atas penerimaan kas/bank telah dirancang sedemikian rupa atau dibuat dalam bentuk yang sederhana dan mudah di mengerti.


(36)

G. Pengawasan Atas Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas dalam suatu perusahaan adalah untuk membiayai bermacam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan cepat, seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selisihnya digelapkan.

Untuk pembayaran biaya operasional dan biaya lain yang berhubungan dengan kegiatan perusahan biasanya menggunakan kas yang ada di perusahaan, dimana setiap pengeluaran yang terjadi harus disesuaikan dengan anggaran yang sudah ditetapkan dan tidak boleh melebihi anggaran yang telah ditetapkan tersebut, serta harus didukung oleh bukti-bukti pendukung seperti bukti pembayaran kas dan pembayaran bank. Kasir akan mengeluarkan kas sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan setelah disetujui dan di tandatangani oleh pejabat yang berwenang.

Untuk pengeluaran yang relatif kecil, perusahaan menggunakan dana kas kecil atau petty cash yang dipegang oleh kasir. Dana kas ini dipergunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang relatif kecil jumlahnya.

Pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR bermacam-macam, terdapat banyak pos-pos untuk pengeluaran kas. Pos-pos pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR adalah sebagai berikut:

1. Tunjangan,

2. Pemeliharaan, dalam hal ini meliputi a. Pemeliharaan gedung,


(37)

3. Ruang dinas, 4. Bengkel,

b. Pemeliharaan kenderaan bermotor 1. Jeep,

2. Bus, 3. Sedan, 4. Pick up,

5. Minibus dan ambulans, 6. Sepeda motor,

7. Sewa kendaraan bermotor, 8. STNK semua kendaraan, 9. BBM solar,

10. BBM premium, c. Pemeliharaan peralatan

1. Kantor, 2. Wisma, 3. Bengkel, 4. Gudang,

3. Beban lain-lain yang meliputi: a. Honor dan biaya,

b. Pemakaian perkakas dan perlengkapan, c. Bahan makanan,


(38)

d. Biaya pengolahan data dan penagihan,

e. Rupa-rupa persediaan biaya dan service kecil, f. Biaya hansip/keamanan,

g. Konsumsi, h. Perjalanan dinas, i. Pos/telegram/telepon, j. Pemakaian listrik/gas/air, k. Sewa gedung/tanah,

l. Alat keperluan kantor/tulis/gambar, m. Barang cetakan,

n. Biaya bank, o. Pajak/PBB, p. Asuransi,

q. Iuran abonemen dan iklan, r. Penerbitan/ekshibisi, s. Lain-lain.

Sedangkan pengeluaran untuk pembayaran gaji karyawan pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR dilakukan dengan sistem Payroll yaitu bekerjasama dengan pihak bank dengan mentransfer langsung ke rekening masing-masing karyawan.


(39)

1. Bagian yang memerlukan kas mengajukan berkas ke bagian keuangan, 2. Setelah berkas masuk, bagian keuangan membuat bukti kas / bank, 3. Kemudian bukti kas tersebut di verifikasi dan pemberian kode AT,

4. Setelah itu dilakukan proses otorisasi atau pengesahan bukti kas / bank (pembubuhan tanda tangan pejabat yang berwenang),

5. Bukti kas / bank kembali ke bagian keuangan untuk dilakukan pencairan dana yang sudah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang,

6. Setelah itu dilakukan pembayaran transaksi yang ada di bukti kas / bank, 7. Kemudian bukti kas / bank dicatat di buku kas / bank untuk dihitung

saldo harian kas / bank,

8. Bukti kas / bank yang asli diserahkan ke bagian akuntansi.

Bila ditinjau dari sudut pengeluaran kas, perusahaan ini juga sudah melaksanakan suatu sistem pengeluaran yang terstruktur dan memadai. Bukti-bukti pengeluaran kas sudah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Pada perusahaan ini pengeluaran kas didukung dengan adanya bukti-bukti berupa bukti kas dan bukti bank yang berisikan besarnya kas yang dikeluarkan untuk operasional perusahaan. Selanjutnya kasir akan memeriksa bukti dan mempersiapkan pengeluaran kas dan kemudian membukukan ke dalam buku kas atau buku bank.

Dalam penerapan pengawasan intern kas, perusahaan menggunakan beberapa peralatan yaitu:


(40)

a. Kartu Anggaran

Berisikan no./tanggal persetujuan anggaran, jenis anggaran, dana untuk anggaran yang disetujui, realisasinya serta sisa anggaran yang tidak terpakai,

b. Bukti Pengeluaran Kas / Bank

Berisikan jumlah pengeluaran yang dibayarkan oleh perusahaan serta keterangan untuk transaksi apakah pengeluaran tersebut,

c. Kas kecil (Petty Cash)

Yaitu dana kas kecil yang dipergunakan untuk transaksi-transaksi yang jumlah dananya tidak terlalu besar,

d. Rencana Kegiatan Anggaran Perusahaan (RKAP)

Berisikan tentang anggaran kegiatan perusahaan selama satu tahun yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan operasional perusahaan,

e. Kartu Register Harian Kas

Berisikan tentang jumlah-jumlah fisik nominal dana kas yang tersedia seperti jumlah lembar uang kertas, jumlah uang logam, jumlah lembar cek, jumlah lembar giro, serta mencatat beda kas atau kelebihan kas yang ada denga yang tercatat di buku kas,

f. Rekonsiliasi Bank

PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR memiliki rekening pada bank BNI. Rekonsiliasi bank bertujuan untuk memastikan bahwa saldo buku bank


(41)

Bila ditinjau mengenai pengeluaran kas yang dilakukan perusahaan, menurut penulis perusahaan sudah menetapkan sistem pengawasan yang cukup baik serta adanya aturan yang berlaku, hal ini dapat dilihat dari:

a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam transaksi pengeluaran kas, mencatat pengeluaran kas, serta yang memberikan otorisasi atas pengeluaran kas,

b. Dalam setiap transaksi pengeluaran kas dibuatkan bukti kas untuk menunjukkan berapa besar jumlah pengeluaran kas dan kepada siapa kas tersebut dibayarkan

c. Setiap ada transaksi pengeluaran kas, kasir langsung mencatat pengeluaran tersebut dalam buku kas harian,

d. Otorisasi pejabat yang berwenang dalam melaksanakan transaksi pengeluaran kas, dalam hal ini jika dana kas yang dikeluarkan jumlahnya sampai dengan lima juta rupiah yang berwenang mengotorisasi bukti pengekuaran baik kas atau bank yaitu Manager Supervisor Administrasi Keuangan (MSAK) dan Deputi Manajer Bagian Keuangan, sedangkan jika pengeluaran diatas lima juta rupiah yang berwenang mengotorisasinya adalah General Manager (GM), dan Manajer Supervisor Administrasi Keuangan,

e. Digunakannya kartu register harian kas untuk memperlihatkan jumlah fisik dana kas yang tersedia di kasir dengan yang tercatat di buku kas perusahaan.


(42)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. kas merupakan aktiva yang lancar dan memegang peranan penting dalam melakukan operasi perusahaan, oleh karena itu diperlukan suatu sistem pengawasan internal kas,

2. struktur organisasi yang digunakan oleh PT.PLN (Persero) PIKITRING SUAR adalah sistem garis lurus staf (staff line) yaitu aliran perintah dan pengawasan datang dari pemimpin tertinggi yaitu general manager dan selanjutnya mengalir ke bawah yaitu deputi manajer masing-masing bagian yang masing-masing membawahi beberapa orang staff yang berfungsi sebagai orang yang ahli dalam bidang tertentu dan dapat memberi pendapat kepada bidangnya kepada kepala cabang,

3. penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR melibatkan beberapa bagian yaitu bagian MSAK, bagian Keuangan, dan bagian Akuntansi untuk menghindari terjadinya penyelewengan terhadap kas,


(43)

4. Setiap Penerimaan dan pengeluaran kas mempunyai bukti-bukti yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang,

5. Ada otorisasi yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang dalam melakukan transaksi baik penerimaan kas maupun pengeluaran kas,

6. Pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR menggunakan bukti kas / bank, cek dan dana kas kecil yang pengeluarannya relatif lebih kecil,

7. Penerimaan kas pada PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR berasal dari pengajuan anggaran kepada PLN (Persero) pusat,

8. Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran kas rutin,

9. Dalam pembayaran gaji pegawai perusahaan bekerja sama dengan bank, selanjutnya bank langsung mentransfer gaji ke rekening masing-masing karyawan.

B.Saran

Dari kesimpulan diatas penulis mencoba memberikan sumbangan pemikiran atau saranyang diharapkan dapat bermanfaat bagi pimpinan perusahaan dalam pengambilan keputusan atau dijadikan sebagai bahan pertimbangan di masa yang akan datang. Adapun saran yang diberikan penulis yaitu:

a. Sistem pengawasan internal kas yang diterapkan PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR telah efektif, baik pengawasan intern penerimaan kas maupun pengawasan intern pengeluaran kas. Terbukti dengan adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab dalam setiap transaksi baik itu


(44)

transaksi penerimaan kas maupun pengeluaran kas yang dilakukan perusahaan. Sebaiknya PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR tetap mempertahankan sistem pengawasan seperti ini agar perusahaan dapat terus menjaga assetnya dari kecurangan dan penyalahgunaan,

b. Sistem pengawasan yang ada sebaiknya dipantau secara teratur sehingga dapat berfungsi seefektif mungkin, dan dapat mengetahui serta dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dengan segera.


(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(1)

transaksi penerimaan kas maupun pengeluaran kas yang dilakukan perusahaan. Sebaiknya PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR tetap mempertahankan sistem pengawasan seperti ini agar perusahaan dapat terus menjaga assetnya dari kecurangan dan penyalahgunaan,

b. Sistem pengawasan yang ada sebaiknya dipantau secara teratur sehingga dapat berfungsi seefektif mungkin, dan dapat mengetahui serta dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dengan segera.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)