Klasifikasi Diare 1. Berdasarkan Lama waktu diare

2.4.4. Klasifikasi Diare 2.4.4.1. Berdasarkan Lama waktu diare 2.4.4.1.1. Diare Akut Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterologi Organisation global guiedelines 2005, diare akut didefenisikan sebagai pasase tinja yang cairlembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari Simadibrata, 2006. 2.4.4.1.2. Diare Kronik Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar didunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat Simadibrata, 2006. 2.4.4.1.3. Diare Persisten Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari Simadibrata, 2006. 2.4.4.2.Berdasarkan Mekanisme Patofisiologik 2.4.4.2.1. Diare Osmotik Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa hal sebagai berikut, yang dapat dipandang pula sebagai penyebab diare osmotik: a. Keadaan intoleransi makanan Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah besar sekaligus. Misalnya, seseorang yang baru makan durian lalu minum eskrim dan makan roti yang banyak disertai bistik. Sekaligus beberapa makanan tersebut masuk ke usus kecil dalam keadaan osmotik yang sangat tinggi dimana campur aduknya berbagai jenis makanan tersebut masuk ke usus kecil dalam Universitas Sumatera Utara keadaan osmotik yang sangat tinggi dimana campur aduknya berbagai jenis makanan tidak menguntungkan untuk suatu proses pencernaan. Keadaan tersebut diatas akan menimbulkan sekresi air yang berlebihan, sehingga menimbulkan diare sementara, dikarenakan kondisi hipertonik akibat kandungan disakaridase yang berlebihan Daldiyono, 1997. b. Waktu pengosongan lambung yang berlebihan Dalam keadaan fisiologis, makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung dicampur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan yang isotonis atau hipotonis. Hal ini diatur oleh osmoreseptor yang ada pada duodenum yang mengatur proses pengosongan lambung. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, maka makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi intestin yang bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus. Yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolemi intravaskuler dan depresi. Jadi pada keadaan pengosongan lambung yang cepat timbul distensi intestine, diare dan hipovolemi Daldiyono, 1997. c. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal Sebagai contoh keadaan ini adalah hal yang terjadi pada penyakit seliak gluten enterophaty. Akibat reaksi antigen antibodi terhadap protein gandum gluten, akan terdapaat kerusakan pada mukosa intestin sebagai akibat proses absorbsi monosakarid dan oligosakarid yang terganggu yang akan menimbulkan suasana hipertonik pada intestin lalu timbul diare Daldiyono, 1997. d. Defisiensi enzim Suatu contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukose dan galaktose. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel intestin sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur masi anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia Daldiyono, 1997. Universitas Sumatera Utara Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim lactase tetap bertahan sampai pada usia tua, sedang pada orang Asia, Jahudi, Indian, produksi enzim lactase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu. Sebaliknya orang Eropa sebang minum susu Daldiyono, 1997. e. Laksan osmotik Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat garam inggris. Beberapa karakteristik klinik diare osmotik: 1. Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cendrung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremi tersebut dengan memberikan dekstrose 5 . 2. pH tinja menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri. 3. Diare akan berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan intoksikasi laksan dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberi cairan intravena Daldiyono, 1997. 2.4.4.2.2. Diare Sekretorik Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik, yaitu sekretorik pasif dan diare sekretorik aktif. Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan, hal ini terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfosik, intestinal iskemia, bahkan pada proses peradangan Daldiyono, 1997. Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan hambatan aliran absorbsi dari lumen ke plasma atau percepatan cairan air dari plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Seperti diketahui dinding usus selain mengabsorbsi air juga dalam keadaan fisiologis terdapat keseimbangan dimana aliran absorbsi selau lebih banyak dari pada aliran sekresi. Diare sekretorik bisa juga disebabkan oleh pengaruh hormon seperti pada gastrinoma atau sindrom Zollinger Ellison, pada Vipoma vasoaktif intestinal peptide dan pada penyakit menitriere Daldiyono, 1997. Universitas Sumatera Utara Karakteristik Klinik diare sekretorik a. Diare jumlahnya sangat banyak, sehingga selalu menimbulkan gejala klinik yang sangat jelas dengan dehidrasi sampai syok, asidosis dan lain-lain. b. Kadar elektrolit pada tinja hampir sama dengan osmolaritas. c. pH tinja normal. d. Kehilangan natrium relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kehilangan kalium. e. Diare tetap berjalan sampai cairan tubuh habis tidak dapat berhenti sendiri dengan puasa, ini bedanya dengan diare osmotik Daldiyono, 1997. 2.4.4.3.Menurut Penyebab 2.4.4.3.1. Diare Infeksiosa Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab terbesar tersering dari pada diare. Dipandang dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi 2 golongan yaitu: Non-invasif yang tidak merusak mukosa dan Invasif yang merusak mukosa Daldiyono, 1997. Bakteri non invasive menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang juga disebut diare toksigenik. Sebagai prototip diare toksigenik adalah pada kolera. Vibrio choleraeEltor memproduksi enterotoksin berupa suatu protein dengan berat molekul 84.000 gr.mol. protein tersebut mempunyai bagian gugus yang aktif yang dapat menempel pada epitel usus 15- 30 menit sesudah diproduksi oleh vibrio. Atas pengaruh nikotinamid adenine dinukleotide pada dinding sel usus, terbentuklah adenosine monofosfat siklik AMF siklik yang makin lama makin banyak yang akibatnya terjadilah sekresi aktif anion klorida yang diikuti oleh air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Namun demikian mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa kalium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida. Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang di absorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion natrium, kalium dan klorida, ion bikarbonat Daldiyono, 1997. Universitas Sumatera Utara 2.4.4.3.2. Diare akibat Neoplasma Banyak proses neoplasma yang ada pada mukosa maupun neoplasma diluar gastrointestinal yang menyebabkan diare. Beberapa jenis neoplasma tersebut antara lain adalah gastrinoma yang tumornya biasanya ada pada pankreas, menimbulkan sindrom Zollinger-Ellison dan hipergastrinoma pada penyakit Menitriere. Kedua penyakit tersebut menyebabkan sekresi HCl dan air secara sangat berlebihan sehingga menimbulkan diare Daldiyono, 1997. Karsinoma tiroid meduler mensekresi prostaglandin E yang merangsang sekresi air melalui peninggian AMF siklik. Adenoma visola pada kolon mensekresi mucus dan air yang bisa banyak sekali menimbulkan dehidrasi, hipoalbuminemi, hipokalemia. Vasoaktif peptic intestinal VIPoma menyebabkan diare hebat dengan akibat dehidrasi hipokalemia, hipokloremia. Proses neoplasma biasanya ada di pankreas sehingga sering disebut sebagai kolera pankreatik. Mekanisme diare karena VPI tersebut meninggikan kadar AMF siklik yang merangsang sekresi klorida dan air sekaligus menutup memblokir proses absorbsi natrium dan air. Ini bedanya dengan pada kolera dimana enterotoksin kolera hanya merangsang sekresi klorida dan air tanpa mengganggu proses absorbsi natrium dan air Daldiyono, 1997.

2.4.5. Patofisiologi Diare