BAB II KAJIAN PUSTAKA
Studi tentang keluarga perkotaan urban family mulai menarik perhatian para sosiolog sejak pertengahan abad ke 19. Ada beberapa sebab yang mendorong
perkembangan tersebut. Dorongan utama terletak pada perkembangan kehidupan social, baik di Eropa maupun di Amerika yang sangat dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan besar dengan pertumbuhan industri modern. Namun pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20, studi tentang keluarga beralaih tekanan, yaitu tidak lagi
pada pengkajian tentang perkembangan pranata keluarga, tetapi menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial yang dikaitkan dengan perubahan-peerubahan keluarga,
terutama dalam hal fungsi keluarga Paulus Tangdilintin, dalam Khairuddin, 1999:2. Diantara sekian banyak fenomena sosial yang menjadi orientasi analisis
sosiologi, fenomena perubahan sosial barangkali termasuk yang paling sulit dipahami. Jadi pada hakekatnya tidak ada satu masyarakat yang tidak berubah, walaupun
masyarakat sesederhana apapun. Atau dengan kata lain, tidak ada satupun masyarakat yang bersifat statis. Semua masyarakat berubah menurut kadar perubahannya masing-
masing Mustain Mashud, 2005:370-372. Dalam setiap masyarakat, keluarga merupakan suatu pranata sosial yang sangat
penting artinya bagi kehidupan masyarakat. Betapa tidak, para warga masyarakat menghabiskan paling banyak waktunya dalam keluarga dibandingkan dengan di tempat
bekerja misalnya, dan keluarga adalah wadah dimana sejak dini para warga masyarakat dikondisikan dan dipersiapkan untuk kelak dapat melakukan peranan-perananya dalam
Universitas Sumatera Utara
dunia orang dewasa. Dan melalui pelaksanaan peranan-peranan itu pelestarian berbagai lembaga dan nilai-nilai budaya pun akan dapat tercapai dalam masyarakat yang
bersangkutan. Dapat diibaratkan bahwa keluarga adalah jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dengan kehidupan sosial dimana ia sebagai
orang dewasa kelak harus melakukan peranannya. Para individu yang baru berkembang, yang dilahirkan ke dalam suatu keluarga,
harus mengalami suatu proses belajar sehingga akan mengambil alih nilai-nilai yang umum berlaku dalam kelompoknya. Dalam masyarakat umum, seseorang diharapkan
akan memiliki sifat-sifat yang menurut sekitarnya dimiliki oleh seorang pria atau wanita dewasa, sehingga dapat melakukan peranan-peranan sebagai seorang istri atau
suami yang baik. Selain itu, seseorang dapat secara mandiri mengambil keputusan- keputusan yang sesuai dengan hukum, agama, dan dapat melakukan peranan ekonomi
dan peranan lainnya agar menjadi seseorang yang dapat mempertahankan kehidupannya.
Keluarga bukan saja sebagai suatu wadah hubungan antara suami dan istri atau anak-anak dan orang tua, tapi juga sebagai suatu rangkaian tali hubungan antara
jaringan sosial dan anggota-anggota keluarga, dan jaringan yang lebih besar yaitu masyarakat. Oleh karena itu dalam memandang proses pemilihan jodoh dapat dilihat
bahwa masyarakat luas menaruh perhatian akan hasilnya. Kedua keluarga mempunyai semacam kedudukan dalam sistem lapisan, yang keseimbangannya sebagian juga
tergantung kepada siapa akan menikah. Perkawinan antara keduanya adalah petunjuk yang terbaik, bahwa garis keluarga yang satu memandang yang lainnya kira-kira sama
secara sosial dan ekonomis Soekanto 1990:49.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat mengenal berbagai aturan mengenai perkawinan. Ada aturan mengenai apakah jodoh harus berasal dari anggota kelompok sendiri ataukah harus dari
kelompok lain, dan siapa diantara anggota kelompok sendiri yang boleh ataupun tidak boleh dinikahi, dan mengenai jumlah orang yang boleh dinikahi pada waktu yang sama,
dan dimana akan dilakukan. Sebagaimana halnya dengan institusi lain, maka keluarga pun menjalankan fungsi. Para ilmuwan sosial ahli sosiologi mengidentifikasikan
berbagai fungsi. Menurut Horton dan Hunt dalam Su’adah, 2005:36 mengidentifikasikan beberapa diantaranya, yaitu fungsi pengaturan seks, reproduksi,
sosialisasi, afeksi, defenisi status, perlindungan, dan ekonomi. Pertama, keluarga berfungsi untuk mengatur penyaluran dorongan seks. Tidak
ada masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks sebebas-bebasnya antara siapa saja dalam masyarakat. Kedua, reproduksi berupa pengembangan keturunan pun selalu
dibatasi dengan aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga. Ketiga, keluarga berfungsi untuk menyosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat
memerankan apa yang diharapkan darinya. Keempat, keluarga mempunyai fungsi afeksi, yaitu bahwa keluarga memberikan cinta kasih pada seorang anak. Berbagai studi
telah memperlihatkan bahwa seorang anak yang tidak menerima cinta kasih dapat berkempang menjadi penyimpangan, yaitu menderita ganguan kesehan dan dapat
meninggal. Kelima, keluarga memberikan status pada seorang anak, bukan hanya status yang diperoleh seperti status yang terkait dengan jenis kelamin, tetapi juga termasuk di
dalamnya status yang diperoleh orang tua yaitu status dalam suatu kelas social tertentu. Keenam, keluarga memberikan perlindungan kepada anggota keluarganya, baik
Universitas Sumatera Utara
perlindungan fisik maupun yang bersifat kejiwaan. Akhirnya keluarga pun menjalankan berbagai fungsi ekonomi tertentu seperti produksi, reproduksi, distribusi dan konsumsi.
Setiap masyarakat selama masih hidup pasti akan mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi bisa secara cepat, dan juga lambat. Perubahan yang terjadi pada
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, susunan lembaga, dan interaksi sosial. Menurut Kingsley Davis Soerjono, 1990:341-342, perubahan sosial adalah perubahan
yang terjadi di dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Selo Soemardjan dalam Soekanto, 1990:333-337, bahwa perubahan sosial adalah
segala perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalam nilai-nilai sikap dan pola
perilaku antara individu dan kelompok di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri-ciri perubahan sosial adalah :
a Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara tepat.
b Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembag-lembaga sosial lainnya. c
Perubahan sosial yang secara cepat biasanya akan mengakibatkan diorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses
penyesuaian. d
Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja, yang disebabkan mempunyai kaitan timbale balik yang
sangat kuat.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang terjadi di seluruh aspek kehidupan mempengaruhi perubahan setiap yang dilakukan masyarakat yang ada di kota Medan, termasuk para wanita dan
pria yang hidup melajang. Diantara sekian banyak fenomena sosial yang menjadi orientasi analisis sosiologi, fenomena perubahan sosial barangkali termasuk yang
paling sulit dipahami. Yang pada hakekatnya, tidak ada satu masyarakat yang tidak berubah, walaupun masyarakat sesederhana apapun. Atau dengan kata lain, tidak ada
satupun masyarakat yang bersifat statis. Semua masyarakat berubah menurut kadar perubahannya masing-masing Mustain Mashud, 2005:370-372.
Sesuai dengan perubahan yang terjadi, fungsi-fungsi prinsip dari keluarga juga mengalami perubahan pada bentuknya. Perubahan-perubahan institusional sangat
mempengaruhi ikatan perkawinan dan hubungan-hubungan anggota satu dengan yang lainnya. Dalam masalah perkawinan, masyarakat tidak lagi dikontrol oleh orang tuanya
dan bentuk-bentuk lainnya dari tekanan-tekanan sosial apabila mereka akan kawin. Dengan adanya perubahan sosial, masyarakat telah banyak menentukan pilihan
hidupnya untuk tidak menikah. Bagi wanita, hal ini dapat disebut dengan istilah “perawan tua” karena tidak menikah. Fungsi keluarga dalam memberikan keturunan
telah mengalami pergeseran, karena adanya pilihan hidup tidak menikah. Pada masyarakat Batak Toba, banyak keturunan merupakan sesuatu hal yang
sangat penting dalam meraih kesuksesan. Bagi masyarakat orang Batak, banyak anak akan banyak rejeki. Hal ini disebut dengan istilah “Hagabeon”, dimana banyak
keturunan dan panjang umur satu ungkapan tradisional Batak yang terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar
Universitas Sumatera Utara
kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putrid 16 http:willmwn46.wordpress.com20071218, diakses 26112008, pkl 11.00.
2.1. Teori Perilaku Sosial
Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan
relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui
proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial.
Dalam pendekatan behaviorisme dalam ilmu sosial sudah dikenal sejak lama, khususnya dalam bidang psikologi. Paradigma prilaku sosial memusatkan perhatiannya
kepada antar hubungan antara individu dengan lingkungannya. Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah sama dengan prinsip yang
menguasai hubungan antara individu dengan objek non sosial. Singkatnya hubungan antara individu dengan obyek non sosial dikuasai oleh prinsip yang sama. Secara
singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan
akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkahlaku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan
perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor George Ritzer, 2007 :70-73. Perilaku sosial dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi
perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah
Universitas Sumatera Utara
laku aktor. Akibat-akibat tingkah laku diperlakukan sebagai variabel independen. Ini berarti bahwa teori berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat-
akibat yang mengikutinya kemudian. Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui kemungkinan
akibatnya yang terjadi di masa yang akan datang. Yang menarik perhatian dari teori behavior sosial adalah hubungan histories antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam
lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi tingkah laku yang terjadi sekarang. Dengan
mengetahui apa yang diperoleh dari suatu tingkahlaku yang nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah seorang aktor akan bertingkahlaku yang sama
mengulanginya dalam situasi sekarang. Segala sesuatu yang mungkin mengalami suatu perubahan tentu dilalui oleh
proses. Proses yang dimaksud dalam hal ini adalah proses perilaku behavior, yang berarti proses berprilaku dan menimbang untuk dapat mengambil sikap dan tindakan
terhadap alternative secara sadar dan logis untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan diinginkan sebelumnya.
Cooley mengemukakan bahwa individu dan masyarakat saling berhubungan secara organis, tidak dapat dimengerti tanpa yang yang lain. Suatu gaya hidup atau
pola-pola perilaku seseorang tidak merupakan hasil dari insting-insting atau karakteristik biologis yang ditransmisikan lewat keturunan, tetapi perkembangan
individu sebagai seorang manusia dengan suatu kepribadian tersendiri berbentuk perilaku tertentu merupakan hasil dari pengaruh warisan sosial yang ditransmisikan
melalui komunikasi manusia. Jadi, Cooley menghadapi dilema antara warisan biologis
Universitas Sumatera Utara
versus lingkungan sosial dengan berpegang pada saling ketergantungan dinamis antara kedua tingkatan itu, namun tujuan utamanya adalah untuk memperlihatkan bagaimana
manusia dibentuk dalam konteks keteraturannya social yang terus berjalan Robert Lawang, 1996:26.
Fenomena yang terjadi pada wanita sekarang ini dengan memilih untuk tidak menikah dapat dikatakan, bagaimana seseorang melekukan proses interaksi dengan
lingkungan mereka dimana mereka berada. Perilaku wanita yang tidak menikah, melihat di sekitar lingkungan mereka, bahwa dengan bekerja mereka dapat
menyesuaikan diri untuk dapat berinteraksi dengan baik, walaupun ada tuntutan kepada mereka untuk menikah.
Saling ketergantungan organis antara individu dan masyarakat diungkapkan dalam analisa Cooley mengenai perkembangan konsep diri “I” seseorang. Meskipun
Cooley merasakan bahwa manusia lahir dengan perasaan diri self-feeling yang tidak jelas dan terbentuk, ia menekankan bahwa pertumbuhan dan perkembangan perasaan
diri ini merupakan hasil dari proses komunikasi interpersonal dalam suatu lingkungan sosial. Perkembangannya, seperti proses komunikasi itu sendiri, tergantung pada
pemahaman simpatetis antara individu yang satu terhadap yang lainnya. Dengan imajinasinya mereka dapat masuk ke dalam dan ikut mengambil bagian dalam perasaan
dan ide orang lain. Yang penting khususnya adalah bagaimana orang menangkap apa yang dipikirkan orang tentang dia. Hal ini berhubungan sangat erat dengan perasaan
diri seseorang. Apakah orang itu senang atau kecewa dengan penampilan dan perilakunya, sebagian besar merupakan hasil dari apakh orang lain dilihat menyetujui
atau menolak penampilan dan perilakunya itu.
Universitas Sumatera Utara
Imajinasi yang ada di dalam benak orang-orang terhadap yang lainnya, menurut Cooley adalah “fakta di dalam masyarakat”. Masyarakat adalah sebuah fenomena
mental, hubungan antar gagasan orang. Masyarakat ada di dalam pikiran orang lain seperti hubungan dan pengaruh timbale balik dalam gagasan tertentu yang diberi nama
“I”. Masyarakat dan individu bukanlah dua realitas yang satu dan sama . Keduanya adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak mungkin terpisahkan.
Dalam pengertian yang mendasar dalam formulasi ini, Cooley memandang masyarakat seperti pendekatan yang digunakan untuk memahami kedirian. Ini tidaklah
aneh, karena konsep Cooley tentang “ the self “ cocok dan sangat berdekatan dengan perilaku yang ada pada masyarakat sekarang ini. Cooley menunjuk aspek konsep diri
ini dengan istilah looking glass self. Setiap hubungan social di mana sesorang itu terlibat merupakan satu cerminan diri yang disatukan dalam identitas orang itu sendiri.
Karena banyak orang terlibat dalam keseberagaman hubungan social, yang masing- masingnya memberikan suatu cerminan tertentu, orang dapat dibayangkan sebagai
hidup dalam suatu dunia cermin, yang masing-masing memberikan perspektif atau seginya sendiri yang khusus. Tetapi individu tidak dapat luput dari defenisi-defenisi
tentang identitas mereka ini yang mereka lihat tercermin dalam diri orang lain Robert Lawang, 1996:28-29. Berikut ini gambaran Cooley tentang Looking glass self :
Each to each a looking-glass Reflects the other that doth pass
“ Ketika kita melihat wajah, bentuk, dan pakaian kita di depan cermin, dan merasa tertarik karena semuanya itu milik kita, begitu pula dengan imajinasi, kita menerima dalam pikiran
orang lain suatu pikiran tentang penempilan, cara, tujuan, perbuatan, karakter, dan seterusnya, dan dengan berbagai cara dipengaruhi olehnya.”
Universitas Sumatera Utara
Ada sejumlah variasi dalam hubungan antara perasaan diri seseorang dan hubungan-hubungannya dengan orang lain. Misalnya, orang berbeda dalam kepekaan
terhadap pandangan orang lain, mereka berbeda dalam tingkat stabilitas dalam mempertahankan suatu jenis perasaan diri tertentu pun dalam menghadapi reaksi-reaksi
orang lain yang bertentangan atau yang bersifat konflik, mereka berbeda dalam intensitas dan seringnya dukungan sosial yang dibutuhkan untuk mempertahankan
perasaan diri mereka, berbeda dalam campuran perasaan tertentu yang bersifat positif dan negative yang dihubungkan dengan konsep diri mereka, yang juga berbeda dalam
hal dimana aspek kehidupan mereka sangat erat hubungannya dengan perasaan diri. Seseorang akan menemukan perasaan diri yang tidak selaras dengan reaksi dan
perasaan yang ada pada orang lain sehingga mereka mundur secara fisik atau psikologis untuk membentuk suatu kehidupan diri yang bersifat batiniah yang tidak akan begitu
saja mendapat ejekan dari orang lain yang memberikan reaksi yang tidak sesuai. Biasanya perasaan diri seseorang ini sering di perpanjang ke berbagai kelompok di
mana mereka merupakan salah satu bagian kelompoknya. Hal ini sering tampak pada keluarga, dimana keluarga merupakan kelompok yang paling umum.
Perasaan diri yang tampak pada keluarga bisa diakibatkan, adanya salah satu anggota keluarga yang melakukan penyimpangan dari fungsi keluarga yang sudah ada.
Hal ini dilihat pada wanita yang memilih untuk tidak manikah. Perasaan kecewa pada diri orang tua dalam melihat anak mereka tidak menikah akan menjadi bebani pikiran
mereka, karena pada masyarakat Batak Toba, menikah dan mempunyai keturunan merupakan suatu kebanggaan bagi keluarga itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan merupakan faktor penting dalam memperoleh dan meningkatkan status sosial yang lebih tinggi, misalnya pangkat, kehormatan, kekayaan, kedudukan,
dan kekuasaan. Bagi masyarakat Batak Toba, pendidikan adalah jalur mencapai kemajuan hamajuon. Dengan kesadaran ini, masyarakat Batak Toba memacu anak-
anaknya untuk menjadi agen perubah kehidupan keluarga yang lebih baik. Dengan adanya pendidikan yang tinggi, wanita etnis Batak Toba lebih bebas untuk dapat
mengaktualisasikan diri mereka di dunia sektor publik hingga menjadi wanita karir. Dari pemahaman itu, dapat dikatakan bahwa bagaimanapun kondisinya,
penerapan sarana dalam mencapai tujuan merupakan hal penting dan mengalahkan segalanya dalam setiap tindakan sosial. Demikian pula ketika memandang suatu
perilaku sosial di dalam suatu lingkungan sebagai tindakan sosial yang pastinya dilakukan manusia, baik di perkotaan maupun pedesaan, dalam interaksi sosialnya di
kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa fenomena pilihan hidup tidak menikah yang terjadi di masyarakat, khususnya pada masyarakat Batak
Toba, sebagai tindakan yang ingin menyesuaikan pilihan mereka dengan kehidupan masyarakat lain yang ada pada umumnya.
Masyarakat Batak Toba pada umumnya mempunyai peranan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk dapat berkeluarga. Nilai Raja Hagabeon,
Hasangapon, dan Hamoraon akan dimiliki masyarakat batak Toba, apabila seseorang telah mempunyai anak, dan mempunyai keturunan dari anaknya tersebut. Begitu juga
sebaliknya, dengan anak-anaknya akan sama seperti orang tuanya apabila telah mampunyai keturunan dan sudah menikah semua. Yang terjadi sekarang ini adalah,
Universitas Sumatera Utara
banyak dijumpai fenomena wanita tidak menikah perawan tua pada masyarakat Batak Toba. Wanita tersebut lebih mengutamakan karir yang mereka peroleh.
Dilihat dari teori Cooley mangenai looking glass self , bahwa perasaan yang ada pada diri wanita yang memilih untuk tidak menikah dilatarbelakangi oleh keinginan
mereka untuk mencapai sauatu prestasi yang dapat membanggakan diri mereka sendiri dan juga terhadap keluarga mereka. Kehidupan yang terjadi pada wanita etnis Batak
Toba dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat mereka bekerja. Perilaku wanita yang memilih untuk tidak menikah diakibatkan lingkungan tempat dimana mereka
bekerja. Karena lingkungan pekerjaan juga menuntut mereka untuk tetap eksis agar mencapai prestasi yang bagus.
2.2. Teori Feminis
Perilaku sosial dapat juga dilihat pada teori feminis. Dimana teori feminis merupakan label generik untuk perspektif atau kelompok teori yang mengeskplorasi
makna konsep-konsep gender. Teori feminis mengamati bahwa apak kehidupan terlepas dari kehidupan sex biologis yang dipahami dalam pengertian kualitas gender,
termasuk bahasa, kerja, peran keluarga, pendidikan, sosialisasi, dan sebagainya. Kritik feminis bertujuan untuk membongkar kekuasaan dan batas-batas pembagian kekuasaan,
dan kebanyakan teori ini menekankan sifat opresif dan relasi gender. Teori feminis adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem gagasan mengenai
kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif yang terpusat pada wanita. Para teoritis menggunakan proses analisis yang sama dalam
menempatkan perbedaan jenis kelamin dalam analisis teoritis umum mereka terhadap fenomena sosial berskala luas.
Universitas Sumatera Utara
Teori feminis beranjak dari asumsi bahwa gender adalah “ a pervasive category for understanding human experience “. Gender adalah konstruksi yang meskipun
bermanfaat, didominasi oleh bias pria dan cenderung apresif terhadap wanita. Teori feminis berupaya menentang asumsi-asumsi gender yang hidup dalam masyarakat dan
mencapai cara yang lebih membebaskan wanita dan pria untuk dapat hidup damai. Dengan cara ini teori feminis bagi definition adalah “radikal”, ia menukik ke akar
pengalaman manusia dan menuntut perubahan struktur sosial-budaya dan linguistic yang menentukan relasi antara pria dan wanita.
Dari pemaparan diatas, yang menyinggung teori perilaku sosial Cooley yang berhubungan dengan tindakan sosial, yang juga berhubungan dengan tindakan yang
dilakukan dengan sadar dan penuh pertimbangan, sehingga mendorong seseorang tersebut untuk memilih jalan dan pertimbangan yang berguna dan bermanfaat bagi
perkembangan hidupnya. Keadaan diatas lebih tampak pada pengaruh dari perilaku sosial yang merupakan tindakan yang dinilai rasional nerdasarkan petunjuk dan
kebiasaan masa lalu yang diberikan nenek moyang secara turun-temurun, perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar tanpa perencanaan.
Pemikiran feminis yang juga memahami kualitas gender yang berusaha memberikan keadilan terhadap laki-laki dan perempuan dalam hampir semua aspek
kehidupan seperti bahasa, kerja, peran keluarga, pendidikan dan sebagainya, feminis baerusaha apresif terhadap relasi gender untuk membongkar kekuasaan dan batas-batas
pembagian kekuasaan. Dengan pemaparan tersebut wanita diberikan hak dalam memilih jalan yang baik bagi kehidupannya, termasuk pilihan hidup tidak menikah.
Dalam asumsi masyarakat yang sebagian besar menganggap pilihan tersebut sebagai
Universitas Sumatera Utara
penyimpangan. Disini akan dikaji dan dilihat bagaimana sebenarnya permasalahan ini ditelusuri dengan penelitian pada masyarakat etnis Batak Toba di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN