Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya Roesli, 2001.
2.2.1. Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,
ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.
1. Aspek Gizi.
a. Manfaat Kolostrum
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. 2.
Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
3. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan.
b. Komposisi ASI
Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
1. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
2. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayianak. 3.
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein
merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan
protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap. c.
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
1. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi
taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. 2.
Decosahexanoic Acid DHA dan Arachidonic Acid AA adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang polyunsaturated fatty acids yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentukdisintesa dari substansi pembentuknya precursor yaitu masing-masing dari Omega 3 asam
Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
linolenat dan Omega 6 asam linoleat.
2. Aspek Imunologik a.
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Immunoglobulin A Ig.A dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan
berbagai virus pada saluran pencernaan.
b. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan. c.
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri E. coli dan salmonella dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
d. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue BALT antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue GALT antibodi saluran
pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue MALT antibodi jaringan payudara ibu.
e. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora
Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan
produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama
oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
b. Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi
tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut. c.
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit skin to skin contact. Bayi akan merasa
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. b.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun,
dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi.
Depkes , 2001.
2.2.2. Waktu yang Tepat Pertama Sekali Memberi ASI
Para ibu dianjurkan untuk memberi ASI sesegara mungkin begitu mereka merasa cukup kuat, biasanya 30 menit setelah lahir. Sampai bayi berumur 4-6 bulan
bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan bahan makanan dan minuman lain. Jika ibu minum obat selama proses persalinan, mereka harus menunggu sampai obat
meninggalkan sistem pencernaan, biasanya berlangsung dalam dua sampai tiga jam. Jika tidak minum obat, beberapa ibu mulai menberi ASI di kamar bersalin, dan ini
baik sekali Carl, 2002.
2.3. Pengganti Air Susu Ibu PASI
Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Minumam buatan yang terbuat dari susu hewan terutama susu sapi atau minuman buatan yang lain , dapat memberikan kepada bayi sebagai pelengkap atau
sebagai pengganti ASI, dalam keadaan sebagai berikut: a.
ASI ibu tidak keluar sama sekali. b.
Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI c.
ASI keluar tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi karena itu perlu tambahan.
d. ASI keluar tetapi ibu tidak dapat secara terus-menerus menyusui bayinya karena
ibu berada di luar rumah Moehji, 1992.
2.3.1. Macam-Macam Minuman Buatan
Minuman buatan atau disebut juga minuman formula dibuat dengan menggunakan susu sebagai bahan dasar. Susu sapi yang diperdagangkan di toko-toko
dan di pasar ada beberapa yaitu: susu sapi segar, tepung susu lengkap, tepung susu skim, susu kental manis, susu sapi yang disesuaikan Moehji, 1998.
Sedangkan Penelitian Sri Murni 2007 di Langkat, jenis PASI yang biasa diberikan ibu kepada bayi adalah susu formula, teh manis, air putih dan air tajin.
2.4. Makanan Pendamping ASI MP-ASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayianak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya Depkes RI, 1992. Menurut Dina
dan Maria 2002 makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada
Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan zat gizi bayi.
2.4.1. Bahan Makanan Pendamping ASI MP-ASI
Bahan yang dipilih untuk membuat makanan sapihan sebaiknya mudah didapat banyak tersedia di kebun keluarga atau dipasar terdekat, harganya murah,
paling sering dimakan merupakan bagian dari apa yang dimakan oleh anggota
keluarga yang lebih besar dan dewasa, dan sebaiknya diramu dengan resep lokal.
Kini, di toko bahkan di warung, telah banyak tersedia makanan bayi langsung jadi instan, tetapi sayangnya harga makanan tersebut relatif mahal dan nilai gizinya pun
kalah jika dibandingkan dalam takaran gram yang sama dengan makanan yang diramu dengan resep lokal. Disamping itu, jika keluarga tergolong tidak mampu,
dikhawatirkan keluarga tersebut akan menghemat agar makanan tidak cepat habis , makanan diberi sedemikian sedikitnya, atau diberi air lebih banyak, tidak menuruti
anjuran takaran yang semestinya. Akibatnya kebutuhan gizi bayi anak tidak terpenuhi Arisman, 2006.
2.4.2. Manfaat dan Tujuan Pemberian MP-ASI
Makanan pendamping ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizianak, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan
dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan
Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar mengunyah dan menelan makanan padat dan membiasakan selera-selera baru Sohardjo, 1992.
Sedangkan tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah sebagai berikut : 1.
melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI. 2.
Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa.
3. Mengembangkan kemapuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
4. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kalori energi yang
tinggi Depkes, 1992. 2.5. Makanan Bayi Cukup Bulan Dengan Kombinasi ASIMP-ASI
Bila produksi ASI mencukupi kebutuhan bayi atau bila oleh suatu sebab ibu tidak dapat menyusukan bayi secara lengkap misalnya: ibu bekerja, maka disamping
ASI perlu diberikan juga MP-ASI. MP-ASI dapat diberikan secara berselang-seling sesuai dengan ASI atau sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan pemberian MP-ASI
pada bayi sama dengan pengaturan pemberian ASI.
2.6. Pola Pemberian Makanan Pada Bayi dan Balita
Pengaturan makanan adalah upaya yang penting dalam memelihara gizi bayi dan anak balita. Pengaturan makanan tersebut mencakup:
a. Penggunaan ASI secara tepat dan benar
Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi belumlah merupakan jaminan bahwa gizi selalu baik, kecuali apabila ASI tersebut diberikan secara tepat
dan benar. Karena itu dalam penggunan ASI haruslah selalu diingat hal-hal berikut: 1.
Jumlah ASI yang dapat dihasilkan olah ibu 2.
Pemberian ASI secara benar
b. Pemberian makanan pendamping ASI dan makanan sapihan yang tepat
waktu dan tepat mutu.
Baik makanan pendamping maupun makanan sapihan haruslah mendekati mutu ASI, dalam arti dapat memberikan semua unsur gizi esensial yang diperlukan
bayi. Pola pemberian makanan pada bayi dan anak menurut Maria dan Dina 2001, yaitu:
Tabel 2.4. Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI
Usia bayi dan
Balita Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI dalam Sehari
Sari Buah
Buah Segar
Makanan Lumat
Makanan Lembek
Makanan padat Biskuittelur
Makanan dewasa
0-6 bulan
- -
- -
- -
6-9 bulan
1-2 kali
- 2 kali
1 kali 1 kali
dilumatkan -
9-12 bulan
1-2 kali
- 1 kali
2 kali 1-2kali
dilumatkan -
1-5 tahun
- 1-2
kali -
- 1-2 kali
3 kali Maria, Dina, 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta : Puspa Swara.
a. buah-buahan