Rahasia Bank Dalam Praktek

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 dan selama penyimpanan bank. Tetapi bank tidak mempunyai kebebasan mutlak untuk menggunakan uang itu. 56 Ketentuan rahasia bank tersebut berlaku dengan mengalami perubahan beberapa kali, karena ada pendapat bahwa ketentuan rahasia bank perlu Bank hanya boleh menggunakan uang itu untuk tujuan dan dengan cara yang dapat menjamin kepastian bahwa bank itu nantinya akan mampu membayar kembali dana masyarakat yang disimpan kepadanya apabila ditagih oleh para penyimpannya. Mengingat hal yang demikian, maka hubungan bank dengan nasabah penyimpan dana adalah hubungan kontraktual antara debitur dan kreditur yang dilandasi atas kehati – hatian.

C. Rahasia Bank Dalam Praktek

Di Indonesia, rahasia bank pertama kali diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti undang – undang, yaitu Perpu No. 23 Tahun 1960 tentang rahasia bank. Pengaturan tentang rahasia bank tersebut adalah bank tidak boleh memberikan keterangan – keterangan tentang keadaan keuangan langganannya yang tercatat padanya dan hal – hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan Pasal 2. Pengecualian dari ketentuan tersebut meliputi: keperluan perpajakan dan keperluan peradilan dalam perkara tindak pidana, dimana terhadap pelanggarannya diancam sanksi pidana berupa hukuman penjara selama – lamanya 1 tahun atau denda setinggi – tingginya Rp 250.000,00. 56 Ronny Sautma Hotma Bako. Op cit. Hal 51. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 disempurnakan dengan memperluas pengecualiannya, karena menurut pendapat tersebut ketentuan rahasia bank yang sangat ketat kadangkala dimanfaatkan oleh debitur yang nakal untuk melakukan skenario bisnis yang mengarah pada white collar crime, antara lain dalam Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok – pokok perbankan dan terakhir diubah dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Meskipun telah menjadi hukum publik sejak tahun 1960, jarang ditemukan kasus pelanggaran rahasia bank yang berperkara di Pengadilan. Namun dalam praktek hangat dibicarakan sejauh mana bank wajib menyimpan rahasia nasabahnya yang tersangkut dengan kredit macet. Mengenai kredit macet, terdapat perbedaan diantara para sarjana tentang apakah kredit dari seseorang nasabah termasuk dalam ruang lingkup rahasia bank sehingga tidak boleh dibuka oleh bank yang bersangkutan. Dalam hal ini, Undang – Undang Perbankan yang lama yaitu Nomor 7 Tahun 1992 tidak memberikan indikasi apa – apa tentang hal ini. Pendapat sebagian sarjana mengatakan bahwa hanya rekening nasabah saja yang merupakan rahasia bank. Misalnya rekening koran, deposito, ataupun tabungan. Sedangkan kredit tidak termasuk rahasia bank. 57 Sementara pendapat sarjana yang lain menyatakan bahwa kredit termasuk juga ruang lingkup rahasia bank. Karena itu, misalnya akan melanggar rahasia bank jika ada bank men-disclose bahwa ada debiturnya yang sedang macet kreditnya. Terlepas apakah kredit tersebut merupakan rahasia bank, akan tetapi 57 Munir Fuady I. Op cit. Hal 97. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 secara universal diakui bahwa kepentingan bank itu sendiri yang nota bene juga kepentingan masyarakat secara luas dapat memberikan justifikasi untuk membuka rahasia bank. Karena itu jika ada kepentingan bagi bank untuk men-disclose kredit macet dari debiturnya, misalnya dalam rangka menarik kreditnya yang macet tersebut maka hal tersebut seyogyanya dapat dibenarkan. Akan tetapi dengan keluarnya Undang – Undang Perbankan yang baru yaitu Nomor 10 Tahun 1998, maka dengan tegasnya ditentukan bahwa yang termasuk kategori rahasia bank hanyalah informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya itu. Jadi informasi mengenai nasabah debitur atau kreditur tiak tergolong kedlam kategori rahasia bank tersebut Pasal 40 ayat 1 Undang – Undang Perbankan. Mengenai pemblokiran rekening, dapat dijelaskan bahwa sudah jelas rekening dari seorang nasabah pada bank yang bersangkutan merupakan rahasia bank yang harus dijaga baik – baik oleh bank. Akan tetapi kadangkala pihak – pihak yang berwenang berkepentingan untuk melakukan sesuatu terhadap rekening yang bersangkutan. Misalnya apabila terdapat dugaan bahwa orang si pemilik rekening melakukan kejahatan yang oleh hukum memberikan kemungkinan agar seluruh milik nasabah termasuk rekening bank tersebut disita oleh Pengadilan. Ataupun uang dalam rekening itu sendiri diduga sebagai hasil dari kejahatan. Misalnya hasil dari money laundring. 58 Maka dalam hal – hal tersebut sungguhpun rekening nasabah merupakan rahasia bank, tetapi hal tersebut merupakan hal – hal yang oleh undang – undang 58 Ibid. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 diberikan kemungkinan untuk dibuka rahasia tersebut. Asalkan dilakukan menurut prosedur yang ditetapkan oleh undang – undang. Untuk dapat mengetahui apakah prinsip rahasia bank dilaksanakan oleh sesuatu bank atau tidak, ada tiga tahap yang mesti diklarifikasi, yaitu sebagai berikut 59 1. Apakah Informasi Tersebut Termasuk dalam Ruang Lingkup Rahasia Bank : Tahap I : Apakah informasi yang diberikan oleh bank itu termasuk dalam ruang lingkup rahasia bank. Tahap II : Apakah informasi tersebut disampaikan oleh pihak – pihak yang memang dilarang oleh perundang – undangan yang berlaku. Tahap III : Jika informasi tersebut termasuk kedalam ruang lingkup rahasia bank, harus diteliti apakah pembukaan informasi tersebut tidak tergolong kedalam perkecualian yang dibenarkan oleh perundang – undangan yang berlaku. Mengenai ruang lingkup dari rahasia bank, Pasal 40 dari Undang – Undang Perbankan dengan tegas dan gamblang menyebutkan bahwa yang tergolong kedalam rahasia bank adalah hanya keterangan mengenai : a. nasabah penyimpan; atau b. simpanan dari nasabah tersebut. 59 Ibid. Hal 93. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 2. Apakah Informasi Tersebut Disampaikan oleh Pihak – pihak yang memang Dilarang oleh Perundang – undang yang Berlaku Perlu pula dilihat apakah yang membuka rahasia bank tersebut termasuk orang – orang yang memang dilarang untuk membuka rahasia bank. Adapun yang merupakan orang – orang yang memang dilarang membuka rahasia bank adalah sebagai berikut : a. pihak bank sendiri; dan atau b. pihak – pihak terafiliasi. Di berbagai negara, rahasia bank secara formal dapat diatur dalam satu atau beberapa ketentuan perundangan atau petunjuk dari ototoritas moneter, atau dapat pula secara informal dimuat dalam perjanjian masing – masing antar bank dengan nasabahnya. 60 Di Singapura misalnya, seorang pejabat bank harus tunduk pada dua perangkat kewajiban kerahasiaan, yaitu kewajiban yang timbul dari perikatan. Kewajiban dari undang – undang berasal dari Pasal 47 ayat 3 Undang – Undang Perbankan Singapura, yaitu tidak seorangpun petugas bank selama masa dinasnya atau setelah berakhir masa dinasnya pada suatu bank, dapat memberikan informasi yang berkenaan dengan uang atau hal – hal lain yang berkaitan dengan rekening nasabah. Sedangkan kewajiban dari perikatan berasal dari perjanjian antara bank dengan nasabahnya yang disebut juga dengan ”the common law duty”. Pelanggaran terhadap kewajiban dari undang – undang dapat mengakibatkan 60 Kusumaningtuti, Pustaka Peradilan Jilid II, Jakarta : Mahkamah Agung RI, 1994, hal 98. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 tuntutan pidana terhadap pejabat bank, sedangkan pelanggaran terhadap kewajiban dari perikatan dapat menyebabkan gugatan perdata terhadap bank yang bersangkutan. Dengan adanya dalil rahasia bank, memunculkan kesan seolah – olah pihak bank menyerang perusahaan debitur yang kebetulan menjadi sorotan publik, atau dengan kata lain seringkali timbul kesan seolah – olah kalangan perbankan bersembunyi di balik kaedah rahasia bank untuk melindungi nasabahnya. Bahwa jika pihak bank benar – benar berniat melindungi keuangan nasabahnya yang benar – benar jujur dan bersih, maka tindakan seperti itu dapatlah didukung, akan tetapi tindakan perbankan yang bersembunyi di balik rahasia bank semata – mata untuk melindungi nasabah yang nakal dan untuk menutup – nutupi adanya kolusi yang terjadi di tubuh bank sendiri, maka tindakan yang seperti itu sangatlah dilarang. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.