Kerangka Teori dan Konsepsional 1.

F. Kerangka Teori dan Konsepsional 1.

Kerangka Teori Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui. 17 Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori. 18 Snelbecker mendefenisikan teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. 19 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati, dan dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, maka kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya penelitian ini berusaha untuk memahami 17 M. Solly Lubis, ”Filsafat Ilmu dan Penelitian”, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal. 80. 18 Soerjono Soekanto, ”Pengantar Penelitian Hukun”, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 6. 19 Snelbecker dalam Lexy J Moleong, ”Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993, hal. 34-35. Eko Yudhistira : Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya di lihat dari aspek sistem hukum, 2009. USU Repository©2008 mengenai Jaminan Fidusia dan Pendaftaran Jaminan Fidusia, dan mengenai permasalahan dari pendafataran itu sendiri. Teori dalam penulisan tesis ini menggunakan teori sistem yang di dalamnya terdapat asas-asas hukum yang terpadu yang membentuk tertib hukum terhadap hukum jaminan. Asas-asas hukum itu terdapat dalam hukum benda dan hukum perjanjian. Salah satu asas hukum dalam hukum jaminan kebendaan adalah asas publisitas yang artinya bahwa semua hak yang dijadikan sebagai jaminan harus didaftarkan, yang maksudnya agar pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda yang dijadikan jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Sedangkan dalam hukum jaminan adalah asas konsensualisme, asas kebebasan berkontrak, kepastian hukum dan asas kekuatan mengikat. Asas hukum ini menjadi fundamen dan akar hukum jaminan. Mengenai Pendaftaran Jaminan Fidusia dalam penulisan tesis ini juga menggunakan kerangka teori sebagai pisau analitis yakni asas publisitas dan kepastian hukum. Radburch menyatakan tentang kepastian hukum guna mewujudkan Legal order sebagai berikut: “The existence of a legal orders is more important than it’s justice and expediency, which constitute the second great task of the law, while the first, equally approved by all, is legal certainly, that is order or peace”. 20 eksistensi suatu legal order adalah lebih penting dari pada keadilan dan kelayakan itu sendiri, yang menetapkan tugas besar kedua dari hukum, sementara yang pertama sama-sama diakui oleh seluruhnya adalah kepastian hukum, yakni ketertiban dan ketentraman. 20 Lihat Radbruch, “Legal Philosophy” dalam Wilk Kurt, ”The legal Philosophies of lask”, Radbruch and Dabin, USA: Harvard University Press, 1950, dikutip dalam Endang Purwaningsih, ”Perkembangan Hukum Intellectua Property Rights Kajian Hukum Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komperatif Hukum Paten”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005, hal. 206. Eko Yudhistira : Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya di lihat dari aspek sistem hukum, 2009. USU Repository©2008 Selanjutnya Radbruch menyatakan bahwa: “Legal certainty not only requires the validity of legal rules laid down by power, it also makes demand on their contents, it demands that the law be capable of being administered with certainy, that it be practicable”. 21 kepastian hukum tidak hanya mensyaratkan keabsahan peraturan hukum yang dibuat melalui kekuasaan, melainkan juga menuntut pada seluruh isinya, dapat diadministrasikan dengan pasti sehingga dapat dilaksanakan Menurut Award, sistem diartikan sebagai hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur an organized,functioning relationship among units or components 22 selanjutnya menurut Mariam Darus suatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu, yang merupakan landasan, di atas mana dibangun tertib hukum. 23 Sebagaimana perjanjian hutang lainnya, seperti perjanjian gadai, hipotik, hak tanggungan, maka perjanjian fidusia juga merupakan suatu perjanjian assesoir perjanjian buntutan. Maksudnya adalah perjanjian assesoir itu tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi mengikutimembuntuti perjanjian lainnya yang merupakan perjanjian pokok. Dalam hal ini, yang merupakan perjanjian pokok adalah perjanjian hutang piutang. 24 Menurut Pasal 1313 KUHPerdata “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih”. 21 Ibid, hal. 206. 22 Award,Elis M, dalam Ok. Saidin, ”Aspek Hukum Haki”, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2004, hal. 19. 23 Mariam Darus Badrulzaman, ”Mencari Sistem Hukum Benda Nasional”, Bandung: Alumni, 1983, hal. 15. 24 Munir Fuady, Op.cit, hal. 19. Eko Yudhistira : Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya di lihat dari aspek sistem hukum, 2009. USU Repository©2008 Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 25 Dilihat dari pendekatan sistem, menurut Mariam Darus Badrulzaman kerangka dasar hukum perjanjian adalah merupakan sub-sistem dari hukum perdata dan menjadi ampuh dan bulat didukung oleh sejumlah asas. 26 Asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian adalah sebagai berikut: 1. Asas kebebasan mengadakan perjanjian, Pasal 1320 dan 1338 KUHPerdata. Asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh Pasal 1337 KUHPerdata yang menyatakan bahwa ”suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang- undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. 2. Asas konsensualisme, Pasal 1320 KUHPerdata. Asas ini berkaitan dengan adanya keinginan atau kemauan para pihak untuk saling mengikatkan diri dalam perjanjian yang dibuat. 3. Asas kebiasaan Pasal 1339 jo Pasal 1347 KUHPerdata. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas dalam perjanjian tersebut, akan tetapi juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan diikuti. 4. Asas kepercayaan Pasal 1338 jo Pasal 1334 KUHPerdata. Tanpa adanya kepercayaan, maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan ini kedua pihak mengikatkan dirinya kepada perjanjian yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang. 25 R. Subekti, ”Hukum Perjanjian”, Jakarta: Intermasa, 1976, hal. 1. 26 Mariam Darus Badrulzaman, ”Aneka Hukum Bisnis”, Bandung: Alumni, 1994, hal. 2. Eko Yudhistira : Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya di lihat dari aspek sistem hukum, 2009. USU Repository©2008 5. Asas kekuatan mengikat Pasal 1338 jo Pasal 1339 KUHPerdata. Terikatnya para pihak dengan apa yang diperjanjikan dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kepatutan dan kebiasaan akan mengikat para pihak. 6. Asas persamaan hak Pasal 1341 KUHPerdata. Asas ini menempatkan para pihak kepada persamaan derajat, tidak ada perbedaan walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kepercayaan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain. 7. Asas keseimbangan Pasal 1338 jo Pasal 1244 KUHPerdata. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur namun kreditur memikul beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang. 8. Asas kepentingan umum, asas ini menghendaki kedua pihak untuk memperhatikan kepentingan umum yang berhubungan dengan perjanjian yang dibuat. Jadi unsur kepentingan umum harus benar-benar diutamakan oleh kedua pihak. 9. Asas moral, asas ini terlihat dalam perikatan wajar, seperti didalam “Zaakwaarneming”, yaitu seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan suka rela moral, yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Asas ini terdapat dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Faktor-faktor yang memberi motivasi pada yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan hukum adalah berdasarkan pada kesusilaan moral dan sebagai panggilan dari hati nuraninya. Eko Yudhistira : Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya di lihat dari aspek sistem hukum, 2009. USU Repository©2008 10. Asas kepatutan Pasal 1339 KUHPerdata. Asas kepatutan ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Asas kepatutan harus dipertahankan karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyrakat. 27 Jaminan Fidusia adalah sub sistem hukum jaminan kebendaaan. Jaminan kebendaan tidak dapat terlepas dari hukum benda karena kaitannya sangat erat, terutama dalam jaminan kebendaan. Di dalam literatur jaminan selalu dikaitkan dengan hak kebendaan, karena di dalam KUHPerdata jaminan merupakan hak kebendaaan dan merupakan bagian dari hukum benda yang diatur dalam BUKU II KUHPerdata. Apabila melihat sistematika KUHPerdata, maka akan terlihat seolah- olah jaminan hanya merupakan jaminan kebendaan saja, karena pengaturan jaminan kebendaan tersebut terdapat dalam Buku II tentang benda, sedangkan perjanjian jaminan perorangan Persoonlijke zekerheidsrechten,personal guaranty seperti perjanjian penanggungan Bortoght di dalam KUHPerdata merupakan suatu jenis perjanjian yang diatur dalam Buku III tentang perikatan. 28 Dalam keanekaragaman bidang hukum yang mengatur mengenai hukum benda terdapat beberapa asas umum yang melandasinya. Asas umum dalam KUHPerdata antara lain: 29 27 Ibid, hal. 42-44. 28 Djuhendah Hasan, Op.cit, hal. 230. 29 Ibid, hal. 102. Eko Yudhistira : Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya di lihat dari aspek sistem hukum, 2009. USU Repository©2008 1. Asas tertutup, dengan ini dimaksudkan bahwa tidak dapat dibuat hak kebendaan baru selain yang telah disebut secara limitatif dalam undang-undang. Asas ini dimaksudkan agar ada kepastian hukum dalam hak kebendaan. 2. Asas absolute, bahwa hak kebendaan dapat dipertahankan terhadap siapapun, setiap orang harus menghormati hak tersebut. 3. Asas dapat diserahkan, bahwa pemilikan benda mengandung wewenang untuk menyerahkan bendanya. 4. Asas mengikuti Droit de suite, bahwa hak kebendaan akan mengikuti bendanya di tangan siapapun berada. 5. Asas publisitas, bahwa pendaftaran benda merupakan kepemilikan 6. Asas individual, bahwa objek hak kebendaan hanya terhadap benda yang dapat ditentukan.

7. Asas totalitas, bahwa hak milik hanya dapat diletakkan terhadap benda secara