Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.
USU Repository © 2009
pertimbangan hukum dari Mahkamah Agung untuk menjawab persoalan kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam membuka rahasia bank.
30
Pemberian kewenangan untuk menerobos rahasia bank kepada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK adalah suatu terobosan hukum yang tepat dalam
upaya mencegah dan menindak tindak pidana di bidang perbankan.
31
Terdapat beberapa ketentuan yang menjadi dasar hukum sebagai landasan bagi rahasia bank agar dapat berlaku secara yuridis formal. Adapun yang
merupakan dasar hukum berlakunya rahasia bank adalah Pasal 40 sampai dengan Pasal 45 Undang – undang Perbankan, yaitu sebagai berikut
D. Dasar Hukum Rahasia Bank
32
Pasal ini menjelaskan bahwa apabila nasabah penyimpan yang sekaligus juga sebagai nasabah debitur, bank wajib merahasiakan keterangan tentang
nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan. Walaupun demikian, :
Pasal 40 1 Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44 A.
2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tersebut berlaku juga bagi pihak terafiliasi.
30
Hermansyah. Op cit. Hal 118.
31
Ibid. Hal 119.
32
Munir Fuady I. Op cit. Hal 89.
Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.
USU Repository © 2009
pemberian data dan informasi kepada pihak lain dimungkinkan yaitu berdasarkan Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44.
Pasal 41 1 Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan
Menteri Keuangan berwenang untuk mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti – bukti tertulis
serta surat – surat mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.
2 Perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, haruslah
menyebutkan nama pejabat pajak, dan nama nasabah wajib pajak yang dikehendaki keterangannya.
Pasal ini menjelaskan bahwa dalam hal kepentingan perpajakan, bank
dapat menginformasikan keterangan – keterangan dan bukti – bukti tertulis atas permintaan Menteri Keuangan melalui Pimpinan Bank Indonesia, dan
pengecualian ini merupakan paksaan hukum demi kepentingan umum.
Pasal 41 A 1 Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan
Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan Nasabah Debitur.
Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.
USU Repository © 2009
2 Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara
Ketua Panitia Urusan Piutang Negara. 3 Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 harus menyebutkan
nama dan jabatan pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang Negara, nama nasabah debitur yang bersangkutan, dan alasan
diperlukannya keterangan. Pasal ini menjelaskan bahwa untuk penyelesaian piutang bank yang
diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin secara tertulis kepada
Pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur.
Pasal 42 1 Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan Bank
Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau
terdakwa pada bank. 2 Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tersebut diberikan secara
tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung.
Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.
USU Repository © 2009
3 Permintaan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 harus menyebutkan nama dan jabatan polisi, jaksa, atau hakim, nama tersangka atau
terdakwa, alasan diperlukannya keterangan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan.
Pasal ini menjelaskan bahwa untuk kepentingan pidana, Pimpinan Bank
Indonesia dapat memberikan izin tertulis kepada polisi, jaksa, atau hakim sepanjang permintaan tersebut telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 3.
Pasal 42 A Pasal ini mengatur bahwa bank wajib memberikan keterangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42. Pasal 43
Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada Pengadilan tentang keadaan
keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut.
Pasal ini menjelaskan bahwa dalam hal perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, maka bank dapat memberikan informasi keuangan nasabah
yang dalam perkara tersebut serta keterangan lain yang bersangkutan dengan perkara tersebut tanpa perlu izin dari Menteri.
Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.
USU Repository © 2009
Pasal 44 1 Dalam rangka tukar – menukar informasi antar bank, direksi bank dapat
memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain. 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai tukar – menukar informasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia. Pasal ini menjelaskan bahwa dalam rangka tukar – menukar informasi
antar bank, maka direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain dengan tujuan untuk memperlancar dan
mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah terjadinya kredit rangkap serta untuk mengetahui keadaan dan status dari suatu bank.
Pasal 44 A 1 Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang
dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan Nasabah Penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang
ditunjuk oleh Nasabah Penyimpan tersebut. 2 Dalam hal Nasabah Penyimpan telah meninggal dunia, ahliwaris yang sah
dari Nasabah Penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan Nasabah Penyimpan tersebut.
Pasal ini merupakan ketentuan yang baru ditambahkan dalam Undang –
undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengatur mengenai penyelesaian kewarisan. Dimana atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari
Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.
USU Repository © 2009
nasabah penyimpan, maka bank diperbolehkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tersebut apabila ia meninggal
dunia kepada ahli warisnya. Pasal 45
Pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank – bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44
tersebut diatas, berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan dapat meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang
diberikan. Pasal ini menjelaskan bahwa apabila permintaan pembetulan oleh pihak
yang merasa dirugikan akibat keterangan yang diberikan oleh bank, maka masalah tersebut dapat diajukan oleh pihak yang bersangkutan ke Pengadilan yang
berwenang.
Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.
USU Repository © 2009
BAB III HUBUNGAN ANTARA RAHASIA BANK
DENGAN PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH
A. Hubungan Bank dengan Nasabah