PISA Programme International for Student Assesment

Kemampuan matematika dikelompokkan menjadi 3 tingkatan, yaitu kemampuan metematika tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Sudjiono 1996:449 penentuan pengelompokan kemampuan siswa menjadi 3 tingkatan ini berlandaskan pada konsep dasar yang mengatakan bahwa distribusi skor-skor hasil belajar siswa pada umumnya membentuk kurva normal kurva simetrik, dimana siswa terletak dibagian tengah kurva sebagai kelompok yang termasuk kategori sedang, siswa yang terletk dibagian atas kurva sebagai kelompok yang termasuk kategori rendah, dan siswa yang terletak dibagian bawah kurva sebagai kelmpok yang termasuk kategori tinggi. SMA Negeri 1 Ambulu mengelompokkan tingkat kemampuan matematika dengan acuan kategori penilaian pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kategori Tingkat Kemampuan Matematika No Nilai Kategori 1 Nilai 85 Tinggi 2 75 ≤ Nilai 85 Sedang 3 Nilai 75 Rendah Pada penelitian ini dalam menentukan tingkat kemampuan matematika siswa akan menggunakan acuan tabel 2.1. Nilai matematika siswa didapat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa.

2.4 PISA Programme International for Student Assesment

PISA merupakan salah satu proyek milik OECD Organization for Economic Co-operation and Development yang bertujuan untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk dapat berpartispasi sebagai warga negara atau anggota masyarakat yang membangun dan bertanggungjawab. OECD adalah organisasi yang terbentuk dari negara-negara yang memiliki kerjasama dalam bidang ekonomi dan pembangunan. Terdapat 3 hal yang dinilai oleh PISA, yaitu: literasi matematika, literasi membaca, dan literasi sains Wardhani dan Rumiati, 2011:15. PISA dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, Indonesia mengikuti mengikuti survei yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012. Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 menurun menjadi 40 negara dan pada tahun 2006 melonjak menjadi 57 negara. Jumlah negara yang berpartisipasi pada studi ini meningkat pada tahun 2009 yaitu sebanyak 65 negara. Hasil PISA terakhir yang diadakan pada tahun 2012 menempatkan Indonesia pada posisi 64 dari 65 negara OECD, 2014:5. Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian mutu. Menurut Tjalla 2011:11 teknis penyelenggaraan studi yang dilakukan PISA dikoordinasikan oleh konsorsium internasional dan diketuai oleh Australian Council for Educational Research ACER yang berkedudukan di Melbourne, Australia. Konsorsium ini terdiri atas lembaga penelitian dan pengujian yang terkemuka di dunia yaitu The Netherlands National Institute for Educational Measurement CITO, Belanda; Educational Testing Service ETS, Amerika Serikat; Westat Amerika Serikat; dan National Institute for Educational Research NIER, Jepang. OECD 2006 dalam Hadi dan Mulyatiningsih, 2009:4 mengatakan bahwa PISA merupakan program internasional yang sangat komprehensip untuk menilai kinerja siswa dan mengumpulkan data tentang siswa, keluarga dan faktor sekolah yang dapat membantu menjelaskan perbedaan kinerjanya. Hasil PISA memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Hasil-hasil PISA antara lain digunakan untuk: 1 Orientasi kebijakan, untuk menginformasikan kebijakan dan pelaksanaannya; 2 Pendekatan inovatif untuk mengukur literacy yang memperhatikan kapasitas siswa. Relevansi pengetahuan dan keterampilan yang diukur oleh PISA kemudian dikonfirmasi dengan jalur yang ditempuh siswa beberapa tahun setelah pengukuran PISA; 3 Relevansi untuk belajar sepanjang hayat, yang tidak dibatasi oleh pengetahuan dan keterampilan tetapi juga menanyakan tentang motivasi, kepercayaan mereka tentang dirinya sendiri dan sikap terhadap apa yang mereka pelajari.

2.5 Literasi Matematika