Perilaku Masyarakat Terhadap Diare Di Puskesmas Teladan Medan

(1)

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DIARE DI PUSKESMAS TELADAN MEDAN

Oleh:

WIKA ERZARINA HASIBUAN 070100011

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DIARE DI PUSKESMAS TELADAN MEDAN

“ Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran ”

Oleh:

WIKA ERZARINA HASIBUAN 070100011

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul : PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DIARE DI PUSKESMAS TELADAN MEDAN

Nama : Wika Erzarina Hasibuan NIM : 070100011

Pembimbing Penguji I

(dr. Soegiarto Gani, SpPD) (dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes NIP. 19710322-200501-1-004 NIP. 19690609-199903-2-001

)

Penguji II

(dr. T Ibnu Alferraly, Sp.PA NIP. 19620212-198911-1-001

)

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 19540220-198011-1-001

)


(4)

Diare merupakan salah satu keluhan tersering pada orang dewasa dan merupakan permasalahan yang umum di seluruh dunia, dengan insiden yang tinggi. Diare juga merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung di Puskesmas Teladan Medan, dan sample dari penelitian berjumlah 100 orang yang diambil dengan menggunakan teknik simple

random sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner oleh responden,

kemudian data diolah dengan menggunakan program statistik dan tiap variable dideskripsikan dalam bentuk frekuensi dan presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Teladan Medan memiliki pengetahuan baik 37 orang (37%), pengetahuan sedang 62 orang (62%) dan pengetahuan kurang 1 orang (1%). Memiliki sikap baik 50 orang (50%) dan sikap sedang 50 orang (50%). Tindakan baik 48 orang (48%), tindakan sedang 50 orang (50%) dan tindakan kurang 2 orang (2%).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, tingkat sikap baik dan sedang, serta memiliki tindakan sedang terhadap diare. Disarankan kepada petugas kesehatan yang ada di puskesmas untuk terus melakukan sosialisasi pada masyarakat untuk meningkatkan perilaku sehat agar angka kejadian diare semakin berkurang.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, masyarakat Puskesmas Teladan Medan, diare.


(5)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the most common complaints in adults and is a common problem worldwide, with a high incidence. Diarrhea is also one environment-based disease is still the biggest health problems in Indonesia, due to very poor basic sanitary conditions, physical environment and lack of community attitudes to living clean and healthy.

This study is descriptive. Population in this research is that people who visit the community health center Teladan Medan, and samples from the study amounted to 100 people who were taken by using simple random sampling techniques. Data were collected through questionnaires by the respondents, then the data is processed by using a statistical program and each variable is described in the form of frequency and percentage.

The results showed that people who visited the health center Teladan Medan has a good knowledge 37 people (37%), medium knowledge is 62 people (62%) and knowledge of less than 1 person (1%). Having a good attitude 50 people (50%) and medium attitude were 50 people (50%). Good action 48 people (48%), medium action is 50 people (50%) and measures less than 2 persons (2%). Based on the results of this study concluded that the respondents had medium level of knowledge, good attitudes and medium level, and have the action was against diarrhea. It is suggested that health workers in community health centers to continue to socialize in the to increase healthy behaviors the incidence

of diarrhea decreased. Key words: knowledge, attitudes, actions, community health centers Teladan


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. Laporan hasil penelitian dengan judul “Perilaku Masyarakat Terhadap Diare

di Puskesmas Teladan Medan” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas

akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran pada program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa kasih dan sayang disampaikan kepada ayahanda tercinta Zulfikar Hasibuan, S.Pd, dan Ibunda tercinta Erlina Dewi atas curahan kasih sayang, doa, bantuan dan dukungan yang tidak akan pernah terbalas. Serta adik-adik tersayang M. Abdillah Zain Hasibuan, M. Alfi Syahrin Hasibuan, M. Hasby Alfath Hasibuan yang selalu menghibur dan memberi semangat penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, arahan serta dorongan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus terutama kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Soegiarto Gani, SpPD selaku dosen pembimbing selama pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis. 3. Ibu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes dan Bapak dr. T Ibnu Alferraly,

Sp.PA selaku dosen penguji pada seminar hasil.

4. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk semua jasa-jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.

5. Ibu dr. Refrini selaku Kepala Puskesmas Teladan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Teladan.


(7)

6. Para sahabat dan teman penulis, Ibah, Dara, Nanda, Pelangi, Arni, Putri, Anggi, Noi, Eni, Amel, Ayu, Magda terima kasih banyak atas bantuan dan semangatnya dan juga semua teman-teman seangkatan FK USU ’07. 7. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, penulis banyak mengucapkan terima kasih atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari pada penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak. Akhir kata, semoga Allah SWT sentiasa melimpahkan karunianya kepada kita semua dan semoga karya tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, November 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang……….... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 2

1.3. Tujuan Penelitian……… 3

1.3.1. Tujuan Umum………... 3

1.3.2. Tujuan Khusus………. 3

1.4. Manfaat Penelitian……….. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Pengetahuan... 4

2.1.1. Definisi Pengetahuan………... 4

2.1.2. Tingkat Pengetahuan………... 4

2.2. Sikap………. ……… 5

2.2.1. Defenisi Sikap………. 5

2.2.2. Tingkatan Sikap……….. 5

2.3. Tindakan atau Praktik……… 6

2.3.1. Defenisi Tindakan………... 6

2.3.2. Tingkatan Tindakan……… 6

2.4 Diare... 7

2.4.1. Defenisi Diare... 7

2.4.2. Etiologi Diare... 9

2.4.3. Faktor Penyebab Diare... 10

2.4.4. Klasifikasi Diare... 11

2.4.4.1. Berdasarkan Lama Waktu Diare... . 11

2.4.4.1.1. Diare Akut... 11

2.4.4.1.2. Diare Kronik... 11

2.4.4.1.3. Diare Persisten... 11

2.4.4.2. Berdasarkan Mekanisme Patofisiologik... 11

2.4.4.2.1. Diare Osmotik... 11


(9)

2.4.4.3. Menurut Penyebab... 14

2.4.4.3.1. Diare Infeksiosa... 14

2.4.4.3.2. Diare akibat Neoplasma... 15

2.4.5. Patofisiologi Diare... 15

2.4.6. Diagnosis Diare... 17

2.4.6.1. Anamnesis... 17

2.4.6.2. Pemeriksaan Fisik... 19

2.4.6.3. Pemeriksaan Laboratorium... 19

2.4.6.4. Foto Sinar-X... 20

2.4.7. Penatalaksanaan Diare... 22

2.4.7.1. Penggantian Cairan dan Elektrolit... 22

2.4.7.2. Antibiotik... 23

2.4.8. Komplikasi Diare... 24

2.4.9. Prognosis... 25

2.4.10. Pencegahan... 25

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…. 26

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………... 26

3.2. Definisi Operasional………... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 29

4.1. Rancangan Penelitian………... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………. 29

4.3.1. Populasi……… 29

4.3.2. Sampel……….. 29

4.3.3. Besar Sampel……… 30

4.4. Teknik Pengumpulan Data……… 30

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas……… 31

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 33

5.1 Hasil Penelitian... 33

5.1.1. Deskripsi lokasi Penelitian... 33

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 33

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan... 35

5.1.4. Deskripsi Tingkat Sikap... 39

5.1.5. Deskripsi Tingkat Tindakan... 43

5.2. Pembahasan... 49

5.2.1. Pembahasan Pengetahuan... 50

5.2.2. Pembahasan Sikap... 52


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 57

6.1. Kesimpulan... 57

6.2. Saran... 58


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Obat-obat yang sering menimbulkan diare……… 8

Tabel 2.2 Etiologi Diare Akut ... 9

Tabel 2.3. Skor penilaian klinis dehidrasi menurut Daldiyono... 23

Tabel 2.4 Antibiotik Empiris untuk Diare Infeksi bakteri... 24

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan dan Sikap... 31

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden di Puskesmas Teladan Medan... 34

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Diare di Puskesmas Teladan Medan... 35

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden di Puskesmas Teladan Medan ……... 35

Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Karakteristik di Puskesmas Teladan Medan... 38

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Diare di Puskesmas Teladan Medan…... 40

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Sikap Responden di Puskesmas Teladan Medan ... 41

Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Sikap Responden Menurut Karakteristik Responden di Puskesmas Teladan Medan... 42

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Diare di Puskesmas Teladan Medan ... 44

Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Tindakan Responden di Puskesmas Teladan Medan ………... 46

Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Tindakan Responden Menurut Karakteristik Responden di Puskesmas Teladan Medan ... 47


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Inform consent

Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 Master Data Penelitian Lampiran 6 Output SPSS

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Lampiran 8 Surat Ethical Cliearens


(14)

Diare merupakan salah satu keluhan tersering pada orang dewasa dan merupakan permasalahan yang umum di seluruh dunia, dengan insiden yang tinggi. Diare juga merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berkunjung di Puskesmas Teladan Medan, dan sample dari penelitian berjumlah 100 orang yang diambil dengan menggunakan teknik simple

random sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner oleh responden,

kemudian data diolah dengan menggunakan program statistik dan tiap variable dideskripsikan dalam bentuk frekuensi dan presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Teladan Medan memiliki pengetahuan baik 37 orang (37%), pengetahuan sedang 62 orang (62%) dan pengetahuan kurang 1 orang (1%). Memiliki sikap baik 50 orang (50%) dan sikap sedang 50 orang (50%). Tindakan baik 48 orang (48%), tindakan sedang 50 orang (50%) dan tindakan kurang 2 orang (2%).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, tingkat sikap baik dan sedang, serta memiliki tindakan sedang terhadap diare. Disarankan kepada petugas kesehatan yang ada di puskesmas untuk terus melakukan sosialisasi pada masyarakat untuk meningkatkan perilaku sehat agar angka kejadian diare semakin berkurang.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, masyarakat Puskesmas Teladan Medan, diare.


(15)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the most common complaints in adults and is a common problem worldwide, with a high incidence. Diarrhea is also one environment-based disease is still the biggest health problems in Indonesia, due to very poor basic sanitary conditions, physical environment and lack of community attitudes to living clean and healthy.

This study is descriptive. Population in this research is that people who visit the community health center Teladan Medan, and samples from the study amounted to 100 people who were taken by using simple random sampling techniques. Data were collected through questionnaires by the respondents, then the data is processed by using a statistical program and each variable is described in the form of frequency and percentage.

The results showed that people who visited the health center Teladan Medan has a good knowledge 37 people (37%), medium knowledge is 62 people (62%) and knowledge of less than 1 person (1%). Having a good attitude 50 people (50%) and medium attitude were 50 people (50%). Good action 48 people (48%), medium action is 50 people (50%) and measures less than 2 persons (2%). Based on the results of this study concluded that the respondents had medium level of knowledge, good attitudes and medium level, and have the action was against diarrhea. It is suggested that health workers in community health centers to continue to socialize in the to increase healthy behaviors the incidence

of diarrhea decreased. Key words: knowledge, attitudes, actions, community health centers Teladan


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Kesehatan sesuai dengan sistem Kesehatan Nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum (Depkes RI, 1999).

Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat (Hiswani , 2003).

Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998).

Diare merupakan permasalahan yang umum di seluruh dunia, dengan insiden yang tinggi baik di negara industri maupun di negara berkembang. Biasanya ringan dan sembuh sendiri, tetapi diantaranya ada yang berkembang menjadi penyakit yang mengancam nyawa (Friedman, 2005).

Diare merupakan salah satu keluhan tersering pada orang dewasa, dan diperkirakan setiap tahunnya orang dewasa yang mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau pada lanjut usia, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat (Simadibrata, 2006). Di seluruh dunia lebih dari 1 milyar penduduk mengalami satu atau lebih episode diare akut pertahun. Di USA 100 juta orang mengalami episode diare akut pertahun. Statistik populasi untuk kejadian diare kronis belum pasti, kemungkinan berkaitan dengan variasi definisi dan sistem pelaporan, tetapi frekuensinya juga


(17)

cukup tinggi. Di USA prevalensinya berkisar antara 2 - 7%. Sedangkan di negara Barat, frekuensinya berkisar antara 4-5%. Pada populasi usia tua, termasuk pasien dengan gangguan motilitas, didapatkan prevalensi yang jauh lebih tinggi yaitu 7 -14% (Wiryani, 2007)

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case

Fatality Rate (CFR) 2,92% (Depkes RI 2005).

Dan data hasil survei awal peneliti ke Dinas Kesehatan Kota Medan, jumlah penderita diare pada Januari hingga Desember 2009 di seluruh puskesmas yang ada di Kota Medan adalah 36.448 orang. Dan di puskesmas Teladan Medan, angka kejadian diare tahun 2008 sebanyak 110 orang, tahun 2009 sebanyak 851 orang, dan dari tahun 2009 sampai Maret 2010 tercatat 4 kasus yang meninggal karena diare.

Fakta ini seolah mengatakan bahwa kesadaran penduduk Indonesia akan kesehatan teramat minim. Dan bukan tidak mungkin bahwa kesadaran yang minim tersebut disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang kurang tentang diare, serta penanganan dan pencegahannya. Oleh sebab itu, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap diare.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin digali peneliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimana prilaku masyarakat di Puskesmas Teladan Medan tentang diare?


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya perilaku masyarakat terhadap diare.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di Puskesmas Teladan Medan tentang diare.

2. Mengetahui bagaimana sikap masyarakat di Puskesmas Teladan Medan terhadap diare.

3. Mengetahui bagaimana tindakan masyarakat di Puskesmas Teladan Medan mengenai diare.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi Pemerintah untuk merumuskan suatu langkah strategis yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian diare dan angka kematian akibat penyakit ini.

2. Bagi tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan untuk menurunkan angka kejadian diare.

3. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan jika terjangkit diare dan agar lebih memperhatikan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan.

4. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai penambah latihan dalam membuat suatu penelitian.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah (Notoatmodjo, 2003).

Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2003).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (Notoatmodjo, 2003).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. misalnya mengelompokkan dan membedakan (Notoatmodjo, 2003).

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-


(20)

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Sikap

2.2.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip kembali oleh Notoatmodjo menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave) (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah (Notoatmodjo, 2003).

Merespon yaitu memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut (Notoatmodjo, 2003).


(21)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (Notoatmodjo, 2003).

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi (Notoadmodjo, 2003).

2.3. Tindakan atau Praktik (Practice)

2.3.1 Definisi Tindakan

Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas (sarana dan prasarana) (Notoatmodjo, 2003).

2.3.2. Tingkatan Tindakan

Tindakan atau praktik dapat dibedakan dalam beberapa tingkatan, yaitu: Persepsi, Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktik tingkat pertama. Misalnya: seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya (Notoatmodjo, 2003).

Respon Terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. Misalnya: seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah


(22)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Misalnya: ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Notoatmodjo, 2003).

2.4. Diare

2.4.1. Defenisi Diare

Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah cair setengah padat), kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam. Defenisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa desertai lendir dan darah (Simadibrata, 2006).

Reflex buang air besar dimulai dari pengembangan akut rectum di bawah pusat supra spinal, dan kontraksi sigmoid akan meningkatkan tegangan rectum. Bersamaan dengan kontraksi tersebut terjadi relaksasi otot spinkter ani eksterna yang akan menyebabkan pengeluaran feses melalui anus. Pendorongan feses keluar dari anus akan diperkuat oleh gerakan valsava (penutupan glottis, fiksasi diafragma dan kontraksi otot dinding perut). Buang air besar secara sadar dapat dicegah dengan melakukan kontraksi otot diafragma pelvis dan spinkter ani eksterna (Tarigan, 1998). Frekuensi defekasi normal berkisar dari 3 kali seminggu hingga 3 kali sehari. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat tinja, konsistensi dan frekuensi defekasi mencakup kandungan serat dalam makanan, jenis kelamin (berat tinja rata-rata per hari pada perempuan lebih kecil dibandingkan pada laki-laki), obat-obat yang diminum dan kemungkinan pula latihan serta stress (Friedman, 1999).

Diare harus dibedakan dengan pseudadiare atau hiperdefekasi yang merupakan peningkatan frekuensi defekasi tanpa peningkatan berat tinja diatas normal, sebagaimana terjadi pada pasien irritable bowel syndrome, proktitis,


(23)

hipertiroidisme atau efek samping dari penggunaan obat (Tabel 2.1). Diare juga harus dibedakan dengan inkontinensia fekal yang merupakan pelepasan isi rectum tanpa disadari. Inkontinensia lebih sering terjadi kalau tinja berbentuk cair daripada tinja padat dan mencerminkan fungsi anorektum atau otot pelvis yang abnormal (Friedman, 1999).

Tabel 2.1 Obat-obat yang sering menimbulkan diare Obat-obat gastrointestinal

Antasid yang mengandung magnesium Laksania Misoprostol Olsalazin Preparat kemoterapeutik Preparat hipolipidemik Klofibrat Gembifbrozil Lovastatin Probukol Obat-obat jantung Digitalis Quinidin Prokainamid Hidralazin Penghambat beta

Inhibitor enzim pengubah angiotensin Diuretik Obat-obat neuropsikiatrik Litium Fluoksetin (Prozac) Alprazolam (Xanac) Asam valproat Etosuksimid L-Dopa Antibiotik Klindamisin Ampisilin Sefalosporin Eritromisin Lain-lain Teofilin Hormon tiroid Kolkisin

Obat-obat anti inflamasi nonsteroid (Sumber : Friedman, 1999)


(24)

2.4.2. Etiologi Diare

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat dan lain-lain. (Tabel 2.2). Menurut

World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, etiologi diare akut

dibagi atas empat penyebab: bakteri, virus, parasit dan non-infeksi (Simadibrata, 2006).

Tabel 2.2 Etiologi Diare Akut

Infeksi 1). Enteral

Bakteri: Shigella sp, E.coli patogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia

enterocolytica, Campylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, dll.

Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus (CMV), Echovirus, HIV.

Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum,

Balantidium coli.

Cacing: A. Lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.stercolaris,

Cestodiasis, dll.

Fungus: Kandida / Moniliasis

2). Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), penumonia. Traveller’s diarrhea:

E.coli, Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.

Makanan :

Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung bakteri / toksin seperti Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,

Streptococcus anhaemolyticus dll.

Alergi : susu sapi, makanan tertentu.

Malabsorpsi / maldigesti : Karbohidrat (monosakarida dan disakarida), lemak, protein, vitamin dan mineral.

Imunodefisiensi : hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia, penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA heavycombination. Terapi obat : antibiotik, kemoterapi, antasida.

Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.

Lain – lain : Sindrom Zolinger – Ellison, neuropati autonomik (neuropati diabetik), gangguan psikis.


(25)

2.4.3. Faktor Penyebab diare

Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar Kesehatan Masyarakat modern yang meliputi semua aspek manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, yang terikat dalam bermacam–macam ekosistem. Lingkungan hidup manusia sangat erat kaitannya antara host, agent dan enviroment untuk timbulnya suatu masalah kesehatan seperti halnya dengan penyakit diare (Hiswani, 2003).

Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Diare dapat juga disebabkan oleh malabsorpsi makanan, keracunan makanan, alergi ataupun karena defisiensi (Harianto, 2004).

Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi. Kematian lebih mudah terjadi pada anak yang bergizi buruk, karena gizi yang buruk menyebabkan penderita tidak merasa lapar dan orang tuanya tidak segera memberi makanan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang (Harianto, 2004).

Higiene dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik melalui makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun air sungai. Faktor sosial budaya yang berupa pendidikan, pekerjaan dan kepercayaan masyarakat membentuk perilaku positif maupun negatif terhadap berkembangnya diare. Perilaku masyarakat yang negatif misalnya membuang tinja di kebun, sawah atau sungai, minum air yang tidak dimasak dan melakukan pengobatan sendiri dengan cara yang tidak tepat (Harianto, 2004).

Kepadatan penduduk dan sosial ekonomi yang rendah serta lingkungan yang kurang mendukung sering menimbulkan wabah diare. Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. (Harianto, 2004)


(26)

2.4.4. Klasifikasi Diare

2.4.4.1. Berdasarkan Lama waktu diare

2.4.4.1.1. Diare Akut

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterologi Organisation global guiedelines 2005, diare akut didefenisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari (Simadibrata, 2006).

2.4.4.1.2. Diare Kronik

Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar didunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat (Simadibrata, 2006).

2.4.4.1.3. Diare Persisten

Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari) (Simadibrata, 2006).

2.4.4.2.Berdasarkan Mekanisme Patofisiologik

2.4.4.2.1. Diare Osmotik

Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa hal sebagai berikut, yang dapat dipandang pula sebagai penyebab diare osmotik:

a. Keadaan intoleransi makanan

Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah besar sekaligus. Misalnya, seseorang yang baru makan durian lalu minum eskrim dan makan roti yang banyak disertai bistik. Sekaligus beberapa makanan tersebut masuk ke usus kecil dalam keadaan osmotik yang sangat tinggi dimana campur aduknya berbagai jenis makanan tersebut masuk ke usus kecil dalam


(27)

keadaan osmotik yang sangat tinggi dimana campur aduknya berbagai jenis makanan tidak menguntungkan untuk suatu proses pencernaan. Keadaan tersebut diatas akan menimbulkan sekresi air yang berlebihan, sehingga menimbulkan diare sementara, dikarenakan kondisi hipertonik akibat kandungan disakaridase yang berlebihan (Daldiyono, 1997).

b. Waktu pengosongan lambung yang berlebihan

Dalam keadaan fisiologis, makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung dicampur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan yang isotonis atau hipotonis. Hal ini diatur oleh osmoreseptor yang ada pada duodenum yang mengatur proses pengosongan lambung. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, maka makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi intestin yang bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus. Yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolemi intravaskuler dan depresi. Jadi pada keadaan pengosongan lambung yang cepat timbul distensi intestine, diare dan hipovolemi (Daldiyono, 1997).

c. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal

Sebagai contoh keadaan ini adalah hal yang terjadi pada penyakit seliak (gluten enterophaty). Akibat reaksi antigen antibodi terhadap protein gandum (gluten), akan terdapaat kerusakan pada mukosa intestin sebagai akibat proses absorbsi monosakarid dan oligosakarid yang terganggu yang akan menimbulkan suasana hipertonik pada intestin lalu timbul diare (Daldiyono, 1997).

d. Defisiensi enzim

Suatu contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukose dan galaktose. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel intestin sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur masi anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia (Daldiyono,


(28)

Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim lactase tetap bertahan sampai pada usia tua, sedang pada orang Asia, Jahudi, Indian, produksi enzim lactase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu. Sebaliknya orang Eropa sebang minum susu (Daldiyono, 1997). e. Laksan osmotik

Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam inggris).

Beberapa karakteristik klinik diare osmotik:

1. Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cendrung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremi tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.

2. pH tinja menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri. 3. Diare akan berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan

(intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberi cairan intravena (Daldiyono, 1997).

2.4.4.2.2. Diare Sekretorik

Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik, yaitu sekretorik pasif dan diare sekretorik aktif. Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan, hal ini terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfosik, intestinal iskemia, bahkan pada proses peradangan (Daldiyono, 1997).

Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan (hambatan) aliran (absorbsi) dari lumen ke plasma atau percepatan cairan air dari plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Seperti diketahui dinding usus selain mengabsorbsi air juga dalam keadaan fisiologis terdapat keseimbangan dimana aliran absorbsi selau lebih banyak dari pada aliran sekresi. Diare sekretorik bisa juga disebabkan oleh pengaruh hormon seperti pada gastrinoma atau sindrom Zollinger Ellison, pada Vipoma (vasoaktif intestinal peptide) dan pada penyakit menitriere (Daldiyono, 1997).


(29)

Karakteristik Klinik diare sekretorik

a. Diare jumlahnya sangat banyak, sehingga selalu menimbulkan gejala klinik yang sangat jelas dengan dehidrasi sampai syok, asidosis dan lain-lain.

b. Kadar elektrolit pada tinja hampir sama dengan osmolaritas. c. pH tinja normal.

d. Kehilangan natrium relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kehilangan kalium.

e. Diare tetap berjalan sampai cairan tubuh habis (tidak dapat berhenti sendiri dengan puasa), ini bedanya dengan diare osmotik (Daldiyono, 1997).

2.4.4.3.Menurut Penyebab

2.4.4.3.1. Diare Infeksiosa

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab terbesar (tersering) dari pada diare. Dipandang dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi 2 golongan yaitu: Non-invasif (yang tidak merusak mukosa) dan Invasif (yang merusak mukosa) (Daldiyono, 1997).

Bakteri non invasive menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang juga disebut diare toksigenik. Sebagai prototip diare toksigenik adalah pada kolera. Vibrio cholerae/Eltor memproduksi enterotoksin berupa suatu protein dengan berat molekul 84.000 gr.mol. protein tersebut mempunyai bagian (gugus) yang aktif yang dapat menempel pada epitel usus 15-30 menit sesudah diproduksi oleh vibrio. Atas pengaruh nikotinamid adenine dinukleotide pada dinding sel usus, terbentuklah adenosine monofosfat siklik (AMF siklik) yang makin lama makin banyak yang akibatnya terjadilah sekresi aktif anion klorida yang diikuti oleh air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Namun demikian mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa kalium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang di absorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion natrium, kalium


(30)

2.4.4.3.2. Diare akibat Neoplasma

Banyak proses neoplasma yang ada pada mukosa maupun neoplasma diluar gastrointestinal yang menyebabkan diare. Beberapa jenis neoplasma tersebut antara lain adalah gastrinoma yang tumornya biasanya ada pada pankreas, menimbulkan sindrom Zollinger-Ellison dan hipergastrinoma pada penyakit Menitriere. Kedua penyakit tersebut menyebabkan sekresi HCl dan air secara sangat berlebihan sehingga menimbulkan diare (Daldiyono, 1997).

Karsinoma tiroid meduler mensekresi prostaglandin E yang merangsang sekresi air melalui peninggian AMF siklik. Adenoma visola pada kolon mensekresi mucus dan air yang bisa banyak sekali menimbulkan dehidrasi, hipoalbuminemi, hipokalemia. Vasoaktif peptic intestinal (VIPoma) menyebabkan diare hebat dengan akibat dehidrasi hipokalemia, hipokloremia. Proses neoplasma biasanya ada di pankreas sehingga sering disebut sebagai kolera pankreatik. Mekanisme diare karena VPI tersebut meninggikan kadar AMF siklik yang merangsang sekresi klorida dan air sekaligus menutup (memblokir) proses absorbsi natrium dan air. Ini bedanya dengan pada kolera dimana enterotoksin kolera hanya merangsang sekresi klorida dan air tanpa mengganggu proses absorbsi natrium dan air (Daldiyono, 1997).

2.4.5. Patofisiologi Diare

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut : 1. Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik 2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik 3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit 5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal

6. Gangguan permeabilitas usus

7. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik

8. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi (Simadibrata, 2006).

Diare osmotik: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat – obat atau zat kimia yang


(31)

hiperosmotik, malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus seperti pada defisiensi disararidase, malabsorpsi glukosa atau galaktosa (Simadibrata, 2006).

Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus dan menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan dan minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain kerena efek dari enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau

Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormon (VIPoma), reseksi ileum

(gangguan absorbsi garam empedu), dan efek obat laktasif (dioctyl sodium

sulfosuksinat dll) (Simadibrata, 2006).

Malabsorbsi asam empedu dan malabsorpsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan micelle empedu dan penyakit – penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).

Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit : diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+ K+ ATP ase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadibrata, 2006).

Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006).

Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal akibat adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).

Inflamasi dinding usus: diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen serta gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disenteri Shigella) dan noninfeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn) (Simadibrata, 2006).


(32)

Diare infeksi disebabkan infeksi oleh bakteri dan merupakan penyebab tersering diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif ( merusak mukosa). Bakteri non invasive menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik yaitu kolera (Eltor). Enterotoksin yang dihasilkan kuman vibrio cholare/eltor merupaka protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosine monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi oleh meningg inya absorbsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus (Simadibrata, 2006).

2.4.6. Diagnosis Diare

Demi kepentingan pelayanan sehari-hari diagnosis kerja berdasarkan gejala klinik seharusnya sudah memadai, dan sudah cukup untuk kepentingan terapi. Hal ini sudah disebutkan dimuka bahwa diare karena infeksi dan karena intoleransi makanan mencakup sebagian besar kasus diare. Namun demikian diagnosis pasti/tetap perlu di upayakan, demi kepentingan penelitian, pendidikan dan upaya pencegahan pada masyarakat. Langkah diagnosis sebagai berikut : anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium mencakup tinja, darah, kultur tinja, serologi, juga dilakukan foto dan endoskopi (Daldiyono, 1997). 2.4.6.1.Anamnesis

Anamnesis pada penderita diare harus cermat dengan tujuan untuk mengusahakan data yang mengarah pada penggolongan berdasarkan patofisiologi maupun untuk mencari data penggolongan berdasarkan etiologi, serta derajat berat ringannya penyakit secara rinci (Daldiyono, 1997).. Anamnesis yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:


(33)

a. Umur

Umur pederita perlu diketahui untuk semua keadaan. Pada masalah diare pasien geriatrik biasanya akibat tumor, divertikulitis, laksan berlebihan. Pada pasien muda biasanya infeksi, sindrom kolon iritatif (iritabel), investasi parasit, intoleransi laktase, dan di Eropa suatu penyakit seliak (Daldiyono, 1997).

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin tidak banyak bersangkutan dengan diare (Daldiyono, 1997). c. Frekuensi Diare

Frekuensi diare sangat penting untuk diketahui. Frekuensi diare harus dipertanyakan setiap hari dari awal penyakit sampai pasien datang kedokter. Misalnya hari pertama beberapa kali, hari kedua dan seterusnya. Perlu diketahui apakah frekuensi diare tersebut yang misalnya 4-5 kali sehari terbagi rata dalam sehari atau hanya pagi hari saja misalnya. Frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari kehari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan misalnya, atau akibat salah makan (Daldiyono, 1997).

d. Lamanya diare

Diare akut biasanya berlangsung cepat sedang kronik misalnya pada colitis ulserosa, sindrom kolon iritabel, intoleransi laktase, malabsorbsi biasanya berlangsung lama (Daldiyono, 1997).

e. Perjalanan penyakit

Diare akut biasanya cepat sembuh sedangkan beberapa penyakit misalnya sindrom iritabel, hipertiroid, kolitis ulserasi mengalami perode remisi dan eksaserbasi (Daldiyono, 1997).

f. Informasi tentang tinja

Informasi tentang tinja justru yang terpenting. Dengan mengetahui secara tepat seluk beluk tinja yang dikeluarkan dapat memimpin fikiran untuk menuju diagnosis. Idealnya dokter melihat dan membau tinja penderita, tapi ini sering sukar, bahkan pasien sendiri banyak yang segan melihat tinjanya sendiri. Sebelum menganalisis tinja yang patologis, baik diterangkan karakteristik tinja normal.


(34)

dewasa dan bulat lonjong dengan diameter 2-4 cm. tinja berikut keluar sekaligus secara berurutan tanpa mengejam, dengan berat sekitar 75-200 gr. Kandungan tinja adalah bakteri, sisa makanan, air 70 %, sel-sel yang lepas, serat dan sisa makanan lainnya. Bau tinja normal spesifik, akibat sterkobilin, indol dan skatol serta gas lain yang banyak sekali (Daldiyono, 1997).

2.4.6.2.Pemeriksaan Fisik

Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Kualitas bunyi usus dan ada atau tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan petunjuk penting bagi penentuan etiologi (Simadibrata, 2006).

2.4.6.3.Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan tinja selalu penting. Adanya parasit atau jamur hanya dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan kultur tinja haruslah tertuju terhadap bakteri tertentu. Pemeriksaan serologi atau pemeriksaan laboratorium lain banyak diperlukan bagi diare kronik atau berulang (Daldiyono, 1997). Pada pasien diare perlu dianalisis tinjanya sebagai berikut :

a. Volume

Frekuensi defekasi yang sering dengan tinja yang sedikit, berarti iritasi kolon bagian distal atau rektum misalnya pada disentri, colitis ulserosa, tumor rektum dan sigmoid dan pada sindrom usus irritable. Diare dengan tinja yang banyak berarti berasal dari intestine misalnya pada kolera, atau diare bentuk kolera (cholererform diarrhea), enteritis bacterial atau akibat laksan. Tinja pada sindrom malabsorbsi biasanya banyak sekali seperti adonan roti pucat, lengket dengan bau yang menyengat dan terapung pada air. Sedang pada keadaan lain malabsorbsi tinja dengan air bercampur dengan sempurna. Tinja yang lunak


(35)

semisolid bisa normal dan tinja cair yang keluar sesudah tinja padat juga bisa normal (Daldiyono, 1997).

b. Warna

Warna tinja normal tergantung makanan yang dikonsumsi. Sesudah banyak makan pisang atau minum susu tinja berwarna kuning, bila banyak makan daging, warna tinja coklat, sayuran hijau membuat tinja berwarna hijau, sedang pepaya, wortel, tomat membuat warna tinja kemerahan, sedang bila ada peradangan saluran cerna tinja berwarna hitam (Daldiyono, 1997).

c. Bau

Bau tinja perlu diketahui, bau yang menyengat busuk terdapat karsinoma kolon, sedang pada kolera baunya anyir (seperti sperma), bau sekali (menyengat) pada malabsorbsi (Daldiyono, 1997).

d. Sisa Makanan

Sisa sayuran pada tinja bisa normal, bila sisa makanan jelas terlihat hal ini bisa terjadi pada sindrom usus atau fistula (Daldiyono, 1997).

e. Lendir dan Nanah

Tinja berlendir biasa terjadi pada sindrom usus iritabel, karena itu disebut colitis mukoid. Lender (mucus) bersama dengan nanah bisa terjadi pada colitis ulserosa dan disentri. Bedanya lendir dan nanah adalah lendir terlihat bening transparan sedang nanah berwarna kuning keruh (Daldiyono, 1997).

f. Darah

Darah pada tinja terjadi pada disentri, infeksi kampilobakter, tumor dan colitis ulserasi, hemoroid. Adanya darah pada tinja yang cair menunjukkan situasi yang harus diperhatikan dengan seksama oleh dokter (Daldiyono, 1997).

2.4.6.4.Foto Sinar-X (Rontgen)

Foto Sinar-X (Rontgen) tidak perlu dilakukan pada diare akut. Terhadap kasus diare akut peranan roentgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare kronik dimana pemeriksaan Sinar-X (Rontgen) memegang peranan yang sama dengan endoskopi (Daldiyono, 1997).


(36)

Gambar 2.1. Algoritma untuk evaluasi pasien dengan diare akut

(Sumber : Simadibrata, 2006)

Penyakit lain Obat - obat Nyeri abdomen Kolitis akut Penyakit usus inflamasi Karakteristik tinja Air Berdarah Lama Epidemiologi Bepergian Makanan Air Anamnesis Umum Keseimbangan Cairan Panas Nutrisi Abdomen Nyeri tekan Distensi Pemeriksaan

Fecal occult blood test

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan awal Toksik Penyakit berjalan terus

Darah di tinja Dehidrasi

Nontoksik Lama penyakit sebentar Tidak berdarah Tidak nyeri tekan

Terapi simtomatik Cairan rehidrasi oral Obat antidiare Tidak respon respon

Replesi cairan / elektrolit

Evaluasi Laboratorium

Pemeriksaan darah tepi lengkap Hemokonsentrasi Diferensial leukosit Kimia darah Elektrolit Ureum Kretinin Serologi ameba Pemeriksaan tinja Pemeriksaan telur dan parasit Antigen Giardia Toksin Clostridium difficille Sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsi

Terapi antibiotik empirik Terapi spesifik

Leukosit tinja Positif Negatif


(37)

2.4.7. Penatalaksanaan diare

2.4.7.1.Penggantian Cairan dan elektrolit

Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g Kalium klorida, dan 20 g gluko sa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin (Zein, 2004).

Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara :

a. BD plasma, dengan memakai rumus :

Kebutuhan cairan = BD Plasma – 1,025 x Berat badan (Kg) x 4 ml 0,001

b. Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis : Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x KgBB Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x KgBB


(38)

c. Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor (Tabel 2.3 )

Tabel 2.3. Skor penilaian klinis dehidrasi menurut Daldiyono

Klinis Skor

Rasa haus / muntah

Tekanan darah sistolik 60 – 90 mmHg Tekanan darah sistolik < 60 mmHg Frekuensi nadi >120x/menit

Kesadaran apatis

Kesadaran somnolen, sopor atau koma Frekuensi nafas >30x/menit

Fasies kolerika

Vox Cholerica

Turgor kulit menurun

Washer woman’s hand

Ekstremitas dingin Sianosis

Umur 50 – 60 tahun Umur > 60 tahun

1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 -1 -2 (Sumber : Simadibrata, 2006)

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x KgBB x 1 liter 15

2.4.7.2.Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang di indikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan (Tabel 2.4), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Zein, 2004).


(39)

Tabel 2.4. Antibiotik empiris untuk Diare infeksi Bakteri

Organisme Pilihan pertama Pilihan kedua

Campylobacter, Shigella atau Salmonella spp

Ciprofloksasin 500mg oral

2x sehari, 3 – 5 hari

Salmonella/Shigella Ceftriaxon 1gr IM/IV sehari

TMP-SMX DS oral 2x sehari, 3 hari

Campilobakter spp Azithromycin, 500 mg oral 2x sehari

Eritromisin 500 mg oral 2x sehari, 5hr

Vibrio Cholera Tetrasiklin 500 mg oral 4x sehari, 3 hari

Doksisiklin 300mg Oral, dosis tunggal

Resisten Tetrasiklin Ciprofloksacin 1gr oral 1x

Eritromisin 250 mg oral 4x sehari 3 hari

Traveler diarrhea Ciprofloksacin 500mg TMP-SMX DS oral 2x sehari, 3 hari

Clostridium difficile Metronidazole 250-500 mg

4x sehari, 7-14 hari, oral atau IV

Vancomycin, 125 mg oral 4x sehari

7-14 hari (Sumber : Umar Zein, 2004)

2.4.8. Komplikasi

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tercapai rehidrasi yang optimal (Zein, 2004).


(40)

2.4.9. Prognosis

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia (Zein, 2004).

2.4.10.Pencegahan

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air (Zein, 2004).


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2. Defenisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini mencakup:

a. Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair lebih dari 3 kali per hari, dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.

b. Pengetahuan adalah hasil dari tahu mengenai diare. Pengetahuan didapat setelah responden mendengar hal-hal yang berhubungan dengan diare.

c. Sikap adalah reaksi atau respon tertutup masyarakat/responden terhadap diare. d. Tindakan adalah perwujudan yang nyata dari sikap masyarakat/responden

terhadap diare. Hal ini dilihat dari bagaimana tindakan masyarakat terhadap diare dan penanganan saat terkena diare serta pencegahannya.

Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 30 pertanyaan, yang

masing-masing terdiri dari : 10 pertanyaan untuk pengetahuan, 10 pertanyaan untuk sikap dan 10 pertanyaan untuk tindakan. Jika responden menjawab dengan benar nilainya 1, dan jika salah nilainya 0. maka nilai tertinggi adalah 10.

Pengetahuan Sikap


(42)

Kategori : Pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan dikategorikan dalam 3

tingkatan, yaitu:

Penilaian ( masing-masing dalam 10 pertanyaan) : 1. Pengetahuan

a. Baik, apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebagian atau seluruhnya (skor jawaban responden >75%), berarti responden menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar.

b. Sedang, apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebagian (skor jawaban responden 40-75%), berarti responden menjawab 4-7 pertanyaan dengan benar.

c. Kurang, responden menjawab pertanyaan sebagian kecil (skor jawaban responden <40%), berarti responden menjawab kurang dari 3 pertanyaan dengan benar.

2. Sikap

a. Baik, apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebagian atau seluruhnya (skor jawaban responden >75%), berarti responden menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar.

b. Sedang, apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebagian (skor jawaban responden 40-75%), berarti responden menjawab 4-7 pertanyaan dengan benar.

c. Kurang, responden menjawab pertanyaan sebagian kecil (skor jawaban responden <40%), berarti responden menjawab kurang dari 3 pertanyaan dengan benar.

3. Tindakan

a. Baik, apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebagian atau seluruhnya (skor jawaban responden >75%), berarti responden menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar.


(43)

b. Sedang, apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebagian (skor jawaban responden 40-75%), berarti responden menjawab 4-7 pertanyaan dengan benar.

c. Kurang, responden menjawab pertanyaan sebagian kecil (skor jawaban responden <40%), berarti responden menjawab kurang dari 3 pertanyaan dengan benar.


(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yakni menggambarkan pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai diare pada masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Teladan Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Teladan Medan dan penelitian ini dilakukan selama bulan Juni-November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pengunjung Puskesmas Teladan Medan.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

a. Pengunjung Puskesmas Teladan Medan yang berusia lebih dari 20 tahun. b. Pengunjung Puskesmas Teladan Medan yang pernah mengalami diare.

c. Pengunjung Puskesmas Teladan Medan yang bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini.

Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah subjek tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian.


(45)

4.3.3. Besar Sampel

Besarnya sampel ditentukan dari rumus :

Zα² PQ (1,96)² . 0,50 . (1-0.50)

n =  n = n= 96,04 d2 (0,10)²

Keterangan : n = Besar sampel

Zα² = deviasi baku alpha (1,96)

P = proporsi kategori (0,50) Q = 1-P

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (0,10) Jadi, jumlah sampel di genapka n menjadi 100 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu memperoleh izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan kemudian surat izin yang diperoleh akan diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar memberi izin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Teladan Medan sebagai populasi penelitian. Kemudian peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria.

Setelah mendapatkan reponden, peneliti menjelaskan pada responden tentang tujuan penelitian kemudian meminta persetujuan responden secara lisan dan tulisan. Selanjutnya responden diminta mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Kuesioner yang diberikan telah lebih dahulu dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid).


(46)

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan dan Sikap

Variabel Nomor Pertanyaan

Total

Person Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.857 Valid 0.943 Reliabel

2 0.857 Valid Reliabel

3 0.692 Valid Reliabel

4 0.692 Valid Reliabel

5 0.857 Valid Reliabel

6 0.857 Valid Reliabel

7 0.872 Valid Reliabel

8 0.872 Valid Reliabel

9 0.857 Valid Reliabel

10 0.872 Valid Reliabel

Sikap 1 0.803 Valid 0.920 Reliabel

2 0.650 Valid Reliabel

3 0.685 Valid Reliabel

4 0.637 Valid Reliabel

5 0.867 Valid Reliabel

6 0.733 Valid Reliabel

7 0.703 Valid Reliabel

8 0.853 Valid Reliabel

9 0.867 Valid Reliabel


(47)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap, yaitu tahap pertama editing, dengan mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah di isi sesuai petunjuk, tahap kedua cooding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution), tahap keempat melakukan cleaning yaitu mengecek kembali

data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Untuk mendeskripsikan data demografi, perilaku masyarakat mengenai penyakit diare dilakukan perhitungan frekuensi dan presentase. Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian diambil di Puskesmas Teladan Medan. Puskesmas ini merupakan salah satu puskesmas dari 39 puskesmas yang terdapat di Medan. Puskesmas Teladan Medan ini berada di Kecamatan Medan Kota.

Menurut letak dan geografisnya, kecamatan Medan Kota luasnya 7,78 km2 yang terdiri dari 12 kelurahan. Terletak 30 meter di atas permukaan laut, dengan posisi 20°-30° Lintang Utara dan 98°- 44° Bujur Timur. Adapun batas-batas kecamatan ini, yaitu :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

dan kependudukannya berdasarkan data statistik pada Kecamatan Medan Kota adalah sebesar 82.783 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 40.717 jiwa dan perempuan sebesar 42.066 jiwa.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi jenis kelamin, kelompok umur responden, tingkat pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sebaran disribusi hal-hal tersebut berupa frekuensi dan presentase dapat dilihat dalam tabel berikut :


(49)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden di Puskesmas Teladan Medan

Karakteristik Responden n (orang) % (persen)

Jenis Kelamin Laki-laki 49 49

Perempuan 51 51

Umur 20 – 30 tahun 48 48

31 – 40 tahun 23 23

>40 tahun 29 29

Pendidikan Terakhir SD 3 3

SMP 11 11

SMA 62 62

Diploma 5 5

Sarjana 19 19

Pekerjaan IRT 24 24

Wiraswasta 28 28

Pegawai 16 16

Mahasiswa 15 15

Supir 4 4

Tukang Becak 6 6

Tidak Bekerja 7 7

Dari tabel 5.1 di atas, dapat lihat dari karakteristik responden menurut jenis kelamin, tampak bahwa responden yang paling banyak adalah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51 orang (51%), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 49 orang (49%). Dari karakteristik responden menurut kelompok umur, tampak bahwa kelompok umur responden yang paling banyak adalah kelompok umur 20 – 30 tahun yaitu


(50)

kelompok umur 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 23 orang (23 %). Dari karakteristik responden menurut pendidikan terakhir, tampak bahwa sebagian besar tingkat pendidikan terakhir responden adalah SMA yaitu sebanyak 62 orang (62 %), sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SD hanya ada 3 orang (3 %). Dari karakteristik responden menurut pekerjaan, tampak bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 28 orang (28 %), sedangkan responden yang bekerja sebagai supir yaitu 4 orang (4 %).

5.1.3 Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan responden tentang diare dinilai dari jawaban-jawaban yang diberi oleh responden terhadap 10 pertanyaan tentang pengetahuan diare yang terdapat dalam kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Diare di Puskesmas Teladan Medan

No Pertanyaan Benar Salah Jumlah

n % n % n %

1. Diare adalah buang air besar

berbentuk cair yang terjadi lebih dari 3 kali perhari.

55 55 45 45 100 100

2. Diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus, keracunan makanan.

93 93 7 7 100 100

3. Pada buang air besar yang berbentuk cair yang disertai dengan lendir dan darah juga disebut diare.


(51)

4. Proses terjadinya diare karena meningkatnya tekanan osmotik di dalam lumen dari usus.

74 74 26 26 100 100

5. Diare bisa terjadi karena makan-makanan yang berbagai jenis sekaligus (intoleransi makanan)

61 61 39 39 100 100

6. Pencegahan diare dengan makan makanan yang bersih

95 95 5 5 100 100

7. Akibat dan bahaya diare jika tidak segera diatasi adalah dapat

menyebabkan kematian karena kekurangan cairan.

71 71 29 29 100 100

8. Faktor resiko terekena diare adalah

lingkungan yang kotor dan banyak sampah.

79 79 21 21 100 100

9. Pengganti oralit dengan setengah sendok teh garam, setengah sendok teh baking soda, 2-4 sendok makan gula, perliter air.

23 23 77 77 100 100

10. Diare bisa terjadi karena makan

obat-obat tertentu.

61 61 39 39 100 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang benar dalam menjawab defenisi diare (pertanyaan nomor 1) ada 55 orang (55 %), penyebab diare (pertanyaan nomor 2) ada 93 orang (93 %), bentuk lain diare/disentri (pertanyaan nomor 3) ada 72 orang (72 %), proses terjadinya diare (pertanyaan nomor 4) ada 74 orang (74%), penyebab lain diare (pertanyaan nomor 5) ada 61 orang (61 %), pencegahan diare (pertanyaan nomor 6) ada 95 orang (95 %), akibat diare (pertanyaan nomor 7) ada 71 orang (71 %), faktor resiko diare (pertanyaan nomor 8) ada 79 orang (79 %), pengganti oralit (pertanyaan nomor 9)


(52)

ada 23 orang (23 %), dan diare karena obat (pertanyaan nomor 10) ada 61 orang (61 %).

Berdasarkan jawaban responden tersebut, maka tingkat pengetahuan responden digolongkan baik, sedang, dan kurang. Sebaran distribusi tingkat pengetahuan tersebut dapat dilihat berupa frekuensi dan presentase dalam tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden di Puskesmas Teladan Medan

Tingkat Pengetahuan n (orang) % (persen)

Baik 37 37

Sedang 62 62

Kurang 1 1

Total 100 100

Dari tabel 5.3 tampak bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 62 orang (62 %), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik ada 37 orang (37 %), dan yang berpengetahuan kurang ada 1 orang (1 %).

Tingkat pengetahuan responden juga dideskripsikan berdasarkan karakteristik responden yaitu jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Sebaran distribusinya berupa frekuensi dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini :


(53)

Tabel 5.4

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Karakteristik Responden di Puskesmas Teladan Medan

Karakteristik Responden Tingkat Pengetahuan TOTAL Baik (%) Sedang (%) Kurang (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 18 37 30 61 1 2 49

Perempuan 19 37 32 63 0 0 51

Kelompok Umur

20 – 30 tahun

19 40 29 60 0 0 48

31 – 40 tahun

5 22 18 78 0 0 23

>40 tahun 13 45 15 52 1 3 29

Pendidikan Terakhir

SD 0 0 2 67 1 33 3

SMP 2 18 9 82 0 0 11

SMA 22 35 40 65 0 0 62

Diploma 2 40 3 60 0 0 5

Sarjana 11 58 8 42 0 0 19

Pekerjaan IRT 6 25 18 75 0 0 24

Wiraswasta 16 57 12 43 0 0 28

Pegawai 9 56 7 44 0 0 16

Mahasiswa 4 27 11 73 0 0 15

Supir 0 0 4 100 0 0 4

Tukang Becak

0 0 5 83 1 17 6

Tidak Bekerja


(1)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

S1 .8500 .36635 20

S2 .7500 .44426 20

S3 .9500 .22361 20

S4 .9000 .30779 20

S5 .8000 .41039 20

S6 .8000 .41039 20

S7 .8500 .36635 20

S8 .8500 .36635 20

S9 .8000 .41039 20

S10 .8000 .41039 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

S1 7.5000 6.684 .750 .909

S2 7.6000 6.779 .546 .922

S3 7.4000 7.411 .640 .917

S4 7.4500 7.208 .567 .918

S5 7.5500 6.366 .823 .904

S6 7.5500 6.682 .655 .915

S7 7.5000 6.895 .629 .915

S8 7.5000 6.579 .812 .905

S9 7.5500 6.366 .823 .904

S10 7.5500 6.366 .823 .904

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

Lampiran 5 : “Master Data”

NAMA Jenis

Kelamin

Umur (tahun)

Pendidikan Terakhir

Pekerjaan Tin

Penge

1 Boru Sinaga Perempuan 23 Sarjana Wiraswasta Ba

2 Martin Laki-laki 28 SMA Tidak Bekerja Seda

3 Muhammad Jamil Laki-laki 41 Sarjana Pegawai Ba

4 Fransiska Perempuan 20 SMA Mahasiswa Seda

5 Ridwan Laki-laki 20 SMA Mahasiswa Seda

6 Weni Perempuan 32 SMA IRT Seda

7 P Sitorus Laki-laki 40 SMP Supir Seda

8 Zuki Laki-laki 32 SMP Tukang Becak Seda

9 Martha Perempuan 20 SMA IRT Seda

10 Suparni Perempuan 20 SMA IRT Seda

11 Rusman Laki-laki 26 SMA Wiraswasta Seda

12 Fadila Perempuan 30 Diploma Wiraswasta Seda

13 Mardiana Perempuan 36 SMA IRT Seda

14 Nurmala Perempuan 34 SMA IRT Seda

15 Mardia Pulungan Perempuan 28 Sarjana Wiraswasta Ba

16 Nurhawani Perempuan 35 SMP IRT Seda

17 Leonidas garibala Laki-laki 21 SMA Mahasiswa Ba

18 Maimuna Perempuan 28 SMA IRT Seda

19 Elida Hanum Perempuan 53 SMA IRT Ba

20 Borken Siagian Laki-laki 47 Sarjana Wiraswasta Ba

21 Ahmad Syarif Laki-laki 23 SMP Tukang Becak Seda

22 Syafruddin Laki-laki 55 SMA Wiraswasta Seda

23 Syaridoff Gaffar Laki-laki 51 Sarjana Pegawai Ba

24 Iswandani Perempuan 20 SMP Wiraswasta Ba

25 Nira Fitri Ani Perempuan 26 SMA Tidak Bakerja Seda

26 Widia Perempuan 25 Sarjana Pegawai Ba

27 Dewi Perempuan 42 SMA IRT Seda

28 Wati Perempuan 30 SMA IRT Seda

29 Mita Saragih Perempuan 20 SMA Mahasiswa Seda

30 C Sembiring Laki-laki 47 SMA Wiraswasta Seda

31 Rudi Permana Laki-laki 35 Sarjana Wiraswasta Seda

32 Dwiki Perempuan 23 SMA IRT Seda

33 Novi Perempuan 22 SMA Tidak Bekerja Seda

34 Ana Perempuan 31 SMA IRT Ba

35 Juari S Laki-laki 27 Sarjana Pegawai Seda

36 Yuli Fitria Perempuan 32 Sarjana Pegawai Seda

37 Zuraidah Hafni Perempuan 40 SMA IRT Seda

38 Dra. Eni Sofyati Perempuan 50 Sarjana Pegawai Seda

39 Hendrico Yolish Laki-laki 25 Sarjana Wiraswasta Seda

40 Salmiyah Sembiring Perempuan 34 Diploma IRT Seda


(3)

42 Iskandar Laki-laki 27 Sarjana Wiraswasta Ba

43 M Abdila Laki-laki 20 SMA Mahasiswa Seda

44 Norma Suin Perempuan 32 SMA IRT Seda

45 Tarmiji Laki-laki 29 SMA Wiraswasta Ba

46 Suliah Perempuan 46 SMP IRT Seda

47 Efendi Pohan Laki-laki 39 SMA Wiraswasta Ba

48 T Sitanggang Laki-laki 49 SMA Wiraswasta Ba

49 Edi Syamsir Laki-laki 40 SMA Supir Seda

50 Asikin Laki-laki 57 SMP Supir Seda

51 Syamsudin Laki-laki 47 SMA Wiraswasta Ba

52 Marullak Siagian Laki-laki 29 SMA Wiraswasta Ba

53 Novita S Perempuan 28 SMA Wiraswasta Ba

54 Elvirahmi Perempuan 26 Diploma Pegawai Ba

55 Dewi Perempuan 30 SMP IRT Ba

56 Suparman Laki-laki 35 SMA Tukang Becak Seda

57 Holmes Laki-laki 27 SMA Pegawai Ba

58 Butet Perempuan 39 SMA IRT Seda

59 Tantri Perempuan 21 SMA Mahasiswi Seda

60 Paijan Laki-laki 42 SD Tukang Becak Kur

61 Beni Alpian Laki-laki 47 SMA Wiraswasta Ba

62 Dison Sidabutar Laki-laki 30 Sarjana Tidak Bekerja Ba

63 Welas Perempuan 45 SMP IRT Seda

64 Desta S Perempuan 23 SMA Mahasiswa Seda

65 Winda sari Perempuan 20 SMA Mahasiswa Seda

66 K Sitepu Laki-laki 38 SMA Wiraswasta Seda

67 Meisiyah Perempuan 27 Sarjana Pegawai Ba

68 Andi Nasution Laki-laki 25 Sarjana Pegawai Seda

69 Sawal Lubis Laki-laki 45 Sarjana Pegawai Seda

70 Januar Tanjung Laki-laki 26 SMA Tidak bekerja Seda

71 Mirnah Perempuan 33 Sarjana Pegawai Ba

72 Shanti Lubis Perempuan 20 SMA Mahasiswa Seda

73 Charles Tampubolon Laki-laki 47 SD Tukang Becak Seda

74 Andre Laki-laki 20 SMA Mahasiswa Seda

75 J Siburian Laki-laki 32 Diploma Pegawai Seda

76 Novita Perempuan 21 SMA Mahasiswa Ba

77 Ayu Kantila Perempuan 20 SMA Mahasiswa Seda

78 H Irfan Ritonga Laki-laki 55 Sarjana Pegawai Ba

79 Ageng Laki-laki 20 SMA Mahasiswa Seda

80 Ridwan Laki-laki 20 SMA Mahasiswa Seda

81 J Sibuea Laki-laki 48 SMA Wiraswasta Seda

82 Cici A R Perempuan 31 SMA IRT Seda

83 Densi Perempuan 20 SMA Mahasiswi Ba

84 Meilinda Wati Panjaitan Perempuan 48 SMA Wiraswasta Seda


(4)

86 Ponijo Laki-laki 55 SD Tukang Becak Seda

87 Halimah Perempuan 35 SMA IRT Ba

88 Rahma Julita Perempuan 23 Diploma Mahasiswa Ba

89 H Zakaria Laki-laki 53 SMA Wiraswasta Ba

90 Hamdan Safri Laki-laki 26 SMA Wiraswasta Seda

91 Maimahmud Laki-laki 52 SMA Wiraswasta Ba

92 H Nababan Laki-laki 36 SMA Wiraswasta Seda

93 Rinaldi Arifin Laki-laki 33 Sarjana Pegawai Seda

94 Maryam Perempuan 23 SMA Tidak Bekerja Ba

95 Lailan Sufinah Perempuan 33 SMA Wiraswasta Ba

96 Fitri Perempuan 38 SMP IRT Seda

97 Siswanti Perempuan 28 SMA IRT Ba

98 Anisyah R Perempuan 42 SMA IRT Ba

99 Zainal Laki-laki 24 SMA Tidak Bekerja Seda


(5)

Lampiran 6 : “ OUTPUT SPSS”

“OUTPUT KARAKTERISTIK”

Statistics

JK Umur Pendidikan Pekerjaan

N Valid 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0

Mean 1.51 1.81 3.26 2.93

Median 2.00 2.00 3.00 2.00

Mode 2 1 3 2

Std. Deviation .502 .861 .991 1.799

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 49 49.0 49.0 49.0

Perempuan 51 51.0 51.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-30 48 48.0 48.0 48.0

31-40 23 23.0 23.0 71.0

>40 29 29.0 29.0 100.0


(6)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 3 3.0 3.0 3.0

SMP 11 11.0 11.0 14.0

SMA 62 62.0 62.0 76.0

Diploma 5 5.0 5.0 81.0

Sarjana 19 19.0 19.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 24 24.0 24.0 24.0

Wiraswasta 28 28.0 28.0 52.0

Pegawai 16 16.0 16.0 68.0

Mahasiswa 15 15.0 15.0 83.0

Supir 4 4.0 4.0 87.0

Tukang becak 6 6.0 6.0 93.0

Tidak Bekerja 7 7.0 7.0 100.0