Persaudaraan Menurut Kitab Suci Al-Qur’an

BAB III KONSEP PERSAUDARAAN DALAM ISLAM

A. Persaudaraan Menurut Kitab Suci Al-Qur’an

Al-Quran memberikan perhatian besar terhadap konsep persaudaraan. Dengan merujuk pada kata bahasa Arab yang berarti saudara dan derivasinya, akan dibahas pandangan al-qur’an tentang persaudaraan yang memiliki beberapa pengertian. Al-Qur’an menyatakan bahwa hubungan persaudaraan antara manusia dapat terjadi tidak hanya disebabkan oleh hubungan keturunan. Lebih luas dari itu, hubungan keimanan juga dapat melahirkan tali persaudaraan, bahkan Islam sangat serius memerintahkan orang-orang mukmin untuk memelihara persaudaraan mereka. yang artinya persaudaraan pada mulanya berarti “persamaan dan keserasian” dalam banyak hal. Persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan, dan persamaan dalam sifat-sifat juga mengakibatkan persaudaraan. Dalam kamus-kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata digunakan dalam arti teman akrab atau sahabat. Dalam al-qur’an, kata dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak 52 kali, sebagian dalam arti saudara kandung seperti pada ayat- ayat yang berbicara tentang kewarisan dan sebagian lainnya dalam arti saudara sebangsa walau tidak seagama seperti firman Allah dalam surat al-A’raf7: 65: ”Dan Kami telah mengutus kepada kaum ‘Ad saudara mereka, Hud”. 44 Bentuk jamak dari kata di dalam al-quran ada dua macam. Pertama, ……. yang biasanya digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak sekandung. Kata ini ditemukan sebanyak 22 kali, sebagian digabung dengan kata al-Din, seperti dalam surah al-Taubah ayat 9: 11: “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudara kamu seagama” 45 Dan sebagian lainnya tanpa kata al-Din seperti dalam surah al-Baqarah ayat 220. Kedua, adalah yang terdapat di dalam al-qur’an sebanyak 7 kali. 46 Keseluruhannya digunakan untuk makna persaudaraan kecuali satu ayat surah al- Hujurat49: 10. “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” 47 44 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, Madinah: Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif, 1991, h.232 45 Ibid., h.279 46 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Bandung : Mizan, 1994, cet. ke-6, h 357. Pentingnya persaudaraan seiman dalam Islam sangat jelas terlihat dalam ayat ini. Menurut al-Hujurat ayat 10 ini, bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara, tidak perlu ada permusuhan dan perpecahan di dalamnya karena mempunyai persamaan di dalam iman. Sehingga potensi-potensi yang mengarah kepada perselisihan harus dihindari, dan jika terjadi perselisihan maka mukmin lainnya wajib mendamaikannya. Ayat tersebut menjadikan islah antar sesama saudara sebagai konsekuensi dari persamaan iman. 48 Ketika terjadi perselisihan di antara mereka sesungguhnya di dalam keduanya ada kebenaran, tetapi kebenaran itu telah robek terbelah dua. Maka harus ada golongan ketiga yang harus “mendamaikan diantara keduanya”. Lalu ditunjukkan juga bagaimana usaha perdamaian agar berhasil, bertakwalah kepada Allah. Maksud perkataan tersebut di dalam segala usaha mendamaikan itu tidak ada maksud lain melainkan karena mengharap ridha Allah, karena kasih sayang yang bersemi diantara mukmin dengan mukmin yang berselisih serta ada mukmin yang mendamaikannya diantara orang yang berselisih dalam akhir ayat 10 ini dikatakan bahwa akan mendapatkan rahmat. 49 Demikian penting tali persaudaraan seiman dalam Islam sehingga al-quran memandang perlu untuk membahas mengenai perselisihan yang dapat terjadi antara 47 Departemen Agama RI, op.cit., h. 846 48 Quraish Shibab,, op. cit ,h 360. 49 Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz XXV-XXVI, h. 200. sesama mukmin. Dalamnya tali persaudaraan seiman dalam Islam ini juga terlihat dari perhatian Nabi untuk menyelamatkan saudara seiman meskipun dia zalim. Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW bersabda: ﺎً ْﻮ ْ ْوا ﺎً ﺎ كﺎ ا ْﺮ ْا “Belalah saudaramu, baik ia berlaku aniaya maupun teraniaya” Dalam riwayat yang lain nabi ditanya bagaimana cara membantu orang yang menganiaya. Beliau menjawab: ذ نﺎ ْ ا مﺰْﺠ ﺮْ ﻚ ا ﻋ يﺎ ا اور “Engkau halangi dia agar tidak berbuat aniaya, yang demikian itulah pembelaan baginya” HR Bukhori melalui Anas bin Malik. 50 Faktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas atau sempit adalah persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan rasa dan cita-cita merupakan faktor dominan yang mendahului lahirnya persaudaraan hakiki, dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan derita saudaranya, mengulurkan tangan sebelum diminta, serta memperlakukan saudaranya bukan atas dasar take and give tetapi seperti terungkap dalam al-qur’an, surat al- Hasyr 59: 9: 50 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1996, h. 488. “Mengutamakan orang lain atas diri mereka, walau diri mereka sendiri kekurangan” 51 . Demikianlah al-qur’an memandang bagaimana pokoknya persaudaraan seiman. Diawali dengan rasa ketuhanan yang sama dan dikokohkan dengan cita-cita hidup yang sejalan, al-qur’an menjadikan persaudaraan seiman sebagai tali yang harus selalu dipelihara. Pemupukan semangat persaudaraan ini pada perkembangannya akan dapat menumbuhkan jiwa seorang mukmin yang sejati di mana penghormatan terhadap saudara mukmin menjadi sesuatu yang niscaya.

B. Pandangan Umat Islam tentang Hubungan Persaudaraan