Hubungan Bank dengan Nasabah

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 BAB III HUBUNGAN ANTARA RAHASIA BANK DENGAN PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH

A. Hubungan Bank dengan Nasabah

Hubungan antara bank dengan nasabah didasarkan kepada dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Sebuah bank hanya bisa melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya apabila masyarakat percaya untuk menempatkan uangnya pada produk – produk perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut bank dapat menghimpun dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya dan memberikan jasa – jasa perbankan. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dapat dilihat bahwa undang – undang tersebut mengemukakan fungsi utama perbankan Indonesia sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Berdasarkan dua fungsi utama dari sebuah bank yaitu fungsi pengerahan dana dan fungsi penyerahan dana maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dengan nasabah, yaitu 33 a. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan dana : 33 Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1995, hal 33. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 Artinya bahwa bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat. Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari produk – produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro dan lain sebagainya. Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat – syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat – syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk perbankan yang ada, karena syarat dari satu produk perbankan tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan yang lain. Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito maka ketentuan – ketentuan dan syarat – syarat umum yang berlaku adalah ketentuam – ketentuan dan syarat – syarat umum hubungan rekening deposito dan hubungan rekening tabungan. b. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur Artinya bahwa bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya. Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, ataupun kredit usaha kecil. Dasar hubungan hukum antara bank dengan para nasabahnya adalah hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual ini terjadi pada saat nasabah menjalin hubungan hukum dengan pihak bank, setelah nasabah melakukan Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 hubungan hukum seperti nasabah membuka rekening tabungan, deposito dan produk perbankan lainnya. 34 Dalam praktek perbankan yang dilakukan selama ini, termasuk di Indonesia, penyerahan dana oleh nasabah untuk disimpan oleh bank selalu mengandung pengertian bahwa bank yang menerima simpanan berhak untuk memakai dana tersebut sekehendaknya untuk keperluan apapun juga dan nasabah penyimpan dana sementara tidak mempunyai hak apapun mengenai tujuan pemakaian dana tersebut oleh bank. 35 Hak nasabah penyimpan dana semata – mata hanya berupa hak untuk menagih dan mendapatkan kembali dana tersebut. Praktek perbankan selama ini bersikap bahwa uang atau dana yang telah diserahkan oleh nasabah penyimpan dana kepada bank adalah uang milik bank. Hal ini berarti bahwa dana yang disimpan oleh nasabah merupakan kekayaan bank selama dalam penyimpanan bank. 36 Dalam praktek perbankan juga berlaku ketentuan bahwa nasabah penyimpan dana yang menyimpan atau meminjamkan uangnya kepada bank dilakukan bukan dengan cuma – cuma, artinya pihak bank harus memberikan 34 Ibid. Hal 33. 35 Ibid. Hal 37. 36 Ibid. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 bunga kepada nasabah penyimpan dana tersebut. Dalam hukum Indonesia, hal ini diatur dalam Pasal 1765 Kitab Undang – undang Hukum Perdata. 37 a. Hubungan Kontraktual Hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana selain diliputi asas – asas umum dari hukum perjanjian juga asas – asas khusus, antara lain : Dasar hubungan hukum antara bank dengan para nasabah adalah hubungan kontraktual. Begitu seorang nasabah menjalin kontrak antara bank dan nasabah maka perikatan yang timbul adalah perikatan atas dasar kontrak. 38 Bank dengan pemegang rekeningnya mempunyai hubungan kontraktual yang sangat terbatas. Secara hukum hubungan ini biasanya adalah hubungan debitur bank dengan kreditur pemegang rekening. Kadang – kadang kontrak ini dinyatakan secara tertulis, tetapi lebih sering tidak tertulis, dan kebiasaan perbankan yang sudah mapan, undang – undang perbankan, serta anggaran dasar lainnya memberikan kerangka aturan – aturan dan ketentuan – ketentuan di dalam mana transaksi – transaksi diselenggarakan. 39 Kontrak adalah perjanjian bisnis yang berlaku menurut hukum. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kontrak hanya berlaku jika pihak – pihak 37 Dalam Pasal 1765 Kitab Undang – undang Hukum Perdata disebutkan : “Adalah diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian”. 38 Marulak Pardede, Penelitian Hukum tentang Aspek – aspek Hukum Likuidasi dalam Usaha Perbankan, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1996, hal 11. 39 American Institute of Banking, Dasar – dasar Operasi Bank Principle of Bank Operational, Jakarta : Rineka Cipta, 1995, hal 126. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 yang membuat kontrak itu mempunyai wewenang hukum untuk membuat perjanjian. Menurut Setiawan 40 Namun kadang kala hubungan tersebut dapat terjadi sebagai kontrak campuran. Namun dalam hal – hal tertentu terdapat ciri perjanjian pemberian kuasa maupun sebagai perjanjian pinjam – meminjam. : ”Hubungan kontraktual antara bank dan nasabah merupakan suatu kontrak campuran. Ia menampakkan ciri – ciri perjanjian pemberian kuasa lastgeving, sebagaimana diatur dalam Pasal 1792. Tampil pula dalam bentuk perjanjian penitipan barang ex Pasal 1694. Untuk sebahagian terbesar muncul sebagai perjanjian pinjam – meminjam yang diatur oleh Pasal 1754 dan seterusnya dari Kitab Undang – undang Hukum Perdata. Selanjutnya dapat dicatat pula sebagai perjanjian untuk melakukan pekerjaan, atau memberikan jasa – jasa tertentu ex Pasal 1601”. 41 Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 42 Dari definisi yang diberikan oleh undang – undang tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dana yang disimpan dalam bank dilakukan oleh masyarakat dengan adanya suatu perjanjian. Dengan demikian maka Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 melihat hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan adalah sebagai suatu hubungan kontraktual. 40 Muhamad Djumhana. Op cit. Hal 104. 41 Marulak Pardede II. Op cit. Hal 12. 42 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 Hubungan hukum yang paling banyak terjadi antara bank dengan nasabah adalah hubungan pemberian kredit. Bank bertindak sebagai kreditur dan nasabah bertindak sebagai debitur. Di antara keduanya lazim ditandatangani surat perjanjian membuka kredit. Pada dasarnya, perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah tunduk kepada ketentuan Pasal 1754 dan seterusnya dari Kitab Undang – undang Hukum Perdata tentang pinjam – meminjam, khususnya Pasal 1756 tentang pinjam – meminjam uang. Namun perlu dicatat bahwa surat persetujuan membuka kredit tidak hanya memuat ketentuan perihal pinjam – meminjam uang saja sehingga oleh karena itu hubungan hukum tersebut tidak hanya dikuasai oleh ketentuan Pasal 1756 dari Kitab Undang – undang Hukum Perdata saja melainkan juga tunduk kepada perjanjian yang secara khusus disepakati oleh kedua belah pihak serta asas – asas umum hukum perjanjian. Sistem hukum perjanjian Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam buku ketiga Kitab Undang – undang Hukum Perdata menganut asas kebebasan berkontrak contract vrijheid, dimana para pihak dapat memperjanjikan lain daripada apa yang ditentukan oleh peraturan perundang – undangan asalkan tidak bertentangan dengan ketertiban umum serta kesusilaan. Ada pendapat yang mengemukakan bahwa perjanjian kredit adalah perjanjian yang bersifat konsensuil, yaitu sejak tercapainya kesepakatan antara bank dengan nasabah yang dibuktikan dengan surat persetujuan bank yang Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 disampaikan kepada nasabah dan nasabah menyatakan menerima persyaratan yang diminta oleh bank dalam surat persetujuan dimaksud. Akan tetapi syarat – syarat yang merupakan hasil kesepakatan antara bank dengan nasabah penerima kredit baru berlaku dan mengikat apabila syarat – syarat dalam surat persetujuan tersebut telah dituangkan dalam perjanjian kredit dan telah ditandatangani oleh bank dan nasabah penerima kredit. 43 Ada juga yang berpendapat bahwa perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan tersebut merupakan hasil kesepakatan antara bank dengan nasabah penerima kredit. Penyerahan uangnya sendiri oleh bank kepada nasabah penerima kredit sifatnya riil. Pada saat penyerahan uang yang bersangkutan barulah bagi para pihak berlaku ketentuan – ketentuan yang dituangkan dalam perjanjian kredit. 44 43 Marulak Pardede II. Op cit. Hal 14. 44 Ibid. Dalam perjanjian kredit antara bank dengan nasabah terlihat jelas kepentingan para pihak terlihat pada hak – hak yang diperoleh oleh masing – masing pihak. Pihak nasabah berkepentingan bahwa kredit yang diperlukan harus bisa direalisir, di lain pihak bank harus terjamin kepentingannya mengenai pengembalian dana yang dipinjamkannya pada waktu yang disepakati, termasuk pula bunga bank dan biaya – biaya yang timbul. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 b. Hubungan Kepercayaan Fiduciary Relation Seperti yang telah diuraikan di atas nasabah penyimpan dana hanya bersedia menyimpan dananya pada sebuah bank apabila nasabah percaya kepada bank yang bersangkutan dan mampu untuk membayar kembali dana apabila ditagih. Bank juga mempunyai kedudukan yang khusus di dalam masyarakat yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang terpercaya, maka dari itu hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana dilandasi oleh asas kepercayaan. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengatur hubungan bank dan nasabah penyimpan dana bukan hanya hubungan kontraktual biasa antara debitur dengan kreditur tetapi juga hubungan kepercayaan atau fiduciary relation. 45 Ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 29 dan definisi simpanan menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998. 46 45 Ronny Sautma Hotma Bako. Op cit. Hal 45. 46 Penjelasan Pasal 29 Undang – undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan “Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya.” Ini dimaksudkan agar nasabah penyimpan dana dalam berhubungan dengan bank dalam rangka simpanannya pada bank itu dilandasi oleh kepercayaan bahwa bank yang berkemauan dan berkemampuan untuk membayarkan kembali simpanan para nasabah penyimpan dana itu pada waktu ditagih ataupun pada waktu jatuh tempo. Dengan demikian hubungan bank dengan nasabah penyimpan dana adalah hubungan pinjam – meminjam uang antara debitur bank dan kreditur nasabah penyimpan dana yang dilandasi oleh asas kepercayaan. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 Kalangan ahli hukum sejak beberapa tahun terakhir menganggap bahwa hubungan hukum antara bank dan nasabah bukanlah hanya sekedar hubungan hukum antara debitur dengan kreditur semata, tetapi lebih dari itu. Hal ini disebabkan oleh karena bank mempunyai status yang unik di dalam masyarakat. 47 Keterikatan bank terhadap kewajiban menyimpan rahasia bank menunjukkan adanya hubungan antara bank dan nasabah yang dilandasi oleh kerahasiaan confidential relation. c. Hubungan Kerahasiaan Confidential Relation Hubungan bank dengan nasabah penyimpan dana juga mempunyai suatu sifat kerahasiaan. Hubungan kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank itu sendiri yang memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang menyimpan uangnya pada bank tersebut. Di Indonesia masalah hubungan kerahasiaan ini diatur dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 khususnya Bab VII tentang Rahasia Bank pada Pasal 40 sampai dengan Pasal 45. Ketentuan Rahasia Bank ini sebagai ketentuan pidana, berbeda dengan Inggris yang mengatur ketentuan rahasia bank sebagai kewajiban perdata. 48 47 Marulak Pardede II. Op cit. Hal 17. 48 Ronny Sautma Hotma Bako. Op cit. Hal 50. Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 d. Hubungan Kehati – hatian Prudential Relation Di samping berlakunya asas kepercayaan bagi hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana sehingga memberikan ciri bagi hubungan tersebut sebagai suatu hubungan kepercayaan, berlaku juga asas kehati – hatian yang harus diterapkan oleh setiap bank dalam melakukan kegiatan usahanya. Di Indonesia masalah prinsip kehati – hatian ini diatur dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Hal ini dapat dilihat dari : 1 Pasal 2 Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati – hatian. 2 Pasal 29 ayat 2 Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati – hatian. 3 Pasal 29 ayat 3 Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 cara – cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

B. Mekanisme Perlindungan Terhadap Nasabah