penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan
turunnya aktiva lancar adalah sebagai berikut: 1 pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan karena adanya
penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil lainya. 2 adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan –tujuan
tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dan ekspansi ataupun dana-dana lainya.
3 adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar yang
berakibat berkurangnya modal kerja. 4 pembayaran hutang-hutang jangka panjang
5 pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi atau prive Munawir, 2005:124-127
4. Berbagai Kebijaksanaan Modal Kerja
Modal kerja bersifat sangat fleksibel, yang berarti bahwa modal kerja dapat dengan mudah diperbesar ataupun diperkecil, sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Sebagai sebuah subsistem, perusahaan tidak dapat terlepas dari sistem perekonomian pada umumnya. Oleh karena itu konjungtur perekonomian sangat mempengaruhi jumlah
kebutuhan akan modal kerja yang dioperasikan. Setiap perusahaan memiliki tipe modal kerja sendiri sesuai dengan jenis bidang
usaha maupun level-nya masing-masing. Tipe modal kerja perusahaan dapat dipengaruhi,
Imelda Yulistri : Pengaruh Efektivitas Dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
misalnya memiliki sifat musiman atau konstan setiap saat. Bagi perusahaan yang memiliki musim penjualan, dengan sendirinya akan membutuhkan modal kerja relatif
lebih besar dari masa tidak musim. Sehingga karena tipe-tipe tersebut juga mengakibatkan penentuan sumber-sumber dana yang akan dipergunakan atau yang akan
dioperasikan. Modal kerja berdasarkan sifat bekerjanya dapat digolongkan sebagai berikut :
a. modal kerja permanen Permanen working capital yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata
lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanen working capital
ini dapat dibedakan dalam : 1 modal kerja primer Primary working capital yaitu jumlah modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2 modal kerja normal Normal working capital yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
b. modal kerja variabel Variabel working capital yaitu modal kerja yang jumlahnya berobah-obah sesuai dengan perobahan keadaan, dan modal kerja ini
dibedakan antara : 1 modal kerja musiman Seasonal working capital yaitu modal kerja yang
jumlahnya berobah-obah disebabkan karena fluktuasi musim. 2 modal kerja siklus Cyclical working capital yaitu modal kerja yang
jumlahnya berobah-obah disebabkan karena fluktuasi konyungtur.
Imelda Yulistri : Pengaruh Efektivitas Dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
3 modal kerja darurat Emergency working capital yaitu modal kerja yang besarnya berubahubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak.
Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri, hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan dipilih haruslah didasarkan pada
pertimbngan mengenai laba dan resiko. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran
modal perusahaan dapat ditingkatkan seringkali perusahaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal kerja. Untuk itu perusahaan dapat menggunakan prinsip-
prinsip pembelanjaan yaitu : a. modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan
untuk membiayai modal kerja. b. modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk
modal kerja atau investasi. Apabila modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek digunakan untuk
membiayai investasi, maka akan sangat membahayakan karena di samping bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikan pinjaman ternyata investasi belum
menghasilkan. Untuk menentukan berapa jumlah modal yang dibutuhkan dalam pinjaman jangka panjang, atau jangka pendek, maka terlebih dahulu dihitung jangka-jangka waktu
kritisnya. Lawrence dan Haley 2001 : 155 menyatakan : Finance short term needs with
short term sources and finance long term needs with long term sources. Dengan
Imelda Yulistri : Pengaruh Efektivitas Dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
demikian kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan modal sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik bagi perusahaan karena
akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Kebutuhan modal kerja yang permanen dapat juga
dibiayai dengan penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang
tersebut dan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Sedangkan modal kerja variabel dapat dibiayai dengan hutang jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih
dari pada kebutuhan modal kerja.
5. Perputaran Modal Kerja