Jenis Makanan Tambahan Frekuensi Makan

Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 Kebutuhan seluruh zat gizi yang diperlukan bayi sampai umur 4 bulan masih terpenuhi dengan ASI, tetapi setelah mencapai usia 5 bulan kepadanya harus diberikan makanan tambahan disamping ASI Sjamien Muhji, 1986. Dari hasil penelitian didapat bahwa sebagaian besar anak sudah diberi makan tambahan sebelum anak berumur 5 bulan yaitu sebesar 80,49 dan yang paling rendah adalah pada umur 5-7 bulan yaitu sebesar 19,51. Alasan ibu memberikan makanan tambahan kepada anak telalu dini adalah karena faktor kesibukan si ibu yang bekerja baik dirumah maupun di ladang, dimana pekerjaan responden terbesar adalah petani. Cepatnya anak diberi MP-ASI juga dipengaruhi karena adanya anggapan masyarakat ibu jika anak cepat diberi makan maka anak cepat besar dan tidak rewel. Hasil penelitian Rahmani menyatakan hampir semua anak di beri makan tambahan pada usia 4 bulan di Kelurahan Gunung Sitoli yaitu sebesar 79,31. Alasan ibu memberikan anak cepat makanan tambahan adalah karena faktor pekerjaaan Rahmani, 1997.

5.1.2. Jenis Makanan Tambahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan tambahan yang terbanyak diberikan adalah makanan lembek nasi bubur yaitu sebesar 92,68 dan nasi keras Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 sebesar 7,32. Walaupun makanan tambahan yang diberikan adalah nasi bubur, tetapi masih terdapat 58,3 yang status gizinya tidak baik, kemungkinan disebabkan karena MP-ASI yang diberikan kurang memenuhi zat gizi baik macam maupun jumlahnya. Dari hasil penelitian didapati bahwa kualitas MP-ASI yang diberikan masih kurang memadai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memberikan nasi bubur atau nasi keras dengan memberikan sumber zat gizi lain terutama yang berasal dari ikan asin, telur, tahu, tempe dan sayur-sayuran. Adapun MP-ASI yang diberikan adalah nasi bubur dicampur sayur tanpa lauk, nasi bubur dengan tambahan garam, atau nasi bubur dengan lauk, nasi keras dengan lauk, atau nasi keras dengan sayur saja. Dari hasil food Recall diperoleh bahwa jenis makanan yang diberikan belum beragam. Sumber makan pokok adalah nasi dan ubi. Jenis Protein yang sering dikonsumsi adalah adalah ikan asin dan telur. Jenis sayuran yang sering dikonsumsi adalah daun ubi. Jenis buah yang sering dikonsumsi adalah salak dan pisang. Hasil penelitian Rahmani menunjukk bahwa sebagian besar ibu di Kelurahan Gunung Sitoli Nias memberikan bubur tepung beras atau bubur formula kepada bayi sebagai MP-ASI dengan tepat waktu tetapi masih ditemukan 20,69 anak yang status gizinya tidak baik hal ini juga disebabkan oleh karena mutu MP-ASI yang diberikan masih kurang memadai Rahmani, 1999.

5.1.3. Frekuensi Makan

Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi makan anak yang terbanyak adalah 2x sehari yaitu sebasar 63,41 dan yang terendah adalah 1x sehari sebasar 9,76. Dari hasil penelitian didapat bahwa anak yang frekuensi makannya sedikit memiliki status gizi tidak baik. Sumber makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi dan ubi 1- 3xhari. Sumber protein yang sering dikonsumsi adalah ikan asin 1-3xhari sedangkan ikan segar, tempe dan tahu jarang dikonsumsi 1xminggu hal ini disebabkan karena sumber protein ini diperoleh ketika si ibu berbelanja kepasar dan jika si ibu tidak pergi kepasar maka kemungkinan keluarga tidak mengkonsumsi sumber protein tesebut. Sedangkan daging sangat jarang dikonsumsi. Sumber konsumsi sayur yang sering dikonsumsi adalah daun ubi 1-3xminggu sedangkan kol, jipang, kangkung 1xminggu. Sumber konsumsi buah sangat jarang yaitu salak, pisang 1-3xminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makan anak belum beragam, jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi juga masih kurang. Hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu tentang gizi masih kurang dan rendahnya pendapatan keluarga menyebabkan ibu terbatas untuk membeli bahan makanan yang dibutuhkan. Ade Manalu : Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2008. USU Repository © 2009 5.2. Pola Penyapihan 5.2.1. Usia Anak Disapih