Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Pemilih Pada Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota Banda Aceh Tahun 2009” (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh)
“Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Pemilih Pada
Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota Banda Aceh
Tahun 2009”
(Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kopelma Darussalam,
Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
NAMA
: Cut Maya Aprita Sari
NIM
: 070906032
DOSEN PEMBIMBING
: Drs. Tony P. Situmorang, MA
DOSEN PEMBACA
: Indra Fauzan, S.H.I, M.soc, Sc
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku
Pemilih Pada Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota Banda Aceh Tahun 2009” (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh), dimana skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Politik.
Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak
sekali bantuan dan dukungan yang diberikan olah berbagai pihak baik dari segi
moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Untuk itu terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak
Drs.Tonny P. Situmorang, MA selaku dosen pembimbing yang selama ini selalu meluangkan waktunya, serta memberi masukan, motivasi dan membimbing
penulis. Selanjutnya, terimakasih pula kepada Bapak Indra Fauzan, S.H.I,
M.soc, Sc selaku dosen pembaca yang juga telah meluangkan waktunya dalam membimbing, serta mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya tak lupa pula penulis ucapkan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas
(3)
3. Bapak Drs. Zakaria Thaher, M.SP selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis.
4. Semua staff di kantor Kecamatan Syiah Kuala yang telah membantu
pengumpulan data, Bapak Mustafa, S.sos selaku Camat Syiah Kuala, yang
dengan tangan terbuka menerima penulis untuk melakukan pengambilan data
di kantor tersebut. Bang Maswani, S.STP selaku Sekretaris Camat, yang
telah bersedia bersusah payah mencari data-data selama masa penelitian
penulis. dan Kak Farida Munasti yang dengan sabar membantu dalam hal
kelengkapan surat-surat dan data-data yang diperlukan penulis.
5. Kedua Orang Tua penulis, Papa Alm. Drs. T. A Hasan Husin. Yang semasa
hidupnya selalu memberikan kasih sayang tiada henti kepada penulis, dan
disaat ia telah tiada pun buku-bukunya yang segudang tetap bermanfaat untuk
penulis selama menjalankan studinya. Mama Dra. Cut Maiziah yang selalu
menjaga, melindungi, memberi motivasi, mendoakan dan memberi semangat
kepada penulis. That is you mom, the only one that i love, my spirits, my soul,
my everything. I am promise that i will make you proud of me, i will take care of you and make you allways happy. Semoga cita-cita adek untuk bawa mama
naik haji bisa tercapai, amin..
6. Pakwa Amir, yang selalu membantu penulis dengan semangat moril maupun
materi sampai penulis dapat menyelesaikan sarjana. Pakwa..makasi buat
semuanya ya, doa dan jajannya. hehe.. doain oya sukses dan ada langkah buat
S2 ya pakwa..
7. Buat abang dan kakak ku.. dr. T. Agusta Meisal (Cutbang Tata), makasi ya
Pak Dokter uda jagain adek dr jauh, ngirimin resep obat kalau adek lg sakit.
(4)
adek ngerjain skripsi ini, meluruskan hal-hal yang buat adek pusing.. Cut
Novita Sari, Sp. (Anyak), makasi kak, hehe.. jajannya, care number one-nya, semua-muanya..idol adek kan.. hahaha. Liat ni... adek sarjana juga
akirnya. Jadi ada gelar semua anak papa n mama.. Makasi ya buat
dukungannya, kalian buat adek lebih semangat. Oiya buat kak Ella dan
Cutbang manyak juga makasi. Buat Phonna, rajin-rajin kuliah ya dek..Buat
para ponakan..Bang Upan yang ganteng, Dek Kaka yang pengen jadi model,
and Della yang pingin jadi Cinta Laura..haha..bagus x cita2 klaian nak..haha
jgn malas belajar yah..
8. Bang Rusdi and Kak Ema yang selalu senyum dan ramah dalam mengurus
semua urusan administrasi..
9. Teman-Teman yang paling penulis sayangi.. Disha, Tisha, Nusha, Om Poncy,
Maz Nok bala-bala. Temen plus sodara yang selalu care, share, and help..
makasi ya teman-teman. ayok..kita harus wujutin cita-cita kita.. Disha mau punya pom bensin, Tisha punya cafe, Nusha buka salon muslimah kali yaaa,
Om Poncy buka warnet aja, biar bisa Pesbukan semalam suntukkk, Maz
Nok??? Cita-cita nya apa ya? hahaha. Makasi ya semua...udah saling mengingatkan untuk selalu semangat, qt harus sukses sama-sama nih..Nanti
kalau udah sukses, tetap keep contact yah..jangan menghilang..
10. Buat someone who make me smile, spirit, happy, angry, sometimes sad.. My Bara.. “Te Quiero Mucho” . Kita harus sukses ya Bara, harus buat orang tua kita bangga. Semangat!!! Tapi jgn jadi pegusaha lele lah, yang agak tinggian gitu cita-citanya.. hehehe..
(5)
Akhirnya, penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT. Agar dukungan
yang mereka berikan kepada penulis selama ini diberikan pahala yang
berlipat-lipat oleh Allah SWT. Penulis menyadari, penulisan skripsi ini sangat jauh dari
kesempurnaan, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk menjadikan skripsi ini jauh lebih baik dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Medan, Maret 2011
Peneliti,
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN... xi
ABSTRAK... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 11
1.3 Tujuan penelitian... 11
1.4 Manfaat penelitian... 11
1.5 Kerangka Teori... 12
1.5.1 Perilaku Pemilih... 12
1.5.1.1Pendekatan Sosiologis... 13
1.5.1.2Pendekatan Psikologis... 14
1.5.1.3Pendekatan Rasional... 16
1.5.2 Pengertian Pendidikan... 20
1.6 Perumusan Hipotesis... 23
1.7 Definisi Konsep... 23
1.7.1 Perilaku pemilih... 23
1.7.2 Tingkat Pendidikan... 23
1.8 Definisi Operasional... 24
(7)
1.9.1 Jenis Penelitian... 24
1.9.2 Lokasi Penelitian... 25
1.9.3 Teknik Pengumpulan Data... 25
1.9.4 Populasi dan Sampel Penelitian... 25
1.9.4.1Populasi... 25
1.9.4.2Sampel... 26
1.9.5 Teknik Analisis Data... 27
1.10 Sistematika Penulisan... 28
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 29
2.1 Sejarah terbentuknya kelurahan Kopelma Darussalam... 29
2.2 Keadaan Geografi... 31
2.3 Keadaan Demografi Penduduk... 31
2.3.1 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan... 32
2.3.2 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Usia... 33
2.3.3 Klasifikasi Penduduk Pendidikan... 34
2.4 Sarana dan Fasilitas... 35
2.5 Sistem Politik... 37
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA... 41
3.1 Karakteristik Responden... 41
3.2 Tingkat Pendidikan (Variabel X)... 43
3.3 Variabel Perilaku Pemilih (Variabel Y)... 51
(8)
3.5 Analisa Data Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Perilaku
Pemilih... 69
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 75
4.1 Kesimpulan... 75
4.2 Saran... 77
DAFTAR PUSTAKA... 78 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rincian Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan....25
Tabel 2 Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden... 27
Tabel 3 Struktur Aparatur kelurahan Kopelma Darussalam... 30
Tabel 4 Distribusi Penduduk Tiap Dusun... 32
Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan... 33
Tabel 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia... 33
Tabel 7 Tingkat Pendidikan Penduduk... 34
Tabel 8 Sarana Pendidikan Formal... 35
Tabel 9 Sarana Pendidikan Keagamaan... 36
Tabel 10 Sarana Kesehatan... 36
Tabel 11 Distribusi Pemilih Tetap Di Tiap TPS... 38
Tabel 12 Data Pemilih Dan Penggunaan Hak Pilih... 38
Tabel 13 Rincian Perolehan Suara A+B (Partai Politik dan Calon Legislatif) Pada Pemilu DPRK Banda Aceh Tahun 2009... 39
Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 41
Tabel 15 Karakterteristik Responden Berdasarkan Usia... 41
Tabel 16 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 42
Tabel 17 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden... 44
Tabel 18 Distribusi Jawaban Pendidikan Non Formal Responden... 44
Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Intensitas Menonton Kampanye... 45
(10)
Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sumber Perolehan Informasi
Mengenai Visi Dan Misi Calon Anggota DPRK Banda Aceh
2009... 46
Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Intensitas
Memperbincangkan Masalah Politik Terutama Seputar Pemilu DPRK
Banda Aceh Tahun 2009... 47
Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Termasuk
Kedalam Kategori Manakah Anda Dalam Menggali Informasi
Mengenai Caleg/Partai Politik Yang Akan Anda Pilih Pada Pemilu
DPRK Banda Aceh Tahun 2009... 48
Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan Tentang
Identitas Caleg/ Partai Politik Peserta Pemilu DPRK Banda Aceh
Tahun 2009... 50
Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Alasan Menggunakan Hak
Pilih Pada Pemilu DPRK Banda Aceh Tahun 2009... 51
Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Partai Yang dipilih Pada
Pemilu DPRK Banda Aceh Tahun 2009... 52
Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Alasan Memilih Partai
Politik... 53
Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Apakah Pilihan
Teman,Saudara, Maupun Keluarga Dapat Mempengaruhi Pilihan
Anda... 53
Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pilihan Responden
(11)
Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sejauh Mana Sisi Kharisma
Berperan Dalam Menentukan Pilihan Anda... 55
Tabel 30 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Track Record
Menjadi Pertimbangan Dalam Menentukan Pilihan Anda... 56
Tabel 31 Hubungan Jawaban Responden Atas Item Tingkat Pendidikan
Terhadap Intensitas Membicarakan Masalah Politik... 57
Tabel 32 Hubungan Jawaban Responden Atas Item Tingkat Pendidikan Dan
Keaktifan Menggali Informasi Mengenai Caleg/Partai Politik... 59
Tabel 33 Hubungan Jawaban Responden Atas Item Tingkat Pendidikan Dan
Alasan Menggunakan Hak Pilih... 60
Tabel 34 Hubungan Jawaban Responden Atas Item Tingkat Pendidikan Dan
Partai Politik Yang Menjadi Pilihan... 62
Tabel 35 Hubungan Jawaban Responden Atas Item Tingkat Pendidikan Dan
Alasan Memilih Partai Politik Tersebut Diatas... 64
Tabel 36 Hubungan Jawaban Responden Atas Item Tingkat Pendidikan Dan
Pengaruh Penyampaian Visi/Misi Dalam Menentukan Pilihan.. 65
Tabel 37 Hubungan Jawaban Responden Atas Item Tingkat Pendidikan Dan
Peran Kharisma Dalam Menentukan Pilihan... 66
Tabel 38 Hubungan Jawaban Responden Atas Item Tingkat Pendidikan Dan
track Record Sebagai Pertimbangan Dalam Menentukan
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kuisioner Penelitian
(13)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
NAMA : CUT MAYA APRITA SARI
NIM : 070906032
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA BANDA ACEH TAHUN 2009 (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh)
ABSTRAK
Perilaku pemilih merupakan kegiatan seseorang yang menyangkut serangkaian pembuatan keputusan mengenai memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum, dan kalau memilih maka apakah pilihan tersebut jatuh kepada kandidat X ataukah Y.
Dalam menganalisa perilaku pemilih dapat dipahami bahwa sebelum memberikan pilihan, seseorang pemilih akan melakukan pertibangan-pertimbangan tertentu. Perbedaan tingkat pendidikan seseorang akan menghasilkan pertimbangan-pertimbangan yang berbeda pula. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis yang diajukan penulis yaitu “terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih” dimana diasumsikan bahwa dengan pendidikan yang tinggi, pemilih akan melakukan pertimbangan-pertimbangan yang rasional sebelum memilih.
Penelitian dilakukan terhadap masyarakat Kelurahan Kopelma Darussalam yang terdaftar didalam DPT dan telah menggunakan hak pilihnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dengan cara penyebaran kuisioner dan wawancara singkat selama masa penyebaran kuisioner. Sampel ditentukan dengan rumus Taro Yamane sehingga didapatkan sampel sebanyak 94 responden dan selanjutnya penarikan sampel dilakukan secara stratified sampling sehingga dihasilkan jumlah responden di tiap-tiap unit elementer tingkat pendidikan. Data yang dihasilkan kemudian akan dianalisis secara kuantitatif yang disajikan kedalam tabel frekuensi dan cross tabulation yang berfungsi untuk menjelaskan pengaruh antara tingkat pendidikan dan perilaku pemilih.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem demokrasi merupakan sistem yang menempatkan rakyat sebagai
objek pemerintahan, dimana rakyat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
suatu pemerintahan dan dilibatkan secara kolektif dalam penentuan kebijakan di
suatu negara. Demokrasi merupakan teori sistem politik yang mengasumsikan
bahwa rakyat adalah pemilik kedaulatan atas negara, yang memerintah sekaligus
yang diperintah, melalui pemilihan pelaksana negara. Partisipasi politik
merupakan salah satu aspek penting dari demokrasi dan merupakan hal yang
banyak dipelajari terutama dalam kaitannya dengan perkembangan negara-negara
berkembang.
Secara konseptual, partisipasi politik berarti kegiatan seseorang ataupun
sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik dengan
jalan memilih pimpinan negara dan kebijakan pemerintah. Rakyat yang
melakukan partisipasi politik didasari asumsi bahwa kepentingan dan
kebutuhannya akan tersalurkan atau setidaknya dapat diperhatikan. Dewasa ini,
partispasi politik hanya diartikan sebatas pemberian suara pada pemilu, namun
sebenarnya bentuk dari partisipasi politik sangatlah beragam dan dapat
diwujudkan melalui diskusi politik, kampanye, ikut serta dalam partai politik,
protes, demonstrasi, bahkan tindak kekerasan yang ditujukan kepada pemerintah
dalam penyampaian aspirasi. Pemberian suara dalam pemilihan umum merupakan
(15)
Dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi, rakyat adalah
pemegang kedaulatan tertinggi dimana rakyat mempunyai hak untuk ikut serta
dalam proses pemerintahan dan berhak menentukan siapa saja yang akan menjadi
pemimpin yang nantinya akan menentukan kebijakan umum. Keikutsertaan rakyat
dalam proses pemerintahan diwujudkan melalui adanya penyelenggaraan
pemilihan umum. Pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk
menyalurkan aspirasi dalam menentukan wakil-wakilnya baik yang akan duduk di
lembaga legislatif maupun eksekutif. Perwujudan pemilu juga sebagai sarana bagi
rakyat untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Mirriam Budiarjo (2008) menyatakan bahwa pemilihan umum dianggap
sebagai lambang, dan juga sekaligus tolak ukur dari sistem demokrasi. Indonesia
pertama kali melaksanakan pemilu pada tahun 1955, dan hingga tahun 2009,
Indonesia telah melaksanakan sepuluh kali pemilu. Tercatat Indonesia
melaksanakan pemilu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,1997, 1999,
2004 dan yang terakhir pada tahun 2009.
Dari Pemilu tahun 1999 yang diadakan pada masa orde baru, Joko J.
Prihatmoko dalam bukunya yang berjudul “Mendemokratiskan pemilu”,
menuliskan bahwa selama masa orde baru, tidak ada pendidikan politik atau
peningkatan kualitas pemilihan, kemudian, perilaku memilih masyarakat
indonesia masih tradisional dengan dipengaruhi oleh ikatan emosional dan
kharisma tokoh.1
Pada pemilu tahun 2004, di Indonesia untuk pertama kalinya diadakan
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Bila pada tahun-tahun
sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan
1 Joko J. Prihatmoko. Mendemokratiskan pemilu, dari sistem sampai elemen teknis. Jogjakarta:
(16)
Rakyat (MPR), maka pada tahun 2004, untuk pertama kalinya, rakyat Indonesia
memilih secara langsung Presiden dan Wakil Presidennya.
Pada tahun 2004, tidak hanya Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih
langsung, tetapi untuk pertama kalinya juga, rakyat Indonesia memilih langsung
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan juga anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Pada pemilu-pemilu sebelum tahun 2004, untuk menentukan
anggota DPR, pemilih hanya memilih partai politik (parpol) saja. Lalu, parpol
yang akan menentukan siapa-siapa saja yang akan menjabat sebagai anggota
DPR. Namun, pada tahun 2004, pemilih tidak hanya bisa memilih parpol, tetapi
juga bisa langsung memilih orang per orang. Adanya perubahan sistem pada
pemilu tahun 2004 tentu saja mempunyai konsekuensi terhadap perubahan
perilaku pemilih. Jika sebelumnya, para pemilih hanya memperhatikan parpol
saja, dengan adanya perubahan sistem ini, para pemilih juga bisa memperhatikan
orang-orang yang dicalonkan oleh parpol tersebut.
Dari enam kali pemilu yang dilaksanakan semasa orde baru, Golongan
Karya (golkar) selalu memperoleh suara terbanyak, diikuti oleh Pertai Persatuan
Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang keduanya
memperoleh suara sedikit. Disini terlihat kedua partai tersebut mengikuti pemilu
hanya sebagai pelengkap sistem demokrasi yang mensyaratkan adanya lebih dari
satu partai. Pada saat itu, pola-pola perilaku pemilih dalam menentukan
pilihannya biasanya lebih didasarkan pada politik aliran, seperti agama, suku,
ideologi dan sebagainya. Dapat terlihat pada masa itu kajian mengenai perilaku
pemilih belum banyak muncul dan diminati. Hal ini berbeda dengan di
negara-negara maju seperti Amerika, dimana kajian menenai perilaku pemilih sudah
(17)
Selama ini pemilu dianggap sebagai satu-satunya cara yang paling
demokratis dalam membentuk suatu pemerintahan yang baik. Melalui pemilu
yang jujur, adil, dan bebas, secara langsung rakyat dapat melakukan sirkulasi
penggantian elit pemerintahan dengan jalan damai tanpa merusak tatanan dan
aturan main yang telah disepakati bersama. Selain itu, pemilu juga mempunyai
fungsi untuk membentuk suatu pemerintahan yang mempunyai legitimasi dari
rakyatnya, memilih dan membentuk lembaga-lembaga perwakilan bagi warga
negaranya dan yag terakhir adalah untuk memberikan pendidikan politik bagi
warga negara2
Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu kedua yang dilaksanakan setelah
masa orde baru dan diikuti oleh banyak partai politik. Tercatat ada 24 partai
politik yang bertarung untuk memperebutkan kursi DPR, DPRD propinsi, dan
DPRD Kota/Kabupaten. Perolehan suara pada pemilu tahun 2004 memperlihatkan
bahwa perilaku pemilih dalam memilih partai politik mengalami pergeseran yang
berarti, dimana pada pemilu-pemilu sebelumnya, perilaku pemilih didasari pada
kesamaan aliran, agama, suku, maupun ideologi. Maka pada tahun 2004 dengan
munculnya sejumlah partai-partai baru seperti PKS, PDS, dan Demokrat, pemilih
mempunyai pilihan yang beragam dengan ideologi yang beragam pula.
Munculnya partai-partai baru tersebut yang memperoleh suara diatas 5% . Dengan demikian pemilu merupakan jalan yang paling baik dan
aman dibandingkan dengan cara-cara kekerasan massa. Namun pada
kenyataannya, menciptakan pemilu yang jujur, adil dan bebas sangat sulit untuk
dilakukan, mengingat terdapatnya berbagai kepentingan politik untuk berebut
kekuasaan.
3
2 Arbi Sanit. Partai, Pemilu dan Demokrasi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 1997
3
(18)
memperlihatkan bahwa terjadi pergeseran perilaku pemilih yang mulai
mengalihkan pilihan tradisionalnya dari PPP, Golkar, PDI, PKB, PAN, PBB
kepada partai-partai lain.
Pada tahun 2009 Indonesia kembali melaksanakan pemilu, pemilu legislatif
yang diadakan pada 9 april 2009 diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih
wakil rakyat yang akan duduk di DPR mulai dari tingkat kabupaten/kota, propinsi,
maupun pusat. Pemilu kali ini diikuti oleh 38 partai nasional, terkecuali di
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), pemilu legislatif dalam memilih anggota
DPR di tingkat Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) dan Dewan Perwakilan
Rakyat Aceh (DPRA) diikuti empat puluh empat (44) partai yang terdiri dari tiga
puluh delapan (38) partai nasional ditambah dengan enam (6) partai lokal. Dengan
demikian warga Aceh dihadapkan kepada dua pilihan saat melakukan
pencontrengan 9 April. Pada kertas suara DPR-RI mereka disodorkan pilihan
caleg dari 38 partai nasional, sedangkan untuk DPRA/DPRK mereka bisa memilih
satu dari 44 partai, terdiri atas 38 partai nasional dan 6 partai lokal. Keenam partai
lokal tersebut adalah Enam partai lokal yakni Partai Aceh Aman Seujahtera
(nomor urut 35), Partai Daulat Atjeh (36), Partai Suara Independen Rakyat Aceh
(37), Partai Rakyat Aceh (38), Partai Aceh (39), dan Partai Bersatu Atjeh (40)
harus bertarung dengan partai nasional yang telah berpengalaman mengikuti
pemilu sebelumnya.
Kehadiran 6 partai lokal dalam pemilu legislatif 2009 di Nanggroe Aceh
Darussalam ini didasarkan pada kesepakatan antara pemerintah Republik
Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia yang
menghasilkan amnesti kepada anggota GAM diikuti dengan pemberian hak
(19)
adalah mengenai pembentukan partai politik lokal. Memorandum of
Understanding (MoU) antara Pemerintah RI dan kelompok Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia, mengarah kepada kesediaan pihak GAM
melepaskan tuntutan menjadikan untuk menjadikan Aceh sebagai negara
merdeka, yang berarti pengakuan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Namun dalam kesepakatan tersebut GAM menuntut dibukanya peluang
untuk membentuk partai lokal di Nanggroe Aceh Darussalam. Tuntutan tersebut
telah dipenuhi dan pemerintah Aceh telah mengeluarkan peraturan tentang partai
politik lokal tersebut didalam undang-undang pemerintahan Aceh. Perjanjian
perdamaian antara Pemerintah RI dan GAM Tgl 15 Agustus 2005 di Helsinki
Finlandia, menghasilkan poin-poin yang dituangkan kedalam Nota Kesepamahan
bersama atau Memorandum of Understanding (MoU) yang merupakan basis
politik lahirnya partai politik lokal di Aceh.
MoU Helsinki Bagian I :
Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh.Sub Bagian I.2 : Partisipasi Politik
Poin. I.2.1 :
“…. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai-partai politik lokal, Pemerintah RI dalam tempo satu tahun atau paling lambat 18 bulan sejak penandatangan nota ini, akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai-partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan
DPR.” 4
MoU memberikan ruang demokrasi bagi masyarakat Aceh, khususnya
kesempatan untuk mendirikan partai politik lokal. Alasan GAM meminta adanya
partai politik lokal di Aceh adalah dalam rangka solusi demokratis. Bachtiar
4 Undang-Undang RI NO. 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh dan Nota kesepahaman
(20)
Abdullah, juru bicara GAM yang aktif dalam perundingan Helsinski
mengungkapkan bahwa pembentukan partai lokal merupakan hak politik GAM
dan hak dasar warga Aceh. Selama konflik, hak politik bangsa Aceh telah
dinafikan. Ia mengatakan, partai lokal itu adalah wadah bagi semua masyarakat
Aceh untuk menyalurkan aspirasi politiknya5. Secara umum, tujuan dibentuknya
partai politik lokal adalah untuk melindungi, memperjuangkan hak ekonomi,
sosial, budaya, dan bahasa kelompok masyarakat tertentu. Dengan partai politik
lokal, maka akan memberikan kesempatan yang besar bagi terciptanya partisipasi
politik masyarakat daerah dalam memperjuangkan hak-hak mereka6
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh
.
7
Dalam pasal 78 Bab XI UU Nomor 11 Tahun 2006 itu disebutkan tujuan
umum partai lokal adalah adalah mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, bertujuan mengembangkan kehidupan
demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat , politik lokal merupakan organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia yang berdomisili di Aceh secara sukarela atas dasar
persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota,
masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Aceh (DPRA)/ Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/ Kota (DPRK),
Gubernur dan Wakil Gubernur, serta bupati dan wakil bupati/ walikota dan wakil
walikota.
5 Majalah Tempo, edisi 08/XXXIV/18-24 April 2005 dalam Moch. Nurhasim “ Konflik dan
Integrasi Politik Gerakan Aceh Merdeka”
6 Eko Prasojo, Irfan Ridwan Maksum dan Teguh Kurniawan. Desentralisasi dan Pemerintahan
Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal dan Efisiensi Struktural. Jakarta, 2006 hlm 49.
(21)
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakat Aceh.
Sedangkan tujuan khusus Partai Politik Lokal adalah meningkatkan
partisipasi politik masyarakat Aceh dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah, dan memperjuangkan cita-cita partai politik lokal dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai kekhususan dan keistimewaan
Aceh. Partai lokal berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan
masyarakat, penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia untuk kesejahteraan rakyat, penyerap, penghimpun, dan penyalur
aspirasi politik rakyat, dan partisipasi politik rakyat.
Proses perdamaian sejak tahun 2005 telah mentransformasi Aceh dari
medan perang menjadi arena pertarungan politik , setelah sukses dengan
eksperimen calon independen dalam Pemilihan Kepala Daerah 2006, dalam
Pemilu 2009, Aceh memelopori lahirnya partai politik lokal bertarung bersama 38
partai nasional untuk memperebutkan kursi DPRK dan DPRA. Dalam pemilu
legislatif 2009 yang telah berlangsung di Aceh dominasi partai nasional runtuh
oleh gebrakan partai lokal. Mendulangnya suara Partai Demokrat, PDIP, dan
Golkar sebagai tiga besar perolehan suara nasional, tidak berlaku di NAD, yang
muncul justru kemenangan partai lokal. Untuk ruang lingkup DPRA yang
memperebutkan 69 kursi, Partai Aceh tercatat berhasil mendapatkan 33 kursi
(48%) mengungguli Partai-partai nasional lainnya, Partai Demokrat memperoleh
10 kursi, Partai Golkar (8), PAN (5), PKS (4), PPP (3), PDA, PDI-P, PKPI, PBB,
PKB dan Partai Patriot masing-masing satu kursi. Pada Pemilu 2004 misalnya,
Partai Golkar meraih 12 kursi di DPR Aceh, PPP juga menduduki 12 kursi, PAN
(22)
kursi, Partai Demokrat mendapat enam kursi, dan gabungan partai lain yang
membentuk satu fraksi dengan enam kursi.8
Sedangkan untuk ruang lingkup DPRK secara keseluruhan, Partai Aceh juga
berhasil meraih 235 kursi melewati Partai nasional lain seperti Partai Demokrat
yang hanya memperoleh 77 kursi saja. Namun, untuk DPRK Banda Aceh, Partai
nasional yaitu partai Demokrat dinyatakan sebagai peraih suara terbanyak dan
berhak atas delapan kursi, disusul Partai Aceh (PA) enam kursi, PKS lima kursi,
Partai Golkar, dan PDA masing-masing mendapat tiga kursi, serta PAN dua kursi.
Sedangkan PPP, PBB, dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA),
masing-masing mendapat satu kursi
Kemunculan partai politik lokal pada
pemilu 2009 berimplikasi terhadap perolehan suara partai-partai nasional, ada
yang mengalami peningkatan jumlah kursi dan ada partai yang mengalami
penurunan yang cukup drastis.
9
Melihat fenomena diatas, maka dapat kita pahami bahwa sebenarnya,
kemunculan partai politik lokal di NAD berimplikasi terhadap perilaku pemilih.
Perilaku pemilih Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai keikutsertaan
warga negara dalam pemilihan umum melalui serangkaian kegiatan membuat
keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum.
Kalau memutuskan memilih,apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai
atau kandidat Y.
.
10
Berkaitan dengan hal ini pilihan seseorang tentu saja
dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya variabel pendidikan. Affan Gafar
menyebutkan bahwa karakteristik sosial yang salah satunya adalah pendidikan
Di akses 24 September 2010. 17.01 WIB.
(23)
akan mempengaruhi perilaku pemilih. Sejumlah ilmuan yang meneliti mengenai
perilaku pemlih di Amerika memiliki temuan-temuan yang beraneka ragam
terhadap pengaruh antara pendidikan dengan perilaku pemilih. Affan Gafar
misalnya, hasil penelitiannya di desa Brobanti menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh antara pendidikan dan perilaku pemilih, tetapi pengaruh tersebut sangat
lemah11. Sedangkan Raymond Wolfinger dan Steven Rosenstone mendapatkan
kesimpulan dari penelitiannya bahwa pendidikan merupakan hal yang penting
dalam mempengaruhi pilihan seseorang untuk ikut memilih atau tidak dalam
pemilihan umum. Seseorang dengan pendidikan menengah hingga tinggi rata-rata
memutuskan untuk ikut dalam pemilu, sebaliknya seseorang dengan pendidikan
yang rendah cendrung tinggal dirumah mereka dan tidak tertarik untuk memilih.12
Aspek pendidikan mampu membuat masyarakat memiliki pandangan yang
luas terhadap dunia politik, perbedaan diantara masyarakat yang berpendidikan
tinggi maupun rendah terlihat dari sikap dan perilaku mereka. Pendidikan akan
memberikan kepercayaan diri bagi masyarakat untuk mampu mempengaruhi
kebijakan-kebijakan politik pemerintah yang pada akhirnya akan membawa
masyarakat kepada partisipasi politik dalam level yang tinggi
13
Perilaku pemilih merupakan topik yang menarik untuk di teliti terkait
dengan studinya yang masih sedikit dilakukan di NAD. Lokasi yang peneliti pilih
pada penelitian ini adalah di Kopelma Darussalam, yaitu sebuah kelurahan yang
terletak di kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Di lokasi ini, terdapat
tingkatan pendidikan yang heterogen, Untuk itu peneliti tertarik untuk melihat .
11 Afan Gafar. Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party System.
Jojgakarta: Gadjah Mada University Pres1992. Hlm. 165-166.
12 Raymond E. Wolfinger and Seven J. Rosenstone. Who Votes?, dalam George C. Edwards.
Government In America, People, Politics, and Policy. United States: Addison-Wesley Educational
Publisher Inc. 1997. Hlm.250-252.
13 M. Margaret Conway, dalam Gitelson, Dudley, and Dubnick. American Government. USA:
(24)
bagaiman perilaku pemilih di Kelurahan Kopelma Darussalam meliputi
pertimbangan-pertimbangan apa saja yang dilakukan pemilih dengan latar
belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda ini dalam menentukan pilihannya
pada pemilu DPRK Banda Aceh Tahun 2009.
1.2 Perumusan Masalah
Melalui uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah: Bagaimana Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Pemilih
Masyarakat Kelurahan Kopelma Darussalam Pada Pemilihan Umum Anggota DPRK Banda Aceh Tahun 2009?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap
perilaku pemilih pada pemilu anggota DPRK Banda Aceh Tahun 2009.
2. Untuk mengidentifikasi perilaku pemilih di kelurahan Kopelma
Darussalam Kecamatan Kota Banda Aceh pada pemilu anggota DPRK
Banda Aceh tahun 2009.
1.4 Manfaat penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis dalam melihat fenomena politik
(25)
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk menambah khazanah keilmuan, mengembangkan
konsep maupun teori yang berhubungan dengan perilaku pemilh.
3. Menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang perilaku
pemilih dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Prilaku Pemilih
Para ahli ilmu politik menyebutkan bahwa tingkah laku individu dalam
pemungutan suara pada kegiatan pemilu disebut dengan konsep perilaku pemilih
(voting Behavior). Harold F. Gosnell memberikan batasan sebagai berikut:
Pemungutan suara adalah proses dimana seseorang anggota masyarakat dari suatu
kelompok menyatakan pendapatnya dan dengan demikian ikut serta dalam
menentukan konsensus diantara anggota-anggota kelompok itu dalam pemilihan
seorang pejabat maupun keputusan yang diusulkan.14
Secara sederhana voting behavior bisa didefinisikan sebagai keikutsertaan
warga negara dalam pemilihan umum melalui serangkaian kegiatan membuat
keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum.
Kalau memutuskan memilih, apakah memilih partai atau kandidat X ataukah
partai atau kandidat Y.
Dengan demikian, konsep
voting berkaitan dengan pemberian suara dari seorang individu dalam rangka ikut
berpartisipasi dalam politik.
15
14 Harold. F. Gosnell, Voting, dalam Edwin R.A Salignan dan Alvin Johnson. Encyclopedia of
Social Science, Vol. 15, New York: The Macmillan Co., 1934. Hlm 287.
15 Ibid,. Hlm 185-186.
Menurut Affan Gaffar, dalam menganalisis voting
(26)
sebagai alasan oleh para pemilih dalam menjatuhkan pilihannya, dikenal dua
macam pendekatan, yaitu Mazhab Columbia yang menggunakan pendekatan
sosiologis dan mazhab Michigan yang dikenal dengan pendekatan psikologis16.
Selain itu terdapat pula pendekatan rational choice yang melihat perilaku
seseorang melalui kalkulasi untung rugi yang didapatkan oleh orang tersebut.17
1.5.1.1 Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis berasal dari Eropa Barat yang dikembangkan oleh
ahli ilmu politik dan sosiologi. Mereka memandang bahwa masyarakat sebagai
sesuatu yang bersifat hirarkis terutama berdasarkan status, karena masyarakat
secara keseluruhan merupakan kelompok orang yang mempunyai kesadaran status
yang kuat. Para pendukung mazhab ini percaya bahwa masyarakat telah tersusun
sedemikian rupa sesuai dengan latar belakang dan karakteristik sosialnya, maka
memahami karakteristik sosial tersebut merupakan sesuatu yang penting dalam
memahami perilaku politik individu.
Secara singkat, aliran yang menggunakan pendekatan sosiologis dalam
menganalisis voting behavior ini menyatakan bahwa preferensi politik termasuk
preferesi pemberian suara di kotak pemilihan seeorang merupakan produk dari
karaktersitik sosial ekonomi di mana dia berada seperti profesi, kelas sosial,
agama dan seterusnya. Dengan kata lain, latar belakang seseorang atau
sekelompok orang atas dasar jenis kelamin, kelas sosial, ras, etnik, agama,
pekerjaan, ideologi bahkan daerah asal menjadi independent variabel terhadap
keputusannya untuk memberikan suara pada saat pemilihan. Untuk itu,
16 Afan Gafar. Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party System.
Jojgakarta: Gadjah Mada University Pres1992. Hlm. 4-9.
(27)
pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal, seperti
keanggotaan seseorang dalam organisasi keagamaan, organisasi profesi,
kelompok okupasi dan sebagainya. Maupun pengelompokan informal seperti
keluarga, pertemanan ataupunkelompok-kelompok kecil lainnya, merupakan
sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku pemilih. Hal ini dikarenakan
kelompok-kelompok ini memiliki pengaruh terhadap pembentukan sikap dan
orientasi seseorang.
Secara umum, karakteristik sosial menjadi dasar bagi tindakan kelompok
dalam melakukan partisipasi tertentu mamperlihatkan hubungan yang lebih berarti
dengan hasil suara dan bebarapa aspek partisipasi politik.18 Karakteristik sosial
tersebut menurut Afan Gaffar dikategorikan kedalam beberapa indikator yaitu: (a)
pendidikan, (b) Jabatan/ pekerjaan, (c) jenis kelamin, (d) Usia.19
Menurut Afan Gafar, Seymor Martin Lipset yang juga pelopor dari
pendekatan sosiologis memberikan perhatiannya pada karakteristik sosial
terutama status dan pekerjaan dalam memahami perilaku pemilih. Bagi Lipset,
pemilu tidak lain adalah suatu cara untuk mengekspresikan perjuangan kelas,
karena partai adalah dasar utama dari kelas bawah, kelas menengah ataupun kelas
atas.20
1.5.1.2Pendekatan Psikologis
Munculnya pendekatan psikologis merupkan reaksi atas ketidakpuasan
mereka terhadap pendekatan sosiologis. Pendekatan ini menggunakan dan
mengembangkan konsep psikologi-terutama konsep sikap dan sosialisasi-untuk
18
August Campbell dkk. The American Voter. Unbridged Edition. Chicago : university of chicago press. 1976. Hlm 475.
19 Lihat Affan gafar, Opcit,. Hlm.5 20 Ibid,.
(28)
menjelaskan perilaku pemilih. Menurut pendekatan psikologis, para pemilih (di
AS) menentukan pilihan karena pengaruh kekuatan psikologi yang berkembang
dalam dirinya sebagai produk dari sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap
seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang
menentukan dalam mempengaruhi perilaku politiknya.
Pendekatan psikologis berasumsi bahwa keputusan seorang individu
dalam memberikan suara kepada kandidat tertentu merupakan persoalan respons
psikologis. pendekatan psikologis mensyarakatkan adanya “kecerdasan” dan
rasionalitas pemilih dalam menentukan pilihannya. pada pendekatan psikologis
penekanan lebih pada individu itu sendiri. Menurut pendekatan sosial psikologis,
ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku memilih. Tiga faktor tersebut
adalah identifikasi partai, orientasi isu atau tema dan orientasi kandidat.
Identifikasi partai yang dimaksud disini adalah bukan sekedar partai apa yang
dipilih tetapi juga tingkat identifikasi individu terhadap partai tersebut (misalnya
lemah hingga kuat). Menurut Philip Converse yang dikutip oleh Afan Gaffar,
mengartikan identifikasi partai sebagai keyakinan yang diperoleh dari orang tua
dimasa muda dan dalam banyak kasus, keyakinan tersebut tetap membekas
sepanjang hidup, walaupun semakin kuat atau memudar selama masa dewasa.21
Lalu, yang dimaksud dengan orientasi isu atau tema adalah tema atau
isu-isu apa saja yang diangkat oleh parpol tersebut. Sedangkan, yang dimaksud
orientasi kandidat adalah siapa yang mewakili parpol tersebut. Menurut
pendekatan sosial psikologis, tiga faktor itulah (identifikasi partai, orientasi tema
dan orientasi kandidat) yang akan menentukan perilaku memilih.22
21 Afan gaffar., ibid,. Hlm 10.
22 Lihat Charles Prysby & Carmine Scavo. American Voting Behavior in Presidentian Election :
(29)
1.5.1.3Pendekatan Rasional
Intisari teori pilihan rasional (rational choice theory) adalah bahwa ketika
dihadapkan pada beberapa jenis tindakan, orang biasanya melakukan apa yang
mereka yakini berkemungkinan memberikan hasil yang terbaik (Elster 1998a:
22). Pilihan rasional muncul sebagai bagian revolusi behavioral dalam ilmu
politik Amerika tahun 1950an dan 1960an yang sebenarnya berusaha meneliti
bagaimana individu berperilaku dan menggunakan metode empiris. Dia telah
menjadi pendekatan dominan terhadap ilmu politik, setidaknya di AS. Namun
pilihan rasional bersumber dari metodologi ilmu ekonomi, berkebalikan dengan
para behavioralis yang bersumber dari sosiologi dan psikologi (Barry 1970).23
Kemudian, Seiring perkembangannya, muncul pendekatan rational choice
dalam menganalisa prilaku pemilih, Berdasarkan pendekatan ini, manusia
diasumsikan adalah seorang pemilih yang rasional. Kegiatan memilih merupakan
produk dari kalkulasi untung rugi24
Dalam pendekatan rasional terdapat dua orientasi yang menjadi daya tarik
pemilih, yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat. Orientasi isu berpusat pada
pertanyaan : apa yang seharusnya dilakukan dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, bangsa, dan negara? Sementara
orientasi kandidat mengacu kepada sikap seseorang terhadap pribadi kandidat
tanpa mempedulikan label partainya. Meski demikian, ketertarikan para pemilih , Individu mengantisipasi setiap konsekuensi
yang mungkin muncul dari pilihan-pilihan yang ada. Lalu, dari pilihan-pilihan
tersebut, individu akan memilih pilihan yang memberi keuntungan paling besar
bagi dirinya.
23 David Marsh dan Gaerry Stoker. Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik. Nusa media, bandung :
2002. Hlm 76-77.
(30)
terhadap isu-isu yang ditawarkan oleh partai ataupun kandidat bersifat
situasional25. Pendekatan rasional mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa para
pemilih benar-benar rasional. Para pemilih melakukan penilaian yang valid
terhadap visi, misi, program kerja partai dan kandidat. Pemilih rasional memiliki
motivasi, prinsip, pengetahuan, dan informasi yang cukup. Tindakan mereka
bukanlah karena faktor kebetulan ataupun kebiasaan, dan tidak semata-mata untuk
kepentingan sendiri, melainkan juga untuk kepentingan umum, menurut pikiran
dan pertimbangannnya yang logis.26
a. Orientasi Kognitif : Pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik,
peranan dan segala kewajibannya, serta input dan outpunya.
Dalam studi perilaku pemilih, konsep orientasi tidak hanya sekedar orientasi
isu dan orientasi kandidat. Konsep orientasi itu sendiri menurut Almond dan
Verba mengacu pada aspek-aspek dan obyek yang dibakukan serta hubungan
antar keduanya, termasuk :
b. Orientasi afektif: Perasaaan terhadap sistempolitik, perananya, para aktor
dan penampilannya,
c. Orientasi evaluatif : Keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik
yang secara tipikal melibatkan kombinasi standart nilai dan kriteria
dengan informasi dan perasaan.27
Gitelson, Dudley, dan Dubnick dalam buku mereka yang berjudul
“American Goverment”28
25 Asep Ridwan dalam Jurnal Demokrasi dan HAM Vol. 4,no 1, 2004 “ Memahami Perilaku
Pemilih Pada Pemilu 2004 di Indonesia”. Jakarta 2004. Hlm.38-39.
26 Ibid,. 27
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba. Budaya Politik : Tingkah Laku Politik Dan Demokrasi Di
Lima Negara. Jakarta: Bina Aksara, 1984. Hlm 16.
28 Gielson, Dudley, Dubnick. American Goverment, Fourth Edition .Houghton Mifflin Company,
USA: 1996. Hlm.207-209.
menyebutkan, bahwa yang mempengaruhi pemilih
(31)
permasalahan lokal, nasional, dan negara. Misalnya pada pemilu 1992,
masyarakat lebih memilih Clinton karena isu negara dan ekonomi yang
dibawanya serta isu penggusuran, kriminal, obat-obatan terlarang, pendidikan dan
pemeliharaan kesehatan. (2) Image kandidat, yaitu kandidat yang ditampilkan
harus berkualitas dan mempunyai pengalaman dalam kepemimpinan. Selain itu
bagaimana seorang kandidat harus menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang
jujur, terpercaya, dan dekat dengan masyarakat, yang hal ini biada disebut para
analis sebagai analisis psikologi. (3) Identifikasi partai, yaitu keyakinan terhadap
suatu partai, walaupun pemilih tidak mengetahui tentang kandidat yang
dicalonkan, namun label partai menjadi keyakinan bagi pemilih. (4) Tinjauan
kembali para pemilih, yaitu keadaan ketika para pemilih meinjau kinerja masa
lalu suatu partai. Artinya pemilih meninjau track record untuk memprediksikan
masa depan. (5) Dukungan kelompok, bentuk dukungan kelompok dicontohkan
dengan dukungan para intelektual kepada Clinton. Selain itu, kelompok-kelompok
seperti orang-orang miskin, katolik, liberal, dan serikat buruh juga mendukung
Clinton. Artinya, secara tidak langsung, suatu kelompok tertentu dengan
dukungan terhadap kandidat tertentu, maka anggota dari kelompok tersebut akan
mendukung kandidat yang didukung oleh kelompoknya.
Lebih lajut, Muhamad Asfar dalam bukunya yang berjudul “Pemilu dan
Perilaku Pemilih” mengklasifikasikan pemilih kedalam tiga jenis, yaitu29 • Pemilih Rasional
:
Pemilih dalam hal ini menutamakan kemampuan partai politik atau calon
peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka melihat program kerja tersebut
melalui kinerja partai atau kontestan dimasa lampau, dengan tawaran program
29 Muhamad Asfar. Pemilu dan Perilaku Pemilih 1995-2004. Jakarta: Pustaka Eureka, 2006. Hlm
(32)
yang diberikan sang calon atau partai politik dalam menyelesaikan permasalahan
yang sedang terjadi.
Pemilih rasional memiliki ciri khas yaitu tidak begitu mementingkan ikatan
ideologi suatu partai politik atau calon yang diusungnya. Hal yang terpenting
bagi pemilh jenis ini adalah apa yang bisa dan telah dilakukan oleh suatu partai
maupun calon yang diusungnya. • Pemilih kritis
Untuk menjadi pemilih kritis, seseorang melalui dua hal yaitu, pertama,
jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan
kepada partai mana ataupun kontestan pemilu mana mereka akan berpihak dan
selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau telah dilakukan.
Kedua bisa terjadi sebalikanya dimana pemilih tertarik dahulu dengan program
kerja yang ditawarkan sebuah partai atau kontestan pemilu, baru kemudian
mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan
sebuah kebijakan. Pemilih jenis ini adalah pemilih yang kritis, artinya mereka
akan selalu menganalisis kaitan antara ideologi partai dengan kebijakan yang akan
dibuat.
• Pemilih Tradisional
Jenis pemilih ini memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan tidak
terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai sesuatu
yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih jenis ini sangat
mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama
sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik. Pemilih jenis ini sangat
(33)
yang sangat tinggi. Mereka menganggap apa saja yang dikatakan oleh seorang
caleg maupun partai politik merupakan kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi. • Pemilih Skeptis
Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi
terhadap sebuah partai politik, pemilih ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan
menjadi suatu hal yang penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu,
mereka berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenang, hasilnya akan
sama saja dan tidak ada perubahan yang berarti yang dapat terjadi bagi daerah
maupun negara ini.
1.5.2 Pengertian Pendidikan
Dari beberapa teori diatas yang menjelaskan mengenai orientasi pemiliih
dalam menjatuhkan pilihannya, maka dapat kita lihat bahwa semua
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan pemilih dalam menjatuhkan pilihannya tidak
terlepas dari aspek pendidikan. Bahwa pendekatan-pendekatan seperti pendekatan
sosiologis, psikologis maupun pilihan rasional memiliki keterkaitan dengan latar
belakang pendidikan seseorang. Taufik Abdullah menyebutkan bahwa pendidikan
merupakan usaha untuk membina kepribadian dan kemampuan seseorang, baik itu
kemampuan jasmani dan rohani yang dilakukan dalam rumah tangga, sekolah, dan
dalam masyarakat agar dengan kemampuan tersebut dapat mempertahankan,
mengembangkan kelangsungan hidup masyarakat.30
30 Taufik Abdulah. Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rajawali,1987. Hlm 327.
(34)
Pendidikan didapatkan tidak terbatas hanya dari sekolah-sekolah formal
saja, melainkan dapat dilaksanakan di lingkungan keluarga pula. Hal tersebut
diuraikan oleh S. Sudarmi, dimana pendidikan memiliki tiga bentuk yaitu31
• Pendidikan formal yaitu pendidikan yang kita kenal dengan
pendidikan di sekolah yang diatur bertingkat dengan syarat-syarat
yang jelas.
:
• Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang teratur dan sadar tetapi tidak perlu mengikuti aturan yang ketat dan tetap.
• Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dengan pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sejak
lahir sampai mati, didalam pergaulan sehari-hari.
Uraian dari S. Sudarmi tersebut, lebih lanjut lagi dapat dijabarkan bahwa
pendidikan formal merupakan suatu aktivitas yang terorganisir , diatur bertingkat,
dan dengan syarat-syarat yang jelas untuk mengembangkan pengetahuan dan
kepribadian seseorang yang diperoleh melalui lembaga-lembaga pendidikan
formal seperti SD, SLTP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan
non formal juga bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan seseorang dalam
bidang tertentu dan membangun kepribadian, namun tidak perlu mengikuti aturan
yang ketat dan tetap, dimana pendidikan seperti ini didapatkan melalui
kursus-kursus dalam hal tertentu. Lain pula halnya dengan pendidikan informal yang
dapat dijelaskan sebagai proses yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari
sehingga memberikan hasil yang berpengaruh kepada pembangunan pengetahuan,
dan kepribadian seseorang yang didapatkan melalui pergaulan, maupun
pengalaman sehari-hari.
31 S. Sudarmi. Pendidikan Non Formal Dalam Rangka Pembangunan Sumber Tenaga Manusia
(35)
Dalam hubungannya dengan perilaku pemilih, Samuel J. Dan Eldersvelt
menyatakan bahwa masyarakat yang pendidikannya rendah memiliki motivasi
yang rendah pula dalam memilih32. Hal ini diperkuat oleh Thomas E. Canavaugh
bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan sekolah dasar memiliki motivasi
yang rendah dalam memilih (motivasi memilh hanya 59%), seseorang dengan
tingkat pendidikan sekolah menengah memiliki motivasi sebesar 72%, dan
seseorang yang pendidikannya sarjana memiliki motivasi yang sangat tinggi
dalam memilih yaitu sebesar 85%.33 menurut Bernard R. Berelson dkk34
32 Samuel J. Dan Eldersvelt. Political Parties In American Society. New York: Basic Book Inc.,
1982. Hlm 338-339.
33 Thomas E. Canavaugh dalam Samuel J. Dan Eldersvelt.,Ibid.
34 Bernard R. Barelson dkk, dalam Peter Woll. American Goverment, Reading And Cases. USA:
Litlle, Brown, and Company, 1984. Hlm 212-214.
,
masyarakat yang demokratis haruslah mengetahui dengan baik mengenai kondisi
perpolitikan disekitarnya, isu apa yang sedang berkembang, bagaimana
sejarahnya, keterhubungannya dengan fakta yang terjadi, untuk apa suatu partai
politik didirikan dan apa pengaruh dari hadirnya partai politk tersebut. Disinilah
pendidikan dibutuhkan, pendidikan dibutuhkan bagi pemilih untuk melihat situasi
politik yang ada, menilai kampanye yang dilakukan suatu partai politik, sehingga
ia dapat menentukan pilihannya secara rasional. Berbeda dengan masyarakat yang
berpendidikan rendah sehingga cenderung memilih berdasarkan ikatan emosional
kepada kandidat, partai maupun social group tertentu. Maka dalam penelitian ini,
penulis mengasumsikan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang dapat
mempengaruhi pilihan politik seseorang, dimana pendidikan merupakan faktor
penting sebagai alat untuk membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu terhadap
seorang calon anggota legislatif maupun suatu partai politik sehingga pada
(36)
1.6 PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka teori yang telah saya uraikan diatas, maka yang
menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Faktor tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap perilaku pemilih masyarakat kelurahan Kopelma Darussalam pada pemilu anggota DRPK Banda Aceh tahun 2009”.
1.7 DEFINISI KONSEP
Adapun definisi konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1.7.1 Perilaku Pemilih
Perilaku memilih didefinisikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam
pemilihan umum melalui serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah
memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Kalau memutuskan memilih,
apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y.
Pilihan-pilihan tersebut didasari oleh pertimbangan-pertimbanagn yang terlebih dahulu
dilakukan seorang pemilih, pertimbangan tersebut meliputi pertimbangan terhadap
visi, misi, track recod Caleg/ Partai Politik, kharisma, maupun kedekatan dengan
Caleg/ Partai Politik tertentu.
1.7.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah pendidikan
terakhir responden yang kemudian akan diklasifikasikan kedalam
(37)
1.8 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional yaitu unsur yang sangat membantu komunikasi antar
penelitian, yang merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur.
Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti
akan mengetahui pengukuran variabel sehingga dapat mengetahui baik buruknya
pengukuran tersebut. Maka, definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X)
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan
yang diukur melalui indikator-indikator berikut:
Rendah : SD – SMP
Sedang : SMA
Tinggi : Sarjana D3, S1, S2 dan Sederajat
2. Variabel Terikat (Y)
Yang menjadi variabel terikat adalah perilaku pemilih, yaitu
pertimbangan-pertimbangan yang pemilih lakukan dalam memilih seorang Caleg/ Partai Politik
tertentu, meliputi pertimbangan terhadap visi, misi, track recod Caleg/ Partai
Politik, kharisma, maupun kedekatan dengan Caleg/ Partai Politik tertentu.
1.9 METODOLOGI PENELITIAN
1.9.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif,
yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk, mengetahui hubungan antar variabel,
dan dianalisa secara kuantitatif dengan menampilkan tabel-tabel dan kemudian
dideskripsikan.35
35 Mardalis, Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Hlm. 26.
(38)
1.9.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di kelurahan Kopelma Darussalam, Kota Banda
Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
1.9.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan cara: kuisioner
yang berisi pertanyaan dan kemudian diberikan kepada responden untuk dijawab
secara tertulis, hasil kuisioner tersebut akan dituangkan kedalam angka-angka
maupun koding, tabel-tabel, dan analisa statistik, serta kesimpulan penelitian.
1.9.4 Populasi dan Sampel Penelitian 1.9.4.1Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Maka yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kelurahan Darussalam
yang sudah berumur 17 tahun atau yang sudah menikah dan terdaftar sebagai
pemilh di kelurahan tersebut yaitu berjumlah 2.949. namun dari jumlah tersebut,
yang menggunakan hak pilihnya hanya sebanyak 1.655 orang.36
Tingkat pendidikan
Maka, jumlah
populasi dalam penelitian ini adalah 1.655 Orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1: Rincian Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Jumlah
Rendah 275 Orang
Sedang 421 Orang
Tinggi 959 Orang
Sumber: Diolah berdasarkan data di Kantor Kecamatan Syiah Kuala
(39)
n =
n =
n =
1.9.4.2Sampel
Sampel merupakan sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah
populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, digunakan
rumus Taro Yamane:
N
N. d2 + 1 ...37
1.655 n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi ( Tingkat kesalahan penarikan sampel ditetapkan 10%
dengan tingkat kepercayaan 90%)
1.655 x 0,01 + 1
1.655
17,55
n = 94 Orang
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 94 orang dari Total populasi
1.655 orang. Dikarenakan terdapat tingkatan pendidikan responden yang
berbeda-beda, penarikan sampel dilakukan peneliti secara Stratified Sampling38
37 Jalaludin Rahmat,. Metode Penelitian Komunikasi . Bandung: Remaja Rodaskarya. 1995.
Hlm.82
38 Sutrisno Hadi. Statistik. Yogyakarta: ANDI, 200. Hlm 225.
yaitu
teknik pengambilan sampel yang dipergunakan jika unit-unit elementer dari
(40)
diteliti. Maka penentuan sampel di tiap tingkatan pendidikan hingga memenuhi
jumlah 94 orang memperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2: Sebaran Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden.
Tingkat Pendidikan Rumus Sampel sampel
Rendah 275
X 94 = 15,6 1655
16 Orang
Sedang 421
X 94 = 23,9 1655
24 Orang
Tinggi 959
X 94 = 54,4 1655
54 Orang
Jumlah 94 Orang
1.9.5 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui korelasi antar variabel dengan tujuan pembuktian benar-tidak
nya hipotesis, maka peneliti menggunakan analisa Deskriptif Kuantitatif
menggunakan alat uji statistik SPSS. Data-data akan disajikan kedalam tabel-tabel
frekuensi dan tabel silang (Crosstabs) yang nantinya akan dianalisa untuk melihat
ada-tidaknya hubungan antara variabel X (Tingkat Pendidikan) dan Variabel Y
(Perilaku Pemilih). Analisa dilakukan dengan mengkombinasikan antara hasil
penelitian dalam bentuk data-data dengan hasil wawancara yang telah dilakukan
(41)
1.10 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
BAB I ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka teori, perumusan hipotesis, definisi konsep, definisi
operasional metede penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini digambarkan secara umum tentang lokasi penelitian.
BAB III : PENYAJIAN dan ANALISIS DATA
Bab III ini berisi penyajian dan analisis data Deskriptif kuantitatif yang diperoleh
dari lapangan yaitu dari jawaban pada kuisioner yang telah diberikan kepada
responden serta hasil wawancara yang dituangkan kedalam tabel-tabel.
BAB IV : PENUTUP
BAB IV ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta berisi
(42)
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Terbentuknya Kelurahan Kopelma Darussalam
Kelurahan Darussalam disebut sebagai Kopelma (Komplek Pelajar dan
Mahasiswa) Darussalam dikarenakan, Kopelma Darussalam sebagai pusat
pendidikan di Banda Aceh. Hal ini dikarenakan, Darussalam adalah pusat ilmu
pengetahuan dan kebudayaan di nusantara dan wilayah Asia tepatnya saat
kerajaan dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Menururt sejarah, Kopelma
(Komplek Pelajar dan Mahasiswa) dimulai dengan terbentuknya sebuah badan
atau yayasan bernama Yayasan Dana Kesejahteraan (YDKA) tanggal 21 April
1958. 39
Kehadiran Kopelma Darussalam merupakan suatu inisiatif pendahulu Aceh
dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia. Inisiatif itu muncul akibat
banyakanya korban jiwa dan harta benda Bangsa Aceh dalam pertempuran pada
masa DI/TI tahun 1953-1962. Pada masa itu para pemimpin Aceh yang tidak
bergabung dengan DI/TII seperti Syamaun Gaharu, Ali Hasjimy, Teuku Hamzah,
Tgk Hasbi Ash-Shiddieqy mengajak para pemimpin untuk mendirikan suatu
kampus perguruan tinggi umum dan agama di Aceh. Hasil sebuah rapat yang
berlangsung tanggal 1 februari 1958 yang salah satu isinya adalah “ di Ibukota
Propinsi Aceh didirikan Kota Pelajar dan Mahasiswa sebagai pusat lembaga
pendidikan tinggi di Aceh”. 40
39 Hasanuddin Yusuf Adan. Politik dan Tamaddun Aceh. Banda Aceh: Adnin Foundation,2006.
Hlm 109.
(43)
Kopelma Darussalam diresmikan oleh Menteri agama RI K.H Moh Ilyas
tanggal 17 agustus 1958 dan dilakukan pula peletakan batu pertama pembangunan
Unsyiah. Setahun kemudian Kopelma Darussalam diresmikan oleh Soekarno
dengan pembukaan Fakultas Ekonomi sebagai embrio Unsyiah. Kopelma
Darussalam ditandai sebuah Tugu yang diresmikan oleh Presiden Soekarno dan ia
menuliskan kata-kata di tugu tersebut: Tekad bulat melahirkan perbuatan yang
nyata, Darussalam menuju kepada pelaksanaan cita-cita. Selain Universitas
Syiah Kuala, di Komplek tersebut terdapat pula IAIN Ar Raniry sebuah
perguruan tinggi islam ternama.41
NO.
Kelurahan Kopelma Darussalam dikepalai oleh seorang kepala Kelurahan
atau biasanya disebut dengan Geuchik Gampong. Semua aktivitas di Kelurahan
Kopelma Darussalam dilaksanakan di rumah dinas dosen Universitas Syiah Kuala
yang dimiliki oleh Bapak Rusli Alibasyah selaku Geuchik Gampong. Tidak ada
gedung khusus seperti kelurahan pada umumnya. Terdapat sebuah ruangan khusus
di Rumah Geuchik yang berfungsi sebagai kantor kelurahan. Geuchik dipilih
secara langsung oleh anggota masyarakat setempat untuk masa jabatan 6 tahun.
Berikut adalah Struktur aparatur kelurahan Kopelma Darussalam:
Tabel 3: Struktur Aparatur kelurahan Kopelma Darussalam.
NAMA JABATAN
1 DR. IR. M. RUSLI ALIBASYAH, M.S KADES/ GEUCHIK
2 DRS. ABDUL AZIZ SEKDES
3 TAUFIK ,SP KAUR. PEMERINTAHAN
4 T. ISKANDAR BEN HASAN,SE KAUR. UMUM
41 Kantor Kelurahan Kopelma Darussalam.
(44)
5 ROLY TRYWAHYUDI KAUR. KEUANGAN
6 IR. JALALUDDIN, M.Eng KAUR. PEMBANGUNAN
7 DRS. M. SALEH YAHYA KAUR. KESRA
1 DRS. T. RAZALI RASYID KADUS TIMUR
2 DRS. JOHAN M. ALI KADUS BARAT
3 DRS. A. FATA ISMAIL KADUS SEDERHANA
4 IR. JAMALUDDIN KADUS SELATAN
5 DSR. FAUZI MAHMUD KADUS UTARA
Sumber: Kantor Kecamatan Syiah Kuala
2.2 Keadaan Geografi
Kelurahan kopelma Darussalam memiliki luas Total yaitu 207,35 Ha
dengan luas daratan 193,50 Ha dan luas saluran 13,85 Ha. Kopelma Darussalam
terdiri atas lima dusun yaitu dusun Timur, Barat, Selatan, Utara, dan Sederhana.
Dilihat dari segi perbatasan wilayah, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Tungkop kabupaten Aceh besar. Sebelah barat berbatasan dengan Krueng
(Sungai) Aceh. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Limpok dan desa
Berabung yang berada di kabupaten Aceh Besar. Dan sebelah Utara berbatasan
dengan desa Rukoh dan desa Tanjung Selamat.
2.3 Keadaan Demografi Penduduk
Jumlah penduduk Total di kelurahan kopelma darussalam adalah 6.636 jiwa.
Yang terdiri dari 3.185 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 3.451 berjenis
kelamin perempuan. Jumlah penduduk tersebut tersebar di setiap dusun dengan
(45)
merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 2.176 jiwa.
Penduduk di Kopelma Darussalam terdiri dari penduduk asli dan pendatang,
penduduk pendatang biasanya adalah para mahasiswa yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi yang ada di kopelma darussalam yaitu UNSYIAH dan
IAIN-Ar-Raniry. Penduduk pendatang tersebut berasal dari sejumlah daerah-daerah di
Nanggroe Aceh Darussalam maupun dari luar Provinsi NAD, seperti Sumatera
Utara, Sumatera Barat, dan Pulau Jawa.
Tabel 4: Distribusi Penduduk Tiap Dusun
No Dusun Jumlah Penduduk Jumlah KK
1 Timur 2.176 Jiwa 272
2 Barat 1.680 Jiwa 210
3 Selatan 496 Jiwa 62
4 Utara 448 Jiwa 56
5 Sederhana 1838 Jiwa 160
Jumlah 6.636 Jiwa 760
Sumber : Data Internal Gampong Kopelma Darussalam, tahun 2009
2.3.1 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Dilihat dari segi pekerjaan, penduduk Kopelma Darussalam mayoritasnya
berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jumlah yang sangat signifkan
yaitu 2.588 jiwa. Mereka yang pekerjaannya sebagai pegewai negeri sipil tersebar
di berbagai sektor pemerintahan seperti guru, dosen, maupun yang bekerja di
(46)
Tabel 5: Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negeri/ TNI-POLRI 2.588 Jiwa
2 Pegawai Swasta 338 Jiwa
3 Wiraswasta 441 Jiwa
4 Petani dan Nelayan 43 Jiwa
5 Jasa dan Buruh Lepas 531 Jiwa
6 Lain-Lain 631 Jiwa
Jumlah 4572 Jiwa
Sumber : Data Internal Gampong Kopelma Darussalam, tahun 2009
2.3.2 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Usia
Berdasarkan data internal Kopelma Darussalam, diketahui jumlah penduduk
sebanyak 6.636 jiwa, jika dilihat dari faktor usia, penduduk Kopelma Darussalam
mayoritasnya adalah anak-anak, remaja, dan dewasa dalam jumlah yang lebih
banyak daripada balita dan manula. Dalam hal ini menunjukkan bahwa Kopelma
Darussalam memiliki modal tenaga kerja yang cukup melihat komposisi
penduduk yang termasuk kedalam usia produktif menunjukkan jumlah yang
cukup banyak.
Tabel 6: Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah
1 0 – 6 Tahun 356 Jiwa
(47)
3 16 – 21 Tahun 2.820 Jiwa
4 22 – 59 Tahun 1.889 Jiwa
5 60 Tahun Keatas 176 Jiwa
Jumlah 6.636 Jiwa
Sumber : Data Internal Gampong Kopelma Darussalam, tahun 2009
2.3.3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan modal dari pembangunan dan kunci dari sebuah
kemajuan, karena melalui pendidikan akan diperoleh suatu sikap dan pandangan
hidup yang membawa kita kepada taraf hidup yang lebih baik. Berikut adalah
tabel tingkat pendidikan penduduk di Kopelma Darussalam:
Tabel 7 : Tingkat Pendidikan Penduduk
No Pendidikan Jumlah
1 TK 237 Jiwa
2 SD 775 Jiwa
3 SMP 984 Jiwa
4 SMA 1.410 Jiwa
5 Akademi 187 Jiwa
6 Universitas 2.226 Jiwa
Jumlah 5.819 Jiwa
(48)
Tabel diatas memperlihatkan bahwa penduduk Kopelma Darussalam
termasuk kedalam golongan penduduk yang berpendidikan menengah keatas.
Lebih dari 50% penduduk Kopelma Darussalam menjalankan wajib belajar 9
tahun yang dijalankan oleh pemerintah. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat relatif tinggi. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin banyak pula informasi dan pengetahuan
yang akan didapatkannya. Hal ini tentu saja akan berimplikasi terhadap perilaku
pemilih, dimana melalui informasi yang banyak dan minat yang tinggi terhadap
politik, maka seseorang akan mampu menentukan pilihannya secara rasional
dengan jalan menilai calon legislatif maupun partai politik melalui Visi/misinya.
2.4 Sarana Dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas merupakan hal yang substansial untuk mencapai tujuan
hidup masyarakat. Oleh karena itu, di Kelurahan Kopelma Darussalam, sarana
dan fasilitas yang dimiliki adalah:
Tabel 8: Sarana Pendidikan Formal No Sarana Pendidikan Jumlah
1 TK 3
2 SD 2
3 SMP 1
4 SMA 2
5 Universitas 2
(49)
Tabel 9: Sarana Pendidikan Keagamaan No Sarana Pendidikan Keagamaan Jumlah
1 Taman Pendidikan Al-Quran 4
Sumber : Data Internal Gampong Kopelma Darussalam, tahun 2009
Sarana pendidikan yang memadai merupakan hal yang paling penting untuk
memajukan aspek pendidikan, dalam tabel diatas terdapat sejumlah sarana
pendidikan berupa TK, SD, SMP, SMA, dan Universitas. Dengan jumlah tersebut
masyarakat mampu menambah pengetahuan formalnya dengan memasuki salah
satu sekolah dan universitas tersebut. Sedangkan pendidikan non formal yang
dapat dijumpai di Kopelma Darussalam adalah Taman Pendidikan Al-Quran.
seperti yang terdapat di tabel dibawah ini, bahwa terdapat 4 Taman Pendidikan
Al-Quran yang merupakan sarana penduduk khususnya anak-anak dalam
memperdalam ilmu keagamaan mereka. Sarana pendidikan nonformal lainnya
seperti tempat-tempat kursus tidak terdapat di Kopelma Darussalam namun
letaknya tidak jauh dari Kopelma Darussalam sehingga akses terhadap pendidikan
nonformal tersebut tidaklah sulit.
Tabel 10: Sarana Kesehatan
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Poliklinik 1
3 Posyandu 1
4 Apotik 3
(50)
6 Tempat praktik Bidan 1
Sumber : Data Internal Gampong Kopelma Darussalam, tahun 2009
Sarana kesehatan di Kopelma darussalam dapat dikatakan sangat memadai
melihat tabel diatas yang menunjukkan bahwa terdapat 12 sarana kesehatan
berupa puskesmas, poliklinik, posyandu, apotik, praktik dokter dan bidan. Hal
tersebut merupakan suatu kemudahan bagi masyarakat dikarenakan mereka dapat
memperoleh akses kesehatan dengan jarak yang dekat. Praktik Dokter banyak
terdapat di perumahan Dosen UNSYIAH dimana selain sebagai staff pengajar di
fakultas kedokteran, dan ilmu keperawatan, pada sore harinya sejumlah dosen
tersebut membuka praktik dirumahnya sendiri yang terdiri diantara mereka adalah
dokter umum, dokter spesialis, maupun dokter gigi.
2.5 Sistem Politik
Kegiatan politik yang dilakukan masyarakat kelurahan Kopelma
Darussalam tidak hanya sekedar memberikan suara pada saat pemilu saja,
masyarakat setempat ada pula yang berpartisipasi dalam politik melalui
keikutsertaannya dalam sejumlah partai politik baik lokal maupun nasional. Pada
pemilu anggota DPRK Banda Aceh tahun 2009, jumlah pemilih tetap yang
terdaftar didalam daftar pemilih tetap di kelurahan Kopelma Darussalam
berjumlah 2.949 Orang yang terdiri atas 1.247 orang laki-laki dan 1.702 orang
perempuan. Pada pemilu kali ini, di kelurahan Kopelma Darussalam terdapat 8
tempat pemungutan suara (TPS) yang datanya dapat kita lihat pada tabel dibawah
ini, diikuti tabel data pemilih yang menggunakan hak pilih, beserta perolehan
(51)
Tabel 11: Distribusi Pemilih Tetap Di Tiap TPS
No TPS Jumlah Pemilih
1. TPS 1 389
2. TPS 2 234
3. TPS 3 430
4. TPS 4 423
5. TPS 5 431
6. TPS 6 385
7. TPS 7 406
8. TPS 8 242
Jumlah 2.949
Sumber : Kantor Kecamatan Syiah Kuala
Tabel 12: Data Pemilih Dan Penggunaan Hak Pilih No Data Pemilih Dan Penggunaan Hak Pilih Jumlah 1. Jumlah pemilih terdaftar dalam daftar pemilih
tetap.
2.949
2. Jumlah pemilih terdaftar dalam DPT yang
menggunakan hak pilih.
1.655
3. Jumlah pemilih terdaftar dalam DPT yang tidak
menggunakan hak pilih.
1.294
4. Jumlah pemilih terdaftar dalam datar pemilih
tambahan yang menggunakan hak pilih dari TPS
lain.
2
(52)
Tabel 13: Rincian Perolehan Suara A+B (Partai Politik dan Calon Legislatif) Pada Pemilu DPRK Banda Aceh Tahun 2009
No Partai Politik Jumlah Suara A+B
1. Partai Hati Nurani Rakyat 2
2. Partai Karya Peduli Bangsa 8
3. Partai Pengusaha dan pekerja Indonesia 1
4. Partai pengusaha dan Pekerja Indonesia 3
5. Partai Gerakan Indonesia Raya 6
6. Partai Barisan Nasional 0
7. Partai keadilan dan Persatuan Indonesia 1
8. Partai Keadilan Sejahtera 639
9. Partai Amanat Nasional 21
10. Partai Perjuangan Indonesia Baru 0
11. Partai Kedaulatan 2
12. Partai Persatuan daerah 4
13. Partai Kebangkitan Bangsa 51
14. Partai Pemuda Indonesia 5
15. Partai nasional Indonesia Marhaenisme 1
16. Partai Demokrasi pembaruan 5
17. Partai Karya Perjuangan 0
18. Partai Matahari Bangsa 6 6
19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia 1
20. Partai Demokrasi Kebangsaan 2
(53)
Sumber: Kantor Kecamatan Syiah Kuala
22. Partai Pelopor 1
23. Partai Golongan Karya 50
24. Partai Persatuan Pembangunan 23
25. Partai Damai sejahtera 0
26. Partai Nasional benteng Kerakyatan Indonesia 0
27. Partai Bulan Bintang 24
28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 1
29. Partai Bintang reformasi 4
30. Partai Patriot 7
31. Partai Demokrat 233
32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia 0
33. Partai Indonesia Sejahtera 0
34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama 1
35. Partai Aceh Aman Seujahtera 11
36. Partai Daulat Aceh 11
37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh 28
38. Partai Rakyat Aceh 24
39. Partai Aceh 382
40. Partai Bersatu Atjeh 5
41. Partai Merdeka 2
42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 0
43. Partai Sarikat Indonesia 1
(54)
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
3.1 Karakteristik Responden
Tabel 14: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki 40 42,6 %
2 Wanita 54 57,4%
Jumlah 94 100%
Sumber: Kuisioner Penelitian 2011
Berdasarkan tabel diatas, mengenai karateristik responden berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan bahwa keterwakilan jumlah responden dari klasifikasi jenis
kelamin dalam penelitian ini cukup proporsional. Hal tersebut terlihat dari jumlah
responden laki-laki dan wanita dengan selisih yang tidak terlalu jauh sehingga
masih dianggap proporsional.
Tabel 15: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia responden Frekuensi Persentase
1 17-24 32 34,0%
2 25-32 18 19,1%
3 33-40 12 12,8%
4 41-48 11 11,7%
5 49-56 8 8,5%
(55)
7 65-72 2 2,1%
8 73-80 1 1,1%
Jumlah 94 100%
Sumber: Kuisioner Penelitian 2011
Tabel diatas menjelaskan bahwa responden yang diambil didalam penelitian
ini adalah yang terdaftar didalam DPT dan Menggunakan hak pilihnya dalam
pemilu DPRK Banda Aceh tahun 2009. Maka sebagaimana yang kita ketahui,
salah satu syarat mengikuti pemilu adalah telah berusia 17 tahun keatas. Oleh
karena itu, responden diambil dengan usia terendah yaitu 17 tahun. Selanjutnya
dapat kita lihat bahwa responden dengan usia produktif, yaitu 17-32 tahun lebih
signifikan jumlahnya dengan persentase sebanyak 34%, hal ini berkaitan dengan
situasi penduduk Kopelma Darussalam yang rata-rata adalah mahasiswa.
Tabel 16: Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 PNS/ TNI-POLRI 29 30.9%
2 Pegawai Swasta 14 14.9%
3 Wiraswasta 14 14.9%
4 Petani/ Nelayan 3 3.2%
5 Jasa Dan Buruh Lepas 13 13.8%
6 Mahasiswa/ Pelajar 17 18.1%
7 Ibu Rumah Tangga 4 4.3%
Jumlah 94 100%
(56)
Dari segi pekerjaan, responden yang berprofesi sebagai PNS dan
TNI-POLRI memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu 29 orang. Pada umumnya,
responden yang berprofesi sebagai PNS bekerja di sektor pemerintahan seperti
menjadi Dosen, Guru, TNI/ POLRI, maupun bekerja di sejumlah kantor-kantor
dinas pemerintahan yang ada di Kota Banda Aceh. Profesi sebagai pegawai
swasta tersebar di berbagai kantor yang dapat bergerak di bidang perbankan
misalnya, perhotelan, maupun perusahan-perusahaan swasta. Selanjutnya,
berwiraswasta dilakukan responden biasanya dengan membuka toko maupun
kursus-kursus tertentu. Petani dan Nelayan merupakan jenis pekerjaan responden
dengan jumlah yang paling sedikit, hal ini merupakan dampak dari tingkat
pendidikan penduduk yang rata-rata menengah keatas sehingga mereka memiliki
keinginan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Responden yang bekerja di
sektor jasa dan buruh lepas dilakukan misalnya dengan menjadi pembantu rumah
tangga, tukang bangunan, maupun penjaga toko.
3.2 Tingkat Pendidikan (Variabel X)
Untuk mengukur tingkat pendidikan, maka didalam kuisioner, penulis
mengajukan pertanyaan inti kepada responden mengenai pendidikan terakhir
responden dan pendidikan non formal yang pernah diikuti responden. Selanjutnya,
untuk menambah informasi mengenai tingkat pendidikan tersebut, penulis
mengajukan beberapa pertanyaan penunjang yang berfungsi untuk melihat
implikasi dari tingkat pendidikan tertentu terhadap pemahaman politik responden,
khususnya terkait dengan pemilu DPRK Kota Banda Aceh Tahun 2009.
(57)
mempermudah penilaian mengenai sejauh mana responden memiliki pengetahuan
tentang caleg/partai politik yang akan ia pilih nanti.
Tabel 17: Distribusi Jawaban Tingkat Pendidikan Responden No Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase
1 Rendah 16 17,1%
2 Sedang 24 25,5%
3 Tinggi 54 57,4%
Jumlah 94 100%
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang
kehidupan manusia kearah yang lebih baik. Dari 94 responden, yang tergolong
kedalam pendidikan tinggi yaitu sarjana jumlahnya sangat signifikan yaitu 54
orang dengan persentase 57,4%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden berpendidikan menengah keatas. Sudah sewajarnya Kopelma
Darussalam memiliki jumlah penduduk yang mayoritasnya berpendidikan
menegah keatas, hal ini terkait dengan Kopelma Darussalam sebagai pusat
pendidikan di Aceh dan mayoritas penduduknya adalah pelajar dan mahasiswa.
Oleh karena itu, mayoritas penduduk Kopelma Darussalam dapat dikatakan
berpendidikan menengah keatas.
Tabel 18: Distribusi Jawaban Pendidikan Non Formal Responden
No Jawaban Frekuensi Persentase
(1)
Tidak dipengaruhi
kurang mempengaruhi
Sangat
dipengaruhi Total Apakah pendidikan terakhir
anda?
tidak bersekolah 2 0 0 2
SD-SLTP 10 4 0 14
SMA 5 13 6 24
Sarjana Diploma/S1 dan
sederajat 1 5 48 54
Total 18 22 54 94
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 73.114a 6 .000
Likelihood Ratio 75.175 6 .000
Linear-by-Linear Association 57.241 1 .000
N of Valid Cases 94
a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,38.
Apakah pendidikan terakhir anda? * apakah pilihan teman/saudara mempengaruhi plhn anda? Crosstab
Count
apakah pilihan teman/saudara mempengaruhi plhn anda?
tidak
berpengaruh sbg bhn pertimbangan
sangat
berpengaruh Total Apakah pendidikan terakhir
anda?
tidak bersekolah 0 0 2 2
SD-SLTP 0 4 10 14
SMA 6 15 3 24
Sarjana Diploma/S1 dan
sederajat 51 3 0 54
Total 57 22 15 94
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
(2)
Pearson Chi-Square 93.204a 6 .000
Likelihood Ratio 92.848 6 .000
Linear-by-Linear Association 67.189 1 .000
N of Valid Cases 94
a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,32.
Apakah pendidikan terakhir anda? * Apakah yang menjadi alasan anda memilih parpol tsb? Crosstab
Count
Apakah yang menjadi alasan anda memilih parpol tsb? Kharisma/ketokoh
an calon/partai politik tertentu
kedekatan dengan calon/parpol
tertarik dengan
visi/misi Total Apakah pendidikan
terakhir anda?
tidak bersekolah 0 2 0 2
SD-SLTP 6 8 0 14
SMA 13 5 6 24
Sarjana Diploma/S1
dan sederajat 2 5 47 54
Total 21 20 53 94
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 62.532a 6 .000
Likelihood Ratio 68.176 6 .000
Linear-by-Linear Association 35.559 1 .000
N of Valid Cases 94
a. 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,43.
Apakah pendidikan terakhir anda? * Parpol manakan yang anda pilih? Crosstab
Count
Parpol manakan yang anda pilih?
parpol Lokal
parpol Nasional
islam
parpol Nasional
(3)
Apakah pendidikan terakhir anda?
tidak bersekolah 2 0 0 2
SD-SLTP 8 4 2 14
SMA 3 16 5 24
Sarjana Diploma/S1 dan
sederajat 15 29 10 54
Total 28 49 17 94
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.419a 6 .037
Likelihood Ratio 13.697 6 .033
Linear-by-Linear Association 2.903 1 .088
N of Valid Cases 94
a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,36.
Apakah pendidikan terakhir anda? * apa alasan anda menggunakan hak pilih? Crosstab
Count
apa alasan anda menggunakan hak pilih? Karena
memperoleh imbalan
Karena diajak teman/saudara
sadar akan hak
sebagai WN Total Apakah pendidikan terakhir
anda?
tidak bersekolah 1 1 0 2
SD-SLTP 2 11 1 14
SMA 0 10 14 24
Sarjana Diploma/S1 dan
sederajat 0 5 49 54
Total 3 27 64 94
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 55.972a 6 .000
(4)
Linear-by-Linear Association 44.721 1 .000
N of Valid Cases 94
a. 7 cells (58,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,06.
Apakah pendidikan terakhir anda? * Termasuk kedalam kategori mana dalam menggali informasi? Crosstab
Count
Termasuk kedalam kategori mana dalam menggali informasi? saya tidak berminat
sam sekali untuk mencari info
mengenai caleg/parpol yang
akan saya pilih
saya tidak begitu aktif menggali info mengenai caleg/parpol yang
akan saya pilih
saya aktif mencari info
mengenai caleg/parpol yang akan saya
pilih Total Apakah pendidikan
terakhir anda?
tidak bersekolah 2 0 0 2
SD-SLTP 11 3 0 14
SMA 0 20 4 24
Sarjana Diploma/S1 dan
sederajat 0 13 41 54
Total 13 36 45 94
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.027E2 6 .000
Likelihood Ratio 91.054 6 .000
Linear-by-Linear Association 60.726 1 .000
N of Valid Cases 94
(5)
Apakah pendidikan terakhir anda? * Ketika anda berkumpul dan berbincang-bincang bersama tmn dan kel,seberapa srg anda membicarakan masalah politik?trutama ttg pemilu DPRK?
Crosstab Count
Ketika anda berkumpul dan berbincang-bincang bersama tmn an kel,seberapa srg anda membicarakan masalah politik?trutama
ttg pemilu DPRK?
Tidak Pernah jarang Sering Total Apakah pendidikan terakhir
anda?
tidak bersekolah 1 1 0 2
SD-SLTP 13 1 0 14
SMA 4 12 8 24
Sarjana Diploma/S1 dan
sederajat 0 9 45 54
Total 18 23 53 94
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 79.359a 6 .000
Likelihood Ratio 77.817 6 .000
Linear-by-Linear Association 55.990 1 .000
N of Valid Cases 94
a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,38.
Apakah pendidikan terakhir anda? * seberapa sering anda menonton kampanye? Crosstab
Count
seberapa sering anda menonton kampanye?
Tidak Pernah Jarang Sering Total
Apakah pendidikan terakhir anda?
tidak bersekolah 2 0 0 2
SD-SLTP 12 2 0 14
SMA 5 13 6 24
Sarjana Diploma/S1 dan
sederajat 1 9 44 54
(6)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 73.521a 6 .000
Likelihood Ratio 72.564 6 .000
Linear-by-Linear Association 55.842 1 .000
N of Valid Cases 94