Tekanan saluran napas normal adalah sekitar 1,5 cm H
2
Oldetik. Tahanan aliran udara hidung adalah tiga kali lebih tinggi. Jika saluran udara
menyempit atau tersumbat oleh mukus, maka akan terjadi peningkatan resistensi udara, khususnya pada volume paru bagian bawah yang lumen-
lumen saluran udaranya lebih sempit. Pada emfisema, saluran napas mengalami obstruksi yang irreversibel dan resistansi udara akan meningkat
empat sampai enam kali yang terjadi di bronkioli dan saluran napas kecil Sodeman, 1995
3. Daya kembang
compliance
paru
Daya kembang adalah suatu ukuran distensibilitas paru-paru dan dinyatakan dengan perubahan volume paru yang terjadi karena tekanan antara
pleura dan alveoli tekanan transpulmonal, dimana setiap kali tekanan transpulmonal meningkat 1 cm H
2
O maka terjadi pengembangan paru sebanyak 200 ml Guyton dan Hall, 2007.
Daya kembang ditentukan oleh daya elastis paru. Daya elastis ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu daya elastis dari jaringan paru itu sendiri dan
daya yang disebabkan oleh tegangan permukaan cairan yang membatasi dinding dalam alveoli dan ruang udara paru lainnya yang dinamakan
surfaktan. Daya kembang paru juga bergantung pada ukuran paru, dimana makin besar paru-paru, maka makin besar daya kembang Sodeman, 1995.
Beberapa keadaan yang merusak jaringan paru, menyebabkan terjadinya fibrotik atau edema, penyumbatan bronkiol atau cara lain apapun
yang menghalangi pengembangan dan pengempisan paru menyebabkan
compliance
paru berkurang.
2.2.2 Difusi
Setelah alveoli ditukar dengan udara segar, tahapan yang selanjutnya terjadi dalam proses respirasi adalah difusi oksigen dari alveoli ke pembuluh darah paru dan
difusi karbondioksida kearah sebaliknya. Dinding alveolus sangat tipis dan di
Universitas Sumatera Utara
dalamnya terdapat jaringan kapiler yang padat dan saling berhubungan, sehingga jelas bahwa gas alveolus berada sangat dekat dengan darah kapiler. Pertukaran gas antara
udara alveolus dan pembuluh darah paru terjadi melalui membran di seluruh bagian terminal paru, yaitu membran alveolus berkapiler tipis. Yang mendorong untuk
terjadinya pertukaran ini adalah selisih tekanan parsial antara daerah dan fase gas Guyton dan Hall, 2007.
Proses difusi ini terjadi melewati dinding alveoli, ruang interstitial, endotel kapiler, plasma dan dinding eritrosit. Oksigen dari alveoli setelah melewati jaringan
tersebut akan berikatan dengan hemoglobin membentuk HbO
2
. Setiap gangguan atau kerusakan pada jaringan yang dilalui pada proses difusi dapat menurunkan difusi
oksigen kedalam darah. Contoh gangguan difusi yaitu apabila terjadi penebalan dinding alveoli pada fibrosis, terisinya ruang intersistitial oleh cairan edema pada
paru, penebalan endotel kapiler, pengentalan plasma pada hemokonsentrasi Yunus, 1992.
2.2.3 Perfusi
Proses perfusi adalah penyebaran darah yang sudah teroksigenasi ke seluruh paru dan jaringan tubuh. Bila oksigen telah berdifusi dari alveoli ke dalam darah paru,
oksigen terutama ditranspor dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin ke kapiler jaringan dimana oksigen dilepaskan untuk dipergunakan oleh sel. Adanya
hemoglobin di dalam sel darah merah memungkinkan darah mengangkut 30 sampai 100 kali jumlah oksigen yang dapat ditranspor dalam bentuk oksigen terlarut di dalam
cairan darah plasma. Dalam sel jaringan oksigen bereaksi dengan berbagai bahan makanan membentuk sejumlah besar karbondioksida. Karbondioksida ini masuk ke
dalam kapiler jaringan dan ditranspor kembali ke paru. Karbondioksida, seperti oksigen, juga bergabung dengan bahan-bahan kimia dalam darah yang meningkatkan
transportasi karbondioksida 15-20 kali lipat. Gangguan perfusi terjadi apabila ada emboli pada pembuluh darah Guyton dan Hall, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Pengukuran Fungsi Paru
Uji faal paru bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi paru seseorang individu dalam keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan
berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu, misalnya untuk menegakkan diagnosis penyakit paru tertentu, evaluasi pengobatan asma, evaluasi rehabilitasi penyakit paru,
evaluasi fungsi paru bagi seseorang yang akan mengalami pembedahan toraks atau abdomen bagian atas, penderita penyakit paru obstruktif menahun, akan mengalami
anestesi umum sedangkan yang bersangkutan menderita penyakit paru atau jantung dan keperluan lainnya.
Secara lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi darah paru dan transport gas O
2
dan CO
2
dalam peredaran darah. Fungsi paru disebut normal apabila PaO
2
50 mmHg dan PaCO
2
50 mmHg dan disebut gagal napas apabila PaCO
2
50 mmHg dan PaCO
2
50 mmHg. Untuk keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilaian faal paru seseorang
cukup dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apabila fungsi ventilasi nilainya baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya fungsi-fungsi paru lainnya
juga baik. Penilaian fungsi ventilasi berkaitan erat dengan penilaian mekanika pernapasan. Untuk menilai fungsi ventilasi digunakan spirometer untuk mencatat
grafik pernapasan berdasarkan jumlah dan kecepatan udara yang keluar atau masuk ke dalam spirometer Alsagaff dan Mukty,
2005. Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian
terbesar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa
VEP atau
Forced Expiratory Volume FEV
adalah volume dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa
minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam satu detik VEP
1
. Kapasitas Vital Paksa atau
Forced Vital Capacity FVC
adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh
ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk
Universitas Sumatera Utara