4.1.5 Gambaran Proporsi Kadar Gula Darah Puasa Dan Aktivitas Fisik
Pada Pasien DM Tipe 2 Kategori aktivitas fisik
GDP Total
Tidak normal
Normal
Ringan 8
100 8
100 Sedang
10 83,3
2 16,7
12 100
Proporsi orang yang melakukan aktivitas fisik ringan dengan GDP tidak normal sebesar 100, dan orang yang melakukan aktivitas ringan dengan GDP
normal sebesar 0. Sedangkan untuk orang yang melakukan aktivitas fisik kategori sedang, yang GDPnya dalam kategori tidak normal memiliki nilai
proporsi 83,3, dan sebesar 16,7 untuk yang GDP-nya normal.
4.2 Analisis Bivariat
4.2.1 Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2
Aktivitas fisik
Kadar gulah darah puasa GDP Total
N P-value
Tidak normal N Normal N
Ringan 8 100
0 0 8 40
O,495 Sedang
10 83,3 2 16,7
12 60 Total
18 90 2 10
20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 18 pasien 90 yang gula darah puasa GDP nya tidak normal, didapatkan 8 pasien 100 dengan
aktivitas fisik ringan, dan 10 pasien 83,3 dengan aktivitas sedang. Sedangkan pasien yang gula darah puasa GDP nya normal didapatkan
sebanyak 2 pasien 10, yang keduanya dengan aktivitas sedang. Dari hasil
uji antara aktivitas fisik ringan dan sedang dengan kontrol gula darah puasa GDP menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p 0,495, yang berarti nilai
p lebih dari 0,05. Sehingga menurut diagnosis statistik dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan terhadap kadar gula darah puasa
GDP pasien DM tipe 2 yang berada di RSUD Kota Cilegon. Meskipun bila dilihat lebih teliti lagi pada tabel 4.2.1, berdasarkan diagnosis klinis terdapat
hubungan antara aktivitas fisik terhadap kadar gula darah puasa oleh adanya 2 pasien dengan aktivitas sedang yang GDP nya masuk dalam kategori normal.
Dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha meminimalisir faktor-faktor yang menjadi perancu dalam penelitian ini dengan cara menghomogenkan
terapi farmakologis serta diet seluruh pasien, sehingga hanya aktivitas fisik yang menjadi variabel bebasnya. Namun, hal ini belum menunjukkan hasil
yang bermakna. Mungkin disebabkan juga penatalaksanaan DM yang telah dilakukan di RSUD Kota Cilegon yang tergolong kategori sangat kurang.
Dikarenakan berdasar tabel 4.1.3, menggambarkan hanya terdapat 2 pasien DM tipe 2 dari 20 pasien yang peneliti dapatkan di RSUD Kota Cilegon yang
GDP nya dalam kategori normal. Serta jumlah pasien yang peneliti dapatkan terlalu sedikit sehingga menyebabkan data yang didapatkan kurang variatif.
Hasil ini juga tidak sesuai dengan dasar teori yang menyatakan selama aktivitas fisik terjadi peningkatan masukan glukosa ke otot dikarenakan adanya
insulin independent yang mempengaruhi terjadinya peningkatan jumlah transporter GLUT-4 pada membran sel. Dan terjadi selama beberapa jam
setelah aktivitas atau lebih panjang lagi disertai peningkatan sensitivitas insulin dengan aktivitas yang tetap.
34
penelitian ini bertentangan dengan William yang menerangkan bahwa aktivitas fisik dengan dimediasi oleh AMP-dependent
protein kinase AMPK menghasilkan peningkatan penyerapan glukosa serta peningkatan sensitivitas transpor glukosa yang disebabkan oleh translokasi
berlebih transporter GLUT-4 ke membran sel untuk setiap dosis tertentu insulin
26
. Penelitian ini tidak bisa menggambarkan pernyataan Konsensus 2011 yang menjadikan aktivitas fisik terutama kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani secara teratur sebagai salah satu pilar penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2.