Berdasarkan Lalu lintas Berdasarkan Volume dan sifat lalu lintas

Immanuel Syam Naek Nababan : Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan Overlay Pada Proyek Peningkatan Jalan Propinsi Jurusan Binjai – Timbang Lawang STA 61+000 – 62+800, 2008. USU Repository © 2009 sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder adalah : • Kecepatan rencana 10 km jam; • Lebar badan jalan 5,0 m; • Indeks permukaan tidak kurang dari 1,0. Disamping jenis jalan tersebut diatas, terdapat juga jalan bebas hambatan atau jalan tol. Jalan bebas hambatan merupakan alternatif lintas yang ada, dan mempunyai spesifikasi tersendiri. j. Jalan utama, yaitu jalan yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota – kota yang penting atau pusat – pusat produksi dan pusat eksport. Jalan – jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk dapt melayani lalu lintas yang cepat dan berat. k. Jalan sekunder, yaitu jalan yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antar kota – kota penting dan kota – kota yang lebih kecil atau daerah sekitarnya. l. Jalan penghubung, yaitu jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga di pakai sebagai jalan penghubung antara jalan – jalan dari golongan yang sama atau yang berlainan.

2. Berdasarkan Lalu lintas

Immanuel Syam Naek Nababan : Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan Overlay Pada Proyek Peningkatan Jalan Propinsi Jurusan Binjai – Timbang Lawang STA 61+000 – 62+800, 2008. USU Repository © 2009 Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan cepat, kendaraan lambat, kendaraan berat, kendaraan ringan dan kendaraan yang tidak bermotor. Dalam hubungannya dengan kapasitas jalan, pengaruh dari setiap jenis kendaraan tersebut terhadap keseluruhan arus lalu lintas, diperhitungkan dengan membandingkan terhadap pengaruh mobil penumpang. Pengaruh mobil penumpang dalam hal ini di pakai sebagai satuan dan disebut “Satuan Mobil Penumpang”atau disingkat “smp”. Untuk setiap jenis kendaraan kedalam satuan mobil penumpang smp, bagi jalan – jalan di daerah datar digunakan koefisien dibawah ini : Tabel 2.1 Nilai SMP untuk masing – masing jenis kendaraan Jenis Kendaraan Nilai SMP Sepeda Mobil Penumpang Truk Ringan berat kotor 5 ton Truk Sedang berat 5 ton Bus Truk Besar berat 10 ton Kendaraan tak bermotor 0.5 1 2 2.5 3 3 7 Immanuel Syam Naek Nababan : Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan Overlay Pada Proyek Peningkatan Jalan Propinsi Jurusan Binjai – Timbang Lawang STA 61+000 – 62+800, 2008. USU Repository © 2009 Di daerah perbukitan dan pegunungan, koefisien untuk kendaraan bermotor diatas dapat dinaikan, sedang untuk kendaraan tidak bermotor tidak perlu dihitung.

3. Berdasarkan Volume dan sifat lalu lintas

Penggolongan jalan berdasarkan volume dan sifat – sifat lalu lintas ini didasarkan pada besarnya Lalu lintas Harian Rata – rata LHR dan dalam satuan Mobil Penumpang SMP yang melewati jalan tersebut. Volume menyatakan jumlah lalu lintas per hari dalam satu tahun untuk kedua jurusan arah. Jumlah lalu lintas perhari dalam satu tahun dinyatakan sebagai “LHR”. LHR = Berhubung karena pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari gabungan kendaraan berat, kendaraan ringan dan kendaraan tak bermotor kendaraan fisik , maka dalam hubungannya dengan kapasitas jalan jumlah kendaraan maksimum yang melewati satu titik tempat dalam satuan waktu yang mengakibatkan adanya pengaruh dari setiap jenis kendaraan terhadap keseluruhan arus lalu lintas. Pengaruh ini diperhitungkan dengan mengekivalenkan terhadap kendaraan standar. Immanuel Syam Naek Nababan : Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan Overlay Pada Proyek Peningkatan Jalan Propinsi Jurusan Binjai – Timbang Lawang STA 61+000 – 62+800, 2008. USU Repository © 2009 Tabel 2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Nilai SMP Klasifikasi Lalu Lintas Harian rata – rata LHR dalam smp Fungsi Kelas UTAMA I SEKUNDER II A II B II C PENGHUBUNG III 20.000 6.000 sampai 20.000 1.500 sampai 8.00 2.000 - Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Raya. No. 13 1870 hal 4s Dalam menghitung besarnya volume lalu lintas untuk keperluan penetapan kelas jalan, kecuali untuk jalan – jalan yang tergolong dalam kelas II C dan III, kendaraan yang tidak bermotor tidak diperhitungkan. Immanuel Syam Naek Nababan : Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan Overlay Pada Proyek Peningkatan Jalan Propinsi Jurusan Binjai – Timbang Lawang STA 61+000 – 62+800, 2008. USU Repository © 2009 Khusus untuk perencanaan jalan – jalan kelas I, sebagai dasar harus digunakan volume lalu lintas pada saat – saat sibuk. Sebagai volume waktu sibuk yang digunakan untuk dasar suatu perencanaan sebesar 15 dari volume harian rata – rata. Volume waktu sibuk ini selanjutnya disebut volume tiap jam untuk perencanaan atau disingkat VDP, jadi VDP = 15 LHR. Klasifikasi jalan tersebut adalah sebagai berikut : a. Jalan Kelas I Jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tidak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tidak bermotor. Jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan – jalan yang berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan dan jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkat pelayanan terhadap lalu lintas. b. Jalan Kelas II Kelas jalan ini mencakup semua jalan – jalan sekunder. Dalam komposisi lalu lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Jalan kelas II ini berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya dibagi 3 tiga yaitu : 1. Jalan Kelas II A Immanuel Syam Naek Nababan : Studi Perencanaan Tebal Lapisan Perkerasan Tambahan Overlay Pada Proyek Peningkatan Jalan Propinsi Jurusan Binjai – Timbang Lawang STA 61+000 – 62+800, 2008. USU Repository © 2009 Adalah jalan – jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton hot mix atau yang setaraf, dimana komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, harus disediakan jalur tersendiri. 2. Jalan Kelas II B Adalah jalan – jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal dimana komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, tetapi tanpa kendaraan tidak yang bermotor. 3. Jalan Kelas II C Adalah jalan – jalan raya sekunder dua jalur dengan kontruksi permukaan jaln dari jenis penetrasi tunggal dimana komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dan kendraan tidak bermotor. c. Jalan Kelas III Jalan ini mencakup semua jalan – jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaaan jalan yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.

II.3 KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN