8. Crucible Refractory
9. Universal Testing Machine UTM
10. X-Ray Diffraction XRD equipment
11. X-Ray Flourocent XRF
12. Lemari Pengering
3. 3. Variabel dan Parameter Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam pembuatan ekosemen adalah: 1.
Variasi komposisi campuran bahan baku, dengan perbandingan antara abu sampah dan CaCO
3
masing-masing dibuat: 0 : 70, 10 : 60, 20 : 50, 30 : 40, dan 40 : 30 dalam massa, dimana komponen lainnya dibuat tetap.
2. Variasi temperatur kalsinasi, yaitu: 1200, 1250, 1300, dan 1350
o
C masing- masing ditahan pada suhu tersebut selama 2 jam.
Dalam pembuatan ekosemen dengan variasi komposisi bahan baku mengacu pada komposisi standar pembuatan semen portland, seperti pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Variasi komposisi untuk pembuatan ekosemen
Kode Sampel Bahan Baku
A B C D E CaCO
3
, massa 70
60 50
40 30
Abu Sampah, massa 10
20 30
40
Lempung , massa 20
20 20
20 20
MgCO
3
, massa 1
1 1
1 1
Fe
2
O
3
, massa 1
1 1
1 1
gipsum CaSO
4
.2H
2
O, massa
8 8 8 8 8
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Parameter pengujian yang dilakukan meliputi: 1.
Pengujian ekosemen dalam bentuk serbuk: analisa struktur kristal dengan XRD, pengukuran densitas, analisa kehalusan butiran semen, dan waktu ikat.
Pengujian waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan adonan pasta panel beton untuk pengerasan awal initial air setting dan waktu untuk pengerasan akhir
final air setting. 2.
Pengujian ekosemen dalam bentuk panel beton, antara lain: pengujian mekanik. Pengujian mekanik meliputi: kekuatan tekan dan patah dari panel
beton yang telah di aging, selama: 7, 14, 21 dan 28 hari.
3. 4. Prosedur Pembuatan Ekosemen
Adapun tahapan yang dilakukan pada pembuatan ekosemen seperti ditunjukkankan pada diagram alir gambar 3.1.
Bahan baku: CaCO
3
, Abu Sampah, Lempung,
MgCO
3
, Fe
2
O
3
Pencampuran dengan Ball Mill
24 jam Air
Pengeringan 100
o
C
Kalsinasi 1200, 1250, 1300, 1350
o
C 2 jam
Pencampuran dry ball mill
24 jam Pengayakan
sieve 400 mesh
Ekosemen
Densitas Ukuran partikel
Waktu Pengikat
Gypsum
Kuat Tekan Kuat Patah
Karakterisasi
Analisa XRD
Ekosemen Karakterisasi
Agregat Pasir
Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Ekosemen
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Langkah pelaksanaan pembuatan ekosemen yang sesuai dengan jenis semen portland adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan terlebih dahulu abu dari hasil kalsinasi sampah rumah tangga
dengan suhu kalsinasi sekitar 700
o
C. Jenis sampah yang dibakar adalah sampah kering, misalnya: kertas, rumput, dedaunan, kayu, dan lain-lain.
2. Kemudian abu diayak dengan ayakan ukuran 5 mm.
3. Bahan Baku: CaCO
3
, Abu sampah, Lempung, MgCO
3
, dan Fe
2
O
3
ditimbang sesuai dengan komposisi, seperti pada tabel 3.1. Kemudian dicampur dengan
air, perbandingan total berat serbuk : berat air = 1 : 1. Air dan serbuk bahan baku dimasukkan ke dalam ball mill dan digiling sambil dicampur selama 24
jam, supaya percampurannya betul-betul homogen. 4.
Setelah digiling dengan ball mill, kemudian dikeringkan di dalam lemari pengering pada suhu 100
o
C, sampai diperoleh campuran serbuk yang betul- betul kering.
5. Campuran serbuk yang telah kering, selanjutnya dibakar atau dikalsinasi
dengan menggunakan tungku listrik pada suhu: 1200, 1250, 1300, dan 1350
o
C yang masing-masing ditahan selama 2 jam.
6. Hasil sampel yang telah dikalsinasi disebut sebagai klinker yang menggumpal
dan keras. Untuk dijadikan ekosemen harus ditambahkan bubuk gipsum dan digiling menggunakan ball mill proses kering selama 24 jam.
7. Selanjutnya diayak hingga lolos ayakan 400 mesh dan diperoleh bubuk halus
sebagai ekosemen.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
8. Pengujian ekosemen dalam bentuk serbuk, meliputi: analisa struktur kristal
dengan XRD, pengukuran densitas serbuk, analisa kehalusan butiran semen, dan waktu ikat. Sedangkan pengujian waktu ikat dilakukan untuk menentukan
waktu yang dibutuhkan adonan pasta panel beton untuk terjadi pengerasan awal dan waktu yang diperlukan untuk pengerasan akhir.
9. Untuk pengujian ekosemen dalam bentuk panel beton, maka perlu dilakukan
pencampuran ekosemen dengan agregat pasir. Perbandingan komposisi panel beton dibuat tetap, yaitu: perbandingan ekosemen : agregat pasir = 1:3
ratio volum. Adapun besaran fisis yang diamati pada panel beton, antara lain: pengujian mekanik. Pengujian mekanik meliputi: kekuatan tekan dan
patah dari panel beton yang telah di aging, selama: 7, 14, 21 dan 28 hari.
3. 5. Karakterisasi