Kerangka Teori Dalam Organisasi Internasional OI .a Bargaining Power
Selain itu pemahaman lain mengenai studi ini dengan konsep kombinasi dengan konsep bahasan ekonomi politik sebagaiman diterangkan oleh Warren F.
Illchman dan Norman T. Uphoff;
Bahwa ekonomi politik adalah suatu integrated social science of publik purpose. Dikatakan bersifat politik karena membahas segi otoritas negara dalam
masyarakat, bersifat ekonomi karena membahas masalah-masalah alokasi dan pertukaran sumber-sumber yang langka, termasuk sumber sosial dan ekonomi politik.
Kemudian bahwa ekonomi politik berkepentingan dengan semua persoalan yang memiliki releansi dengan kebijakan-kebijakan dan masalah-masalah umum publik,
di samping memperhatikan dan mendorong partisipan aktif melibatkan diri dalam perspektif kehidupan sosial politik.
19
Bargaining power dapat diartikan sebagai posisi tawar suatu pihak dalam menjalin hubungan kerjasama dengan pihal lain yang didalamya terdapat tawar-
menawar antar ke pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda guna mencapai kesepakatan.
1.6.2 Kerangka Teori Dalam Organisasi Internasional OI 1.6.2.a Bargaining Power
20
19
Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional-Konsep dan Teori, ibid, hal 27
Dalam hubungannya dengan bargaining power yang dimiliki suatu negara dalam melakukan kerjasama internasionalnya, termasuk di dalam sebuah
organisasi internasional, bargaining power berkaitan erat dengan unsur-unsur kekuatan Negara. Suatu Negara yang memiliki posisi tawar yang baik apabila
negaranya memiliki reputasi yang baik pula seperti keadaan geografis meliputi letak
20
http:www.dephan.go.idmodules.php?name=News file=articlesid=78523, diakses pada 15 November 2008
Universitas Sumatera Utara
yang strategis dan luas wilayah, SDA yan melimpah meliputi pangan dan mineral, kekuatan ekonomi yang stabil, kualitas diplomasi yang mumpuni, good governance,
kekuatan militer yang canggih serta SDM yang berkualitas. Sebagai negara besar, memiliki wilayah yang luas, SDA yang melimpah
Indonesia harusanya mampu menorehkan keberhasilan dalam bernegosiasi dalam kerjasama regionalnya di ASEAN. Beberapa kelemahan yang menyebabkan
bargaining power Indonesia rendah dalam hubungan internasionalnya secara umum, yakni: kekuatan-kekuatan nasional yang ada di Indonesia pada umumnya bergerak
sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Bahkan, pejabat yang satu mencari popularitas dirinya untuk meraup keuntungan berupa nama yang terkenal sehingga bisa terpilih
kembali dalam periode pemerintahan selanjutnya. Struktur masyarakat Indonesia yang sangat parokhial, yakni sebagian besar masyaraknya berpendidikan rendah dan
sulit diorganisir, sehingga tanggung jawab terbesar sebenarnya terletak di tangan dan pundak pemerintah. Namun dalam kenyataannya, pemerintah sendiri menghadapi
kesulitan.
21
Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah Pemerintah sutu negara yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi
internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi masalah internasional guna mencapai tujuan nasional.
1.6.2.b Politik luar negeri
22
Di tengah dunia yang dicirikan oleh interdepedensi yang semakin intensif
21
Lihat http:www.dephan.go.id, ibid
22
Aleksius Jemadu, Politik Global Dalam Teori Dan Praktek, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008, hal 61
Universitas Sumatera Utara
politik luar negeri menjadi instrumen utama setiap pemerintah untuk memanfaatkan setiap peluang pencapaian tujuan-tujuan nasional di lingkungan eksternalnya serta
mengatasi atau mengurangi kendala atau hambatan pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
23
Istilah “integrasi” dalam ranah ekonomi pertama kali digunakan dalam konteks organisasi dalam suatu industri sebagaimana dikemukakan oleh Machlup.
Integrasi digunakan untuk menggambarkan kombinasi atau penyatuan beberapa kombinasi atau penbyatuan beberapa perusahaan dalam suatu industri baik secara
Jika dikaitkan dengan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia dalam ASEAN, hal ini adalah pelaksanaan kegiatan hubungan luar negeri baik regional
maupun internasional, melalui forum bilateral atau multilateral diabdikan pada kepentingan nasional berdasarkan rinsip politik luar negeri yang bebas aktif. Bahwa
dengan makin meningkatnya hubungan luar negeri dan agar prinsip politik luar negeri Indonesia tetap terjaga, maka penyelenggaraan hubungan luar negeri perlu diatur
secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu Undang-undang. Undang-undang yang mengatur hubungan luar negeri Indonesia terdapat
dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang hubungan Luar Negeri, dan juga mengenai perjanjian internasionalnya, yakni Undang-undang Nomor 24 Tahun
2000 tentang Perjanjian Internasional.
1.6.2.c Integrasi Ekonomi
23
Lihat Aleksius Jemadu, Politik Global Dalam Teori Dan Praktek, ibid, hal 61
Universitas Sumatera Utara
vertical maupun horizontal.
24
Kemudian istilah integrasi ekonomi dalam konteks Negara, yang menggambarkan penyatuan beberapa Negara dalam suatu kesatuan
diawali dengan kemunculan teori Custom Union CU oleh Vinner.
25
UNCTAD mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai kesepakatan yang dilakukan untuk memfasilitasi perdagangan internasional dan pergerakan faktor
industri lintas Negara.
26
Ilham Nyak menyebut liberalisasi sebagai penggunaan mekanisme harga yang lebih intensif sehingga dapat mengurangi bias dari anti ekspor dari rezim,
perdagangan. Disebutkan pula bahwa liberalisasi menunjukkan kecendrungan makin berkurangnya intervensi pasar sehingga liberalisasi dapat menggambarkan situasi
semakin terbukanya pasar domestic untuk produk-produk luar negeri. Percepatan perkembangan liberalisasi pasar terjadi karena dukungan revolusi di bidang
teknologi, telekomunikasi dan transportasi yang mengatasi kendala ruang dan waktu.