BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Analisa Komposisi Kimia dari Abu Sampah
Abu yang dihasilkan dari pembakaran sampah rumah tangga, diayak hingga lolos ayakan 5 mm, dan dianalisa komposisi kimianya dengan menggunakan X-Ray
Flourocent XRF, seperti pada tabel 4.1. Dari tabel 4.1, menunjukkan bahwa komposisi dari abu sampah dominan mengandung: CaO, SiO
2
, Al
2
O
3
, Cl dan Fe
2
O
3
, sedangkan senyawa lainnya relatif kecil 5 berat. Senyawa-senyawa tersebut
diperlukan dalam pembentukan semen konvensional, karena abu sampah dapat berfungsi sebagai perekat dan pengganti semen. Menurut referensiAnonym, 2006,
hasil analisa kimia dari semen dan abu insenerasi pada tabel 4.2. Tabel 4.1. Hasil analisa komposisi kimia dari abu sampah.
Komposisi dalam berat CaO SiO
2
Al
2
O
3
Fe
2
O
3
SO
3
MgO Na
2
O K
2
O Cl LOI 30,4 22,9 19,7 5,6 2,1 4,8 3,3 2,6 8,5 11,0
Tabel 4.2. Hasil analisa komposisi semen dan abu sampah Komposisi berat
CaO SiO
2
Al
2
O
3
Fe
2
O
3
SO
3
Semen konvensional 62 - 65
20 - 25 3 - 5
3 – 4 2 – 3
Abu insenerasi teori 12 - 31
23 - 46 13 - 29
4 – 7 1 – 4
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sumber : anonym, 2006
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Ternyata dari hasil pengamatan komposisi kimia dari abu hasil pembakaran sampah rumah tangga mendekati karakteristik abu insenerasi teoritis dan memenuhi
syarat atau layak untuk digunakan sebagai bahan subsitusi semen. Artinya dengan pemanfaatan abu sampah pada proses produksi ekosemen, maka penggunaan kapur
dapat dikurangi dan dapat mengurangi beban lingkungan atas emisi gas CO
2
pada industri semen.
4. 2. Analisa Difraksi Sinar X pada Abu Sampah Sampel A 0 abu sampah
Hasil pengamatan X-ray Diffraction XRD semen dari abu sampah kode sampel A yang masing-masing dibakar pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C, seperti pada gambar 4.1. Dengan data pada lampiran halaman L-1.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel A
Q Ca
S O
4
Ca S
O
4
C C
Cr Cr
Q E
1200 C
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
C
3
A C
3
A C
2
S C
3
S C
3
S C
2
S Ca
S O
4
C
2
S C
2
S Ca
S O
4
C
3
S Ca
S O
4
C
3
S C
3
S C
3
S C
4
AF C
3
S
1350 C
C
3
S C3S
C
2
S Ca
S O
4
C
2
S C
2
S Ca
S O
4
Ca S
O
4
C
3
S C
3
S C
3
S C
3
S E
1300 C
C
2
S= 2CaO.SiO
2
C
3
A = 3CaO.Al
2
O
3
C = CaO CaSO
4
= gypsum C
3
S= 3CaO.SiO
2
C
4
AF = 4 CaO.Al
2
O
3
.Fe
2
O
3
Q = Quarzt low = SiO
2
Cr = Crystobalit low = SiO
2
E = Enstatite = MgO.SiO
2
S = Sillimanit = Al
2
O
3
.SiO
2
Gambar 4.1. Pola difraksi dari semen kode sampel A yang masing-masing dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C
C
3
S C
3
S C
2
S C
2
S C
2
S Ca
S O
4
Ca S
O
4
C
3
S C
3
S C
3
S C
3
S
1250 C
y
2 θ degree
Re la
ti ve
Int ens
it y
x
Puncak – puncak yang terbentuk untuk komposisi A atau tanpa menggunakan abu pada suhu pembakaran 1200 – 1350
o
C, ditunjukkankan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran Sampel A
Jumlah puncak Suhu
o
C C
2
S C
3
S C
3
A C
4
AF CaSO
4
E Q Cr C S 1200 -
- -
- 2 1 2 2 2 -
1250 3 6 - -
3 - - - - - 1300 3 6 -
- 3 1 - - - -
1350 4 7 2 1
3 1 - - - - Untuk pembuatan ekosemen dengan komposisi A atau tanpa menggunakan abu, suhu
pembakaran yang dibutuhkan adalah sekitar 1350
o
C, karena pada suhu tersebut senyawa-senyawa dominan yang terbentuk adalah mirip dengan semen portland,
yaitu: C
3
S, C
2
S, C
3
A C
3
AF dan C
4
AF. Senyawa C
3
S berfungsi sebagai penguat awal dan penguat tetap, bila terhidrasi maka akan cepat terhidrolisis menjadi C
2
S dan CaOH
2
. Sedangkan CaOH
2
itu sendiri akan membentuk kristal padat yang menyebabkan semen kaku dan padat. C
2
S berfungsi sebagai penambah kekuatan untuk waktu yang lama dan senyawa ini dapat menyebabkan panas hidrasi rendah,
sehingga waktu pengikatan semen menjadi lambat dan relatif tahan terhadap sulfat yang tinggi. C
3
A berfungsi menambah kekuatan beton dan mempercepat proses pengikatan disertai panas yang tinggi saat bercampur dengan air. Reaksi ini
menghasilkan CaOH
2
dalam kosentrasi tinggi dan menghasilkan lapisan film pada
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
butir C
3
A. Oleh karena itu penambahan gipsum berperan untuk menghambat laju hidrasi C
3
A. Senyawa C
4
AF menimbulkan panas hidrasi rendah, menambah kekuatan beton dalam jumlah yang kecil atau sama sekali tidak. Senyawa besi pada C
4
AF berpengaruh terhadap warna semen dan meningkatkan temperatur pembakaran.
Dengan demikian apabila bahan baku yang digunakan hanya berupa: CaCO
3
, lempung, MgCO
3
, Fe
2
O
3
dan gipsum CaSO
4
2H
2
O maka suhu yang dibutuhkan untuk pembuatan ekosemen relatif lebih tinggi, yaitu sekitar 1350
o
C. Untuk suhu 1250 - 1300
o
C terlihat bahwa senyawa yang terbentuk dan mirip dengan semen portland , seperti: C
3
S, dan C
2
S. Pada suhu 1200
o
C ternyata malah tidak terbentuk sama sekali senyawa yang mirip dengan semen portland.
Sampel B 10 abu sampah
Hasil pengamatan XRD semen dari abu sampah kode sampel B yang dibakar pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C, seperti pada gambar 4.2. Dengan datanya pada lampiran halaman L3.Pada komposisi B atau dengan 10 berat abu sampah rumah
tangga juga tetap membutuhkan suhu pembakaran sekitar 1350
o
C. Pada suhu tersebut senyawa-senyawa dominan yang terbentuk adalah mirip dengan semen portland,
yaitu: C
3
S, C
2
S, C
3
A dan C
3
AF. Kondisi yang sama terjadi pada suhu 1250 - 1300
o
C, yaitu hanya ada senyawa: C
3
S, dan C
2
S dan pada suhu 1200
o
C tidak terbentuk sama sekali senyawa yang sama dengan semen portland.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Sampel B
Q Ca
S O
4
Ca S
O
4
C C
Cr Cr
Q E
1200 C
C
3
S C
3
S C
2
S Ca
S O
4
C
2
S C
2
S Ca
S O
4
Ca S
O
4
C
3
S C
3
S C
3
S C
3
S
1250 C
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
C
3
A C
3
A C
2
S C
3
S C3S
C
2
S Ca
S O
4 C
2
S C
2
S Ca
S O
4
C
3
S Ca
S O
4 C
3
S C
3
S C
3
S C
4
AF C
3
S
1350 C
C
3
S C3S
C
2
S Ca
S O
4
C
2
S C
2
S Ca
S O
4
Ca S
O
4
C
3
S C
3
S C
3
S C
3
S E
1300 C
C
2
S= 2CaO.SiO
2
C
3
A = 3CaO.Al
2
O
3
C = CaO CaSO
4
= gypsum C
3
S= 3CaO.SiO
2
C
4
AF = 4 CaO.Al
2
O
3
.Fe
2
O
3
Q = Quarzt low = SiO
2
Cr = Crystobalit low = SiO
2
E = Enstatite = MgO.SiO
2
S = Sillimanit = Al
2
O
3
.SiO
2
Gambar 4.2. Pola difraksi dari semen kode sampel B yang masing-masing dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C x
y
Re la
ti ve
Int ens
it y
2 θ degree
Pada tabel 4.4, menunjukkan puncak-puncak yang terbentuk untuk komposisi B atau dengan menggunakan 10 abu yang dibakar pada suhu 1200 – 1350
o
C.
Tabel 4.4. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran Sampel B.
Jumlah puncak Suhu
o
C C
2
S C
3
S C
3
A C
4
AF CaSO
4
E Q Cr C S 1200 -
- -
- 2 1 2 2 2 -
1250 3 6 - -
3 - - - - - 1300 3 6 -
- 3 - - - - -
1350 4 7 2 1
3 - - - - -
Sampel C 20 abu sampah Hasil pengamatan XRD semen dari abu sampah kode sampel C yang dibakar pada
suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C, seperti ditunjukkan pada gambar 4. 3. dan datanya pada lampiran halaman L5. Pada komposisi C atau dengan 20 berat abu
sampah rumah tangga, membutuhkan suhu pembakaran sekitar 1300 – 1350
o
C. Pada suhu tersebut senyawa-senyawa dominan yang terbentuk adalah mirip dengan semen
portland, yaitu: C
3
S, C
2
S, C
3
A dan C
3
AF. Sedangkan pada suhu 1250
o
C, sudah mulai terbentuk sebagian senyawa: C3S, dan C2S yang merupakan bagian dari senyawa
semen portland. Pada suhu 1200
o
C tidak terbentuk sama sekali senyawa yang sama dengan semen portland. Dengan demikian untuk penambahan 20 berat abu sampah
rumah tangga suhu pembakaran terendah adalah sekitar 1300
o
C, sehingga ekosemen yang dibuat mendekati semen konvensional.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
C
3
A C
4
AF C
3
S C
3
S C
3
S C
3
S C
3
S Ca
S O
4
C
3
S
1350 C
Q Cr
CaO C2S
C3S C
3
S Ca
S O
4
Ca S
O
4
Ca S
O
4
1250 C
Sampel C
Gambar 4.3. Pola difraksi semen dari abu sampah kode sample C yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C
Q Cr
CaO S
Ca S
O
4
Ca S
O
4
Ca S
O
4
Cr CaO
1200 C
C
3
A C
3
A C
4
AF C
2
S C
3
S C
3
S Ca
S O
4
Ca S
O
4
Ca S
O
4
C
2
S
1300 C
Ca S
O
4
C
3
A C
2
S C
3
S C
2
S Ca
S O
4
C
2
S Ca
S O
4
Ca S
O
4
y
Re la
ti ve
Int ens
it y
2 x
θ degree
C
2
S= 2CaO.SiO
2
C
3
A = 3CaO.Al
2
O
3
C = CaO CaSO
4
= gypsum C
3
S= 3CaO.SiO
2
C
4
AF = 4 CaO.Al
2
O
3
.Fe
2
O
3
Q = Quarzt low = SiO
2
Cr = Crystobalit low = SiO
2
E = Enstatite = MgO.SiO
2
S = Sillimanit = Al
2
O
3
.SiO
2
Pada tabel 4.5, menunjukkan puncak-puncak yang terbentuk untuk komposisi C atau dengan menggunakan 20 abu yang dibakar pada suhu 1200 – 1350
o
C.
Tabel 4.5. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran Sampel C.
Jumlah puncak Suhu
o
C C
2
S C
3
S C
3
A C
4
AF CaSO
4
E Q Cr C S 1200 -
- -
- 3 - 1 2 2 1
1250 1 2 -
- 3 - 1 1 1 -
1300 2 2 2 1
3 - - - - - 1350 4 7 2
1 3 - - - - -
Sampel D 30 abu sampah Hasil pengamatan XRD dari abu sampah kode sampel D yang dibakar pada suhu
1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C, seperti ditunjukkan pada gambar 4.4.Dengan datanya pada lampiran L7. Pada tabel 4.6, ditunjukkan puncak-puncak yang terbentuk untuk
komposisi D atau dengan menggunakan 30 abu yang dibakar pada suhu 1200 – 1350
o
C.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 4.6. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran Sampel D
Jumlah puncak Suhu
o
C C
2
S C
3
S C
3
A C
4
AF CaSO
4
E Q Cr C S 1200 -
- -
- 3 - 1 2 2 1
1250 1 2 - -
3 - 1 1 1 - 1300 2 2 2
1 3 - - - - -
1350 - - -
- - - - - - -
Pada komposisi D atau 30 berat abu sampah rumah tangga dengan suhu pembakaran sekitar 1350
o
C terjadi penggelasan atau sampelnya lebur. Pada kondisi ini tidak terdapat puncak-puncak atau tidak terbentuknya struktur yang menyerupai
semen, artinya hanya terbentuk struktur amorfus. Sedangkan pada suhu pembakaran 1300
o
C Sampel D atau dengan 30 berat abu sampah rumah tangga, menghasilkan senyawa dominan: C
3
S, C
2
S, C
3
A dan C
4
AF yang mirip dengan semen portland. Pada suhu 1250
o
C, mulai terbentuk sebagian senyawa: C
3
S, dan C
2
S yang merupakan bagian dari senyawa semen portland, tetapi belum sempurna. Pada suhu 1200
o
C belum terbentuk senyawa yang sama dengan semen portland. Oleh karena itu
penambahan 30 berat abu sampah rumah tangga dengan suhu pembakaran sekitar 1300
o
C, merupakan kondisi terbaik untuk pembuatan ekosemen.
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
1350 C
C
2
S= 2CaO.SiO
2
C
3
A = 3CaO.Al
2
O
3
C = CaO CaSO
4
= gypsum
3
S= 3CaO.SiO
2
C
4
AF = 4 CaO.Al
2
O
3
.Fe
2
O
3
Q = Quarzt low = SiO
2
r = Crystobalit low = SiO
2
E = Enstatite = MgO.SiO
2
S = Sillimanit = Al
2
O
3
.SiO
2
C C
Sampel D
Gambar 4.4. Pola difraksi semen dari abu sampah kode sample D yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C
1200 C
CaO C
a
SO
4
C
a
SO
4
y
C
a
SO
4
CaO
1300 C
C
3
A Ca
S O
4
C
3
S C
2
S CaSO
4
C
4
AF
1250 C
Q
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Re la
ti ve
Int ens
it y
2 θ degree
x
C
2
S C
3
S C
3
A CaSO
4
Cr C
3
S CaSO
4
C
2
S CaSO
4
CaSO
4
C
3
S CaO
Cr Q
S Cr
Sampel E 40 abu sampah
Hasil pengamatan XRD semen dari abu sampah kode sampel E yang dibakar pada suhu 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C, seperti pada gambar 4.5.dan datanya pada lampiran hal L8. Pada tabel 4.7, ditunjukkan puncak-puncak yang terbentuk untuk
komposisi E atau dengan menggunakan 40 abu yang dibakar pada suhu 1200 – 1350
o
C.
Tabel 4.7. Puncak-puncak yang terbentuk sebagai fungsi suhu pembakaran Sampel E.
Jumlah puncak Suhu
o
C C
2
S C
3
S C
3
A C
4
AF CaSO
4
E Q Cr C S 1200 -
- -
- 3 - 1 2 2 1
1250 1 2 - -
3 - 1 1 1 - 1300 - - -
- - - - - - -
1350 - - -
- - - - - - -
Pada komposisi E atau 40 berat abu sampah rumah tangga dengan suhu pembakaran 1300 – 1350
o
C telah terjadi penggelasan atau sampelnya lebur. Pada kondisi ini tidak terdapat puncak-puncak atau tidak terbentuknya struktur yang
menyerupai semen, artinya hanya terbentuknya struktur amorfus. Pada suhu 1250
o
C, mulai terbentuk sebagian senyawa: C
3
S, dan C
2
S yang merupakan bagian dari senyawa semen portland, tetapi belum sempurna. Pada suhu 1200
o
C belum terbentuk senyawa yang sama dengan semen portland. Berdasarkan hasil pengamatan dengan
XRD dari berbagai pola yang diperoleh maka penambahan abu sampah rumah tangga maksimal adalah sebesar 30 berat dengan suhu pembakaran sekitar 1300
o
C, merupakan kondisi terbaik untuk pembuatan ekosemen. Sedangkan Sampel E 40
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
berat abu sampah tidak membentuk semen, sehingga tidak layak dipergunakan sebagai bahan pengikat untuk pembuatan beton.
y
Sampel E
Neli Susanti : Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Uji Aplikasinya Untuk Panel Beton, 2009 USU Repository © 2008
1300 C
1350 C
C
2
S= 2CaO.SiO
2
C
3
A = 3CaO.Al
2
O
3
C = CaO CaSO4 = gypsum
C
3
S= 3CaO.SiO
2
C
4
AF = 4 CaO.Al
2
O
3
.Fe
2
O
3
Q = Quarzt low = SiO
2
Cr = Crystobalit low = SiO
2
E = Enstatite = MgO.SiO
2
S = Sillimanit = Al
2
O
3
.SiO
2
Gambar 4.5. Pola difraksi semen dari abu sampah kode sample E yang dibakar pada suhu: 1200, 1250, 1300 dan 1350
o
C
1250 C
C
a
SO
4
C
a
SO
4
C
2
S C
3
S C
a
SO
4
C
3
S CaO
Cr Q
1200 C
C
a
SO
4
C
a
SO
4
C
a
SO
4
CaO CaO
Q Cr
Cr S
Re la
ti ve
Int ens
it y
x
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
2 θ degree
Menurut Hanehara, 2005, mineral komposisi ekosemen yang dominan adalah C
3
S, C
2
S, C
3
A, C
4
AF, dan CaSO
4
, baik untuk tipe portland, maupun normal portland cement kecuali pada rapid hardening adanya tambahan mineral C
11
A
7
CaCl
2
.
4. 3. Pengukuran Densitas Serbuk Abu Sampah