Pelaksanaan Bounding Attachment Pada Ibu Nifas Di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2014

(1)

PELAKSANAAN BOUNDING ATTACHMENT PADA IBU NIFAS DI KLINIK NINING PELAWATI KECAMATAN

LUBUK PAKAM

DEWI KOMALA SARI NASUTION 135102152

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIKA

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

(3)

(4)

PELAKSANAAN BOUNDING ATTACHMENT PADA IBU NIFAS DI KLINIK NINING PELAWATI KECAMATAN LUBUK PAKAM TAHUN 2014

ABSTRAK

Dewi Komalasari Nasution

Latar Belakang: Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Menurut penelitian ningrum (2013) di RSUD

Surakarta sebanyak 29,8% ibu yang tidak mengerti melakukan bounding attachment. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pelaksanaan bounding attachment di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014

Metodelogi: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif , penelitian ini dilakukan di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam pada tanggal 11 maret 2014. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 103 responden dan sampel sebanyak 60 responden dalam pengambilan sampel menggunakan konsekutive sampling.

Instrumen penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pelaksanaan

bounding attachment pada ibu nifas analisa data menggunakan analisa Univariate. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ibu yang melaksanaan bounding attachment

sebanyak 55 orang (91,7%) dan ibu yang tidak melakukan bounding attachment

sebanyak 5 orang (8,3%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian menunjukkan masih adanya ibu yang tidak melakukan bounding attachment sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan faktor kelelahan setelah persalinan, bayi sakit, penolakan dari ibu itu sendiri untuk melaksanakan bounding attachment . menurut hasil penelitian hendaknya bidan memberikan pemahaman kepada ibu nifas dan memberikan pelayanan dalam penerapan bounding attachment secara langsung kepada ibu dan bayinya, misalnya pada saat melaksanaan Imunisasi Menyusui dini dan rooming in. dan ibu mencari informasi tentang teknik dan manfaat dari bounding attachment .


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaika Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Pelaksanaan bounding attachment di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S,Kep.Ns, M.Kep. selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Farida Lindasari siregar S.Kep, Ns, M.Kep. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Ibu Febri Oktavinola kaban, SST, M.Keb selaku penguji II

5. Ibu klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk pakam yang telah memberikan saya tempat untuk penelitian.

6. Kak Rika Am.Keb pegawai klinik Nining Pelawati yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan penelitian.

7. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.


(6)

8. Kedua orang tua, kakak dan adik yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan, serta semangat kepada penulis.

10 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan, dorongan dan semangat yang telah diberikan. Sekian dan terima kasih.

Medan, Juni 2014

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i.

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR SKEMA... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D.Manfaat Penelitian... 5

1. Pelayanan Kebidanan... 5

2. Bagi ibu... 5

3. Bagi Peneliti... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas... 6

1. Pengertian... 6

2. Tahapan Masa Nifas... 6

3. Perubahan fisiologis dan antomis puerperium... 7

4. Perubahan sistem reproduksi... 7

5. Perubahan sistem pencernaan... 12

6. Perubahan sistem perkemihan... 13

7. Perubahan sistem muskuloskeletal... 13


(8)

9. Perubahan tanda vital... 15

10.Perubahan sistem kaedio vaskuler... 16

11.Perubahan sistem Hematologi... 17

12.Perubahan Komponen Darah... 17

B.Bounding attachment... 18

1. Pengertian... 18

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses bounding attachment... 19

3. Cara untuk melakukan bounding attachment... 20

4. Prinsip-prinsip dan Upaya Meningkatkan bounding attachment... . 22

5. Manfaat bounding attachment... 23

6. Hambatan bounding attachment... 24

7. Peran Bidan Dalam Mendukung Terjadinya Bounding Attachment... 24

8. Tahap-Tahap bounding attachment... 25

9. Elemen-Elemen bounding attachment... 25

10.Respon ayah dan keluarga... 27

11.Prilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir... 29

12.Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor... 30

13.Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap Bayi... 31

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A.Kerangka Konseptual... 33

B.Defenisi Operasional... 34


(9)

B.Populasi dan Sampel... 35

C.Tempat penelitian... 36

D.Waktu penelitian... 36

E. Etika penelitian... 36

F. Alat pengumpulan data... 37

G.Prosedur pengumpulan data... 38

H.Analisa Data... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 39

B. Pembahasan... 40

1. Karakteristik Responden... 40

2. Pelaksanaan bounding attachment... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... . 41

A. Kesimpulan... 41

B. Saran... 41

1. Bagi Ibu nifas... 41

2. Bagi bidan... 42

3. Bagi peneliti selanjutnya... 42


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik pelaksanaan Bounding attachment Pada ibu nifas di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk pakam Tahun 2014... 40 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi pelaksanaan Bounding Attachment pada

Ibu nifas di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Melaksanakan Penelitian Lampiran 3 : Sampul luar

Lampiran 4 : Sampul dalam

Lampiran 5 : Abstrak Bahasa Indonesia Lampiran 6 : Daftar isi

Lampiran 7 : Daftar tabel Lampiran 8 : Daftar Skema

Lampiran 9 : Defenisi Operasional Lampiran 10 : Tabel

Lampiran 11 : Lembar persetujuan Responden Lampiran 12 : Kuisoner


(13)

PELAKSANAAN BOUNDING ATTACHMENT PADA IBU NIFAS DI KLINIK NINING PELAWATI KECAMATAN LUBUK PAKAM TAHUN 2014

ABSTRAK

Dewi Komalasari Nasution

Latar Belakang: Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Menurut penelitian ningrum (2013) di RSUD

Surakarta sebanyak 29,8% ibu yang tidak mengerti melakukan bounding attachment. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pelaksanaan bounding attachment di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014

Metodelogi: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif , penelitian ini dilakukan di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam pada tanggal 11 maret 2014. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 103 responden dan sampel sebanyak 60 responden dalam pengambilan sampel menggunakan konsekutive sampling.

Instrumen penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pelaksanaan

bounding attachment pada ibu nifas analisa data menggunakan analisa Univariate. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ibu yang melaksanaan bounding attachment

sebanyak 55 orang (91,7%) dan ibu yang tidak melakukan bounding attachment

sebanyak 5 orang (8,3%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian menunjukkan masih adanya ibu yang tidak melakukan bounding attachment sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan faktor kelelahan setelah persalinan, bayi sakit, penolakan dari ibu itu sendiri untuk melaksanakan bounding attachment . menurut hasil penelitian hendaknya bidan memberikan pemahaman kepada ibu nifas dan memberikan pelayanan dalam penerapan bounding attachment secara langsung kepada ibu dan bayinya, misalnya pada saat melaksanaan Imunisasi Menyusui dini dan rooming in. dan ibu mencari informasi tentang teknik dan manfaat dari bounding attachment .


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Saat bayi dilahirkan adalah saat yang menakjubkan bagi seorang ibu karena ibu dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali. Masa tenang diperoleh ibu setelah melahirkan pada saat ibu merasa rileks. Masa tenang ini memberikan peluang ideal untuk memulai pembentukan ikatan batin ( Muslihatun, 2010 : hal 52).

Bayi yang baru lahir menunjukkan serba tidak berdaya, namun dibalik

Ketidak berdayaannya tersebut pada dirinya terdapat berbagai potensi yang siap berkembang. Bayi akan berkembang dengan baik dan berbagai potensi yang dimiliki dapat berubah menjadi kemampuan nyata bila dirinya mendapatkan stimuli dari lingkungannya terutama lingkungan sosial (Kuntjojo, 2010: ¶1).

Kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal. Pada proses ini, terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya. Kebutuhan untuk menyentuh dan disentuh adalah kunci dari insting

primata. Bayi mempelajari lingkungan dengan membedakan sentuhan dan pengalaman antara benda yang lembut dan yang keras, sama halnya dengan membedakan suhu panas dan dingin (Sulistyawati, 2009 : hal 59).

Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang ibu yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologi dan fisiologi. Ikatan ibu dan anak


(15)

dimulai sejak anak belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh individu. Sesudah lahir sampai minggu-minggu berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu penghargaan satu sama lain ( Marmi, 2012 : hal 71).

Setelah lelah dalam proses persalinan , ibu nifas akan merasa bahagia bila dekat dengan bayinya. Ibu dapat membelai-belai bayinya, mendengar tangis bayi, mencium-cium dan meperhatikan bayinya yang tidur di sampingnya ibu nifas dan bayi dapat segera mengenal. bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang bounding effect (Winkjosastro, dkk, 2006).

Bounding merupakan suatu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi

(kasih sayang ) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Attachment merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Jadi Bounding

Attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk

memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang diberikan terhadap bayinya maka akan berbentuk ikatan batin antara orang tua dan bayinya (Marmi, 2012 : hal 67).

Ikatan awal diartikan sebagaimana perilaku orang tua terhadap kelahiran bayinya pada masa-masa awal. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yang termasuk dalam faktor internal, antara lain bagaimana dia dirawat oleh orang tuanya, bawaan genetiknya, internalisasi praktik, kultural, adat istiadat dan nilai, hubungan antar pasangan keluarga-orang lain, pengalaman kelahiran dan ikatan sebelumnya, bagaimana memfantasikan sebagai orang tua, daan lain-lain sedangkan faktor eksternal meliputi perawatan yang diterima pada saat kehamilan, persalinan dan pasca partum, keadaan bayi yang baru lahir dan apakah bayi dipisahkan dalam 1-2 jam pertama setelah kelahiran.


(16)

Adapun bentuk ikatan awal antara ibu dan bayi seperti : sentuhan, ibu memulai dengan sentuhan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ektremitas

bayinya, perabaan digunakan untuk membelai tubuh dan mungkin bayi akan dipeluk oleh lengan ibunya, gerakan dilanjutkan sebagai usapan lembut untuk menenangkan bayi, bayi akan merapat pada payudara ibu, menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya. Kemudian kontak mata, bau badan, kehangatan tubuh, suara ( Sulistyawati, 2009 : hal 68).

Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini yaitu kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, refleks menghisap dilakukan dini, pembentukan kekebalan aktif dimulai, mempercepat ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh) ; waktu pemberian kasih sayang ; stimulasi hormonal (Marmi, 2012 : hal 70).

Menurut hasil studi yang dilakukan Mahardika Cahya Ningrum di RSUD Surakarta sebanyak 29,8% ibu yang tidak mengerti melakukan Bounding Attachment

pada ibu nifas .

Mengingat pentingnya kasih sayang antara ibu dan anak ( Bounding Attachment ) maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pelaksanaan Bounding Attachment pada ibu nifas di klinik Nining Pelawati kecamatan lubuk pakam Tahun 2014”.

Dilakukannya penelitian di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam karena masih banyaknya ibu yang tidak melakukan Bounding Attachment.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut “ Bagaimana Bonding Attachment pada ibu nifas di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk pakam tahun 2014?”.


(17)

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui Pelaksanaan Bounding attachment pada ibu nifas di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kebidanan

Dapat membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran.

2. Bagi ibu

lebih meningkatkan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.

3. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah telah dipelajari selama perkuliahan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Nifas

a. Pengertian

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu ( Williams, 2013).

Periode pasca partum (Nifas) adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil . periode pemulihan pasca partum berlangsung sekitar enam minggu ( Varney, 2008).

Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu ( Marmi, 2012).

b. Tahapan masa nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu Puerperium dini, puerpurium intermedial, dan remote puerperium ( Sulystyawati, 2009).

1). Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.


(19)

2). Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya 6-8 minggu.

3). Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

c. Perubahan fisiologis dan anatomis puerperium ( Varney, 2008 ).

Meskipun istilah involusi telah digunakan untuk menunjukkan perubahan retrogresif yang terjadi sistem organ dan struktur saluran reproduksi, istilah ini lebih spesifik menunjukkan adanya perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Demi kejelasan, defenisi involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan pueperium.

d. Perubahan sistem reproduksi ( Sulystyawati, 2009 ).

1). Perubahan Uterus a). Uterus

(1). Pengeluaran Rahim ( involusi )

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadiu neurotic (layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya.


(20)

(a). Pada saat bayi lahir, fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat dengan berat 1000 gram.

(b). Pada akhir kala III , Tinggi Fundus uteri teraba 2 jari di bawah pusat

(c). Pada 1 minggu post partum, tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram.

(d). Pada 2 minggu post partum tinggi fundus uteri teraba di atas simfisis dengan berat 350 gram.

(e). Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram.

involusi terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain : I. Autolysis

Autolysis merupakan penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

I. Atrofi jaringan

Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.

II. Efek Oksitosin ( Kontraksi)

Intensitas Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine


(21)

yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses homeostais. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas lekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus dapat berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intraven atau intramuskulaer, segera setelah kelahiran bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.

2). Lokhea

Lokhea adalah ekresesi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.

a) Lokhea dibagikan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : (1). Lokhea Rubra/Merah

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum

cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.


(22)

(2). Lokhea Sanguinolentha

Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum

(3). Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14

(4). Lokhea alba/putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

3). Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada servuks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsentensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan yang kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. pada minggu ke-6 post partum, seviks sudah menutup kembali


(23)

2). Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.

Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina pada umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman ( sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terjadi infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sehingga terjadi sepsis.

3). Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil.

d. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong pengeluaran cairan yang berlebih pada waktu persalinan, kurangnya saupan caitan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan


(24)

e. Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum, kadar hormon estrogennya yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan oedem dan hyperemia, kadang-kadang oedem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio uterine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setia kali kencing masih tinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.

f. Perubahan sistem muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum


(25)

menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik dikulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.

g. Perubahan sistem endokrin

1) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun denga cepat setelah persalinan HCG (Human

Chorionic Gonadotropin ) menurun denga cepat dan menetap sampai 10% dalam

3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.

2) Hormon Pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin akan menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah sehingga ovulasi terjadi.

3) Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.


(26)

4) Kadar estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI (Air susu ibu ).

h. Perubahan tanda vital

1). Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-38 C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan Air susu ibu. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain).

2). Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah abnormal dan hal ini akan menunjukkan adanya kemungkinan infeksi

3). Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah . kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum.


(27)

4). Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.

i. Perubahan sistem kardio vaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasenta kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan .

Pada persalinan,vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan pada sectio caesarea, pemgeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit). Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah ibu akan relatif bertambah keadaan ini akan menyebabkan pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali pada sedia kala. Umumnya ini terjadi pada 3-5 hari post partum.

j. Perubahan sistem hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan semakin


(28)

mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukotositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologi jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.

Jumlah Hb,Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa post partum sebagai sebagai akibat volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.

k. Perubahan komponen darah

Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktasi, namun dalam satu minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali normal.

2. Bounding Attachment a. Pengertian

Bounding attachment dapat dimulai pada saat persalinan memasuki kala IV,

dengan cara diadakan kontak antara ibu-ayah-anak yang berada dalam ikatan kasih sayang. Menurut Brazelton (1978), Bounding merupakan suatu ketertarikan mutual, pertama antar individu, misalnya orang tua dan anak pada saat pertama kali ketemu.


(29)

individu dengan individu yang lain. Menurut Nelson & May (1996), attachment

merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.

Menurut Klaus, Kennel (1992), Bounding attachment bersifat unik, spesifik dan bertahan lama. Ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat.

Menurut Saxton dan Pelikan (1996), Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir, sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.

Jadi menurut Maternal Neonatal Health, Bounding attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada saat persalinan kala III sampai dengan post partum ( Muslihatun 2010).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses Bounding Attachment

1) Kesehatan Emosional orang tua

Orang tua mengharapkan kehadiran sang anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut.respon emosi yang positif dapat membantu terjadinya bounding attachment ini.

2). Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.

Dalam berkomunikasi dan keterampilan merawat anak, oraang tua satu dengan orang tua yang lain tentu tidak sama tergantung dengan kemampuan yang dimiliki


(30)

masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.

3). Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan.

Dukungan keluarga, teman terutama dari pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatau semangat/ dengan dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang penuh kepada bayinya.

4). Kedekatan antara Orang tua dan anak

Dengan menggunakan metode rooming in kedekatan antara kedua orang tua dan anak akan terjalin secara langsung dan menjadi cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.

5) Kesesuaian antara Orang tua dan anak ( keadaan anak, jenis kelamin)

Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat/normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.

c. Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment

1). Sentuhan

Sentuhan, atau indra praba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni suatu pengasuh memulai eksplorasi jari tangan kebagian kepala dan tungkai kaki.

Tidak lama kemudian pengasuh mamakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya ( Rubin, 1963; Kennel, 1982; Tulman, 1985). Gerakan ini dipakai untuk menenangkan bayi.


(31)

2) Kontak Mata

Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya

3). Suara

Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang, sedangnkan bayi akan menjadi tanang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.

4). Aroma

Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayinya ialah respon terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perrly, 1983). Sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).

5). Gaya Bahasa

Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengna struktur pembicaraan orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakana suatu pola komunikasi efektif yang positif.

6) Rawat Gabung

Rawat gabung meruapakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar anatara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan sikologis bayi


(32)

selanjutnya. Karena kehangatan tubuh itu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkanoleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari.

7). Inisiasi Dini

Setelah bayi lahir dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya dengan demikian dia melakukan reflek sucking.

d. Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment

1) Dilakukan segera (menit pertama jam pertama). 2) Sentuhan orang tua pertama kali.

3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua dan anak. 4) Kesehatan emosional orang tua.

5) Terlibat memberikan hubungan dan proses persalinan. 6) Persiapan Post Natal Care sebelumnya.

7) Adaptasi.

8) Tingkat kemampuan, komunikasi, dan keterampilan untuk merawat anak. 9) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan

pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman. 10) Fasilitas untuk kontak lebih lama.

11) Penekanan pada hal-hal positif. 12) Perawat maternitas khusus (bidan)

13) Libatkan anggota keluarga lainnya atau dukungan sosial dari keluarga teman dan pasangan.

14) Informasi bertahap mengenai bounding attachment Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).


(33)

e. Manfaat bounding attachment

1) Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,menumbuhkan sikap sosial. 2) Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

Namun menurut Klaus, kennel (1982) ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini

a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat. b) Reflek mengisap dilakukan dini.

c) Pembentukan kekebalan aktif dimulai.

d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (Body warm (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).

3) Akan sangat berpengaruh positif pada pola prilaku dan kondisi psikologis bayi kelak

f. Hambatan bounding attacment

1) Kurangnya support sistem. 2) Ibu dengan resiko (ibu sakit).

3) Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik). 4) Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

g. Peran bidan dalam mendukung terjadinya bounding attachment

1). Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran .

2). Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya baik melalui sikap ucapan maupun tindakan.

3). Sewaktu pemeriksaan ANC bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar.


(34)

5). Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bounding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran hendaknya bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayi dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu beresiko, ibu dapat tetap melakukanj bounding attachment ketika ibu memberi ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.

h. Tahap-Tahap Bounding attachment

1) Perkenalan (acquintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayi nya.

2) Bounding (keterikatan)

3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain. Menurut Klaus, kenell (1982), bagian penting dari iktan ialah perkenalan

i. Elemen-elemen bounding attachment

1) Sentuhan

Sentuhan, atau indra praba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni suatu pengasuh memulai eksplorasi jari tangan kebagian kepala dan tungkai kaki.

Tidak lama kemudian pengasuh mamakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya ( Rubin, 1963; Kennel, 1982; Tulman, 1985). Gerakan ini dipakai untuk menenangkan bayi.


(35)

2) Kontak mata

Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Kennel,1982).

3) Suara

Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang, sedangnkan bayi akan menjadi tanang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.

4) Aroma

Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayinya ialah respon terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perrly, 1983). Sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).

5) Entrainment

Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengna struktur pembicaraan orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakana suatu pola komunikasi efektif yang positif.

6) Bioritme

Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah ritme personal


(36)

(Bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untik belajar

j. Repon ayah dan keluarga

Sebagai ayah baru peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengadung sibayi selama sembilan bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika watu persalina semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Disatu pihak ssang ayah mungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain adalah bayinya juga.

Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta gugup. Suatu menyaksikan kelahiran bayinya perasaan komitmen dan cinta membanjir kepermukaan menghilangkan kekhawatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat bayi ini selama dua puluh tahun kedepan dapat membuat sang ayah lemah.

Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah seaktif mungkin, misalnya, saat isrinya melahirkan dirumahsakit, ayah mungkin ditempatkan didalam ruang rawat gabungsampai waktunya membawa bayi nya pulang kerumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai eserrta aktif.ayah akan mengenal bayinya dari permulaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emosional dengan istrinya.


(37)

Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus rumah tangga dan anak sebaik itu. Reaksi orang tua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir\, beda-beda hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman.masalah yang lain juga dapat berpengaruh, misalnya pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi yang baru lahir ada yang pisitif dan ada juga yang negatif.

1) Respon positif

Respon positif dapat ditunjukan dengan:

a) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran byinya dengan bahagia.

b) Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik c) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.

d) Persasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi. 2) Respon negatif

a) Kelahiran bayi tidak diinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai dengan keinginan.

b) Kurang berbahagia karena kegagalan KB (Keluarga berencana)

c) Perawatan ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah kurang perhatian.

d) Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.

e) Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat

f) Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu danaib bagi keluarganya.


(38)

k. Perilaku otang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir

1) Prilaku memfasilitasi

a) Menatap, mencari ciri khas anak, b) Kontak mata

c) Memberikan perhatian

d) Menganggaap anak sebagai individu yang unik e) Menganggap anak sebagai anggota keluarga f) Memberikan senyuman

g) Berbicara ataupun bernyanyi

h) Menunjukkan kebanggaan pada anak i) Mengajak anak pada acara keluarga

j) Memahami prilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak k) Bereaksi positif terhadap prilaku anak.

2) Prilaku penghambat

a) Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak.

b) Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak.

c) Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai. d) Tidak menggenggam jarinya.

e) Ter buru-buru dalam menyusui.


(39)

l. Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu ;

1) Faktor internal

Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasikan diri mereka sendiri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan.

2) Faktor eksternal

Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama kehamilan, melahirkan dan post partum, sikap dan prilaku pengunjung dan apakah bayi terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.

m. Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi

1) Kurang kasih sayang

2) Persaingan tugas sebagai orang tua

Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman merawat anak-anaknya lebih yakin melaksanakan peran orang tua dari pada mereka yang tidak mempunyai pengalaman merawat anak-anak.

3) Pengalaman melahirkan

Sikap ibu pada bayi akan lebih menyenangkan kalau pengalaman melahirkan relative lebih mudah daripada pengalaman lahir yang lama, sukar dan disertai komplikasi fisik.


(40)

4) Kondisi fisik ibu setelah melahirkan

Semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah melahirkan, semakin menyenangkan sikapnya terhadap bayi dan semakin yakin ia pada kemampuan untuk melaksanakan peran ibu secara memuaskan.

5) Cemas tentang biaya

6) Cacat atau kelainan pada bayi 7) Penyesuaian diri bayi pasca natal 8) Tangisan bayi


(41)

BAB III

KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau masalah kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan dibab tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang akan diteliti (Setiadi, 2007, hal. 64).

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Ibu nifas Pelaksanaan Bounding

attachment

1. Inisiasi Menyusu Dini 2. Sentuhan

3. Kontak mata 4. Aroma

5. Kehangatan tubuh 6. suara

7. gaya bahasa 8. rawat gabung


(42)

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pebaca dalam mengartikan makna penelitian (setiadi, 2007, hal.72).

No Variabel Defenisi Alat ukur cara ukur Hasil ukur Skala ukur Pelaksana an Bounding attahment pada ibu nifas Segala sesuatu yang dilakukan ibu nifas tentang ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak atau bounding attachment Kuisoner Lembar check list dengan 8 pernya taan

Observasi 1. dilaku Kan score 8 2. tidak dilakukan score 1-7 Nominal


(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran pelaksanaan Bounding attachment pada ibu nifas di klinik Nining pelawati kecamatan Lubuk pakam .

B. Populasi dan Sampel 1. populasi

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di klinik pelawati kecamatan lubuk pakam. Dari hasil survei pendahuluan jumlah populasi adalah 140 orang, data diambil pada bulan desember 2012 sampai dengan desember 2013.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (setiadi, 2007, hal.177). sampel dari penelitian ini yaitu seluruh ibu post partum yang ada di klinik Nining Pelawati kecamatan Lubuk Pakam.

Untuk menentukan jumlah sampel dengan menggunakan ketetapan absolut dan menggunakan rumus :

n = �

1+(�2)

keterangan : n = Jumlah sampel


(44)

N = Jumlah Populasi

d = ketetapan relative yang ditetapkan oleh peneliti (0,05) jadi sampel dalam penelitian ini adalah :

diketahuin N = 140 ;

n = �

1+� ( �2) =

140 1+140 (0.05)2

= 140

1+140(0,0025)

= 140

1+0,35

= 140

1,35

= 103

Jadi sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 103 responden. Dari hasil yang diperkirakan terdapat 60 responden.

Teknik Pengambilan Sampel menggunakan pendekatan secara consekutive

sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi

kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel terpenuhi ( setiadi,2007, hal. 183).

C. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik Nining Pelawati kecamatanLubuk pakam

D. Waktu penelitian


(45)

E. Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Izin Pimpinan Klinik Bersalin.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu :

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian pada responden, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Data-data diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(46)

F. Instrumen penelitian data

Instrumen penelitian ini terdiri dari variabel tunggal yaitu pelaksanaan Bounding attachment pada ibu nifas. Dalam pengumpulan data, data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh Langsung dari subjek Penelitian dengan menggunakan alat pengumpulan atau pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).

Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dengan model check- list (√) yang berhubungan tentang “Pelaksanaan Bounding attachment pada ibu nifas di klinik Nining pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014”. Lembar check- list akan di isi oleh peneliti sesuai dengan hasil observasi terhadap indikator penilaian pelaksanaan Bounding attachment pada ibu nifas di klinik Nining pelawati kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2014. Dengan jumlah pernyataan 8 soal . ibu dikatakan melakukan bounding attachment apabila pernyataan dari lembar observasi terisi 7-8 pernyataan yang telah dibuat oleh peneliti, dan apabila ibu tidak melakukan bounding attachment pernyataan dari lembar observasi hanya 1-6 yang terjawab atau dilaksanakan.

G. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program Studi D-IV Bidan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Disini peneliti menemui responden ditempat penelitian, peneliti meminta persetujuan responden dengan


(47)

menandatangi informed consent, setelah bersedia peneliti kemudian mengisi lembar kuisoner dalam bentuk observasi. dalam pengisian lembar kuisoner lembar observasi ini peneliti menggunaka asisten untuk membantu peneliti mengumpulkan data karena keterbatasan waktu. Peneliti juga mendokumentasikan data responden melihat pada data rekam medik berapa ibu yang melahirkan di klinik nining pelawati dalam jangka bulan desember 2013 sampai dengan desember 2014.

H. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa semua lembar checklist apakah data sudah lengkap dan benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data pengelolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Entry data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan. Analisa data dilakukan menggunakan analisa Univariant. analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang ditetili, yakni data yang bersifat kategori akan dicari frekuensi dan persentasenya dengan menggunakan Rumus :

P

=

� � 100 %

Keterangan : P = prosentase

F = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah soal


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pelaksanaan bounding attachment pada ibu nifas di klinik nining pelawati kecamatan lubuk pakam tahun 2014.

1. Analisis Univariant

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsi yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan. hasil akan disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi karakteristik responden di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014.

Karakteristik responden F %

Umur - 16-20 - 21-25 - 26-30 21 30 9 60 35 50 15 100 Tingkat pendidikan - SD - SMP - SMA - DIPLOMA - SARJANA Total 12 18 12 9 9 60 3,8 13,5 61,5 21,2 100 Pekerjaan - IRT - PNS - WIRASWASTA - PETANI Total 27 6 18 9 60 45 10 30 15 100


(49)

Dari tabel di atas mayoritas umur responden 21-25 tahun sebanyak 30 orang (50%), mayoritas tingkat pedidikan SMP sebanyak 18 orang (30%), dan mayoritas pekerjaan IRT sebanyak 27 orang (45%).

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi Pelaksanaan Bouding Attachment pada ibu Nifas di klinik Nining Pelawati kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014

Pelaksanaan Bounding attachment F %

Inisiasi menyusu dini 44 73,3%

Sentuhan 55 91,7%

Kontak mata 55 90%

Aroma 44 73,3%

Kehangatan tubuh 55 90%

Suara 55 90%

Gaya bahasa 55 90%

Rawat gabung 48 80%

Dari tabel diatas ibu yang melakukan pelaksanaan bounding attachment yaitu inisiasi menyusu dini sebanyak 44 orang (73,3%), sentuhan sebanyak 54 orang (90%), kontak mata sebanyak 54 orang (90%), aroma sebanyak 44 orang (73,3%), kehangatan tubuh 54 sebanyak 54 orang (90%) suara sebanyak 54 orang (90%), gaya bahasa sebanyak 54 orang (90%) dan rawat gabung sebanyak 48 orang (80%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 60 responden,

diketahui mayoritas ibu berumur antara 21-25 tahun sebanyak 30 orang (50%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo, (2003) bahwa umur seseorang

berpengaruh terhadap kehidupannya. Menurut UNFD (2001) umur merupakan salah satu faktor yang yang mempengaruhi pelaksanaan bounding attachment pada ibu nifas karena dengan bertambahnya umur maka pengetahuan bertambah.


(50)

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu berpendidkan SMP sebanyak 18 orang (30%). Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock, (2004) bahwa pendidikan berperan penting dalam menentukan kualitas manusia, dan akan dianggap lebih berpengetahuan apabila mengecap pendidikan. Menurut Dewi (2010) pendidikan adalah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu pekerjaannya IRT sebanyak 27 Responden (45%). Menurut Thomas (2010) pekerjaan adalah keburukam yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga.

2. Pelaksanaan Bounding Attachment

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 60 responden, ibu yang melakukan bounding attachment dengan IMD sebanyak 44 orang (73,3%) yang tidak melakukan sebanyak 17 orang (28,3%), ibu yang tidak melakukan IMD dikarenakan sudah dikasih susu formula setelah melahirkan, dan ada penolakan dari ibu sendiri untuk melakuikan IMD. sentuhan 55 orang (91,7%) yang tidak

melakukan sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan bayi sakit, kontak Mata 55 orang (91,7%) yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan bayi sakit, aroma sebanyak 44 (73,3%) yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan tidak melakukan IMD dan penolakan dari ibu itu sendiri, kehangatan tubuh sebanyak 55 orang (91,7%), yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%), suara sebanyak 55 orang (91,7), yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%),gaya bahasa sebanyak 55 orang (91,7%) yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%), rawat gabung sebanyak 48 orang (80%) dan yang tidak melakukan sebanyak 12 orang (20%).


(51)

Jadi secara keseluruhan yang melakukan bounding attachment sebanyak 55 orang (91,7%) dan yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%). Ibu yang tidak melakukan bounding attachment itu dikarena faktor kelelahan ibu setelah melahirkan sehingga ibu malas untuk melaksanaan bounding attachment, kemudian ada ibu yang yang melakukan penolakan saat diminta melakukan bounding attachment seperti melakukan IMD, aroma dan bayi sakit sehingga ibu tidak bisa melaksanakan

bounding attachment, kemudian tidak adanya pengalaman ibu tentang merawat bayi tersebut.

Bounding attachment dapat dimulai pada saat persalinan memasuki kala IV, dengan cara diadakan kontak antara ibu-ayah-anak yang berada dalam ikatan kasih sayang. Menurut Brazelton (1978), Bounding merupakan suatu ketertarikan mutual, pertama antar individu, misalnya orang tua dan anak pada saat pertama kali ketemu.

Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang meningkat individu dengan individu yang lain. Menurut Nelson & May (1996), attachment

merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.

Menurut Klaus, Kennel (1992), Bounding attachment bersifat unik, spesifik dan bertahan lama. Ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat.

Menurut Saxton dan Pelikan (1996), Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir, sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.


(52)

Jadi menurut Maternal Neonatal Health, Bounding attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada saat persalinan kala III sampai dengan post partum ( Muslihatun 2010). pemberian kasih sayang ; stimulasi hormonal (Marmi, 2012 : hal 70).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses bounding attachment adalah kesehatan emosional orang tua, tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak, dukungan sosial seperti keluarga,teman dan pasangan, kedekatan orang tua dengan anak, kesesuaian orang tua dan anak.

Menurut hasil studi yang dilakukan Ningrum (2013) di RSUD Surakarta

sebanyak 29,8% ibu yang tidak mengerti melakukan Bounding Attachment pada ibu nifas . menurut hasil penelitian Novi (2012) di klinik Cermin desa pegajahan

kabupaten serdang bedagai sebanyak 32,3% ibu yang tidak melakukan bounding attachment. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh wiwik (2013) di RSU Muhammaddiyah medan sebanyak 20,2% ibu yang tidak mengerti melakukan bounding attachment dan menurut hasil penelitian yang saya lakukan di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam Sebanyak (8,3%) ibu yang tidak

melakukan bounding attachment dikarenakan kurang mengertinya ibu tentang teknik dan manfaat bounding attachment, faktor kelelahan setelah persalinan, bayi sakit dan penolakan dari ibu itu sendiri untuk melakukan bounding attachment.


(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian mengenai pelaksanaan Bounding Attachment di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2014. Yang dilakukan pada 60 responden maka disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan karakteristik responden mayoritas ibu yang berusia 21-25 tahun sebanyak 30 orang (50%), mayoritas tingkat pedidikan SMP sebanyak 18 orang (30%), dan mayoritas pekerjaan IRT sebanyak 27 orang (45%).

2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu yang tidak melakukan

bounding attachment sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan faktor kelelahan

setelah persalinan, bayi sakit dan penolakan dari ibu itu sendiri untuk melakukan

bounding attachment.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Bagi ibu Nifas

Hendaknya ibu nifas lebih meningkatkan pengetahuan dan mengetahui informasi tentang bounding attachment melalui media cetak maupun media elektronik sehingga mengetahui tentang teknik dan manfaat dari bounding attachment dalam rangka meningkatkan interaksi kasih sayang dengan anaknya.


(54)

2. Bagi bidan

Hendaknya bidan memberikan pemahaman kepada ibu nifas dan memberikan pelayanan dalam penerapan bounding attachment secara langsung kepada ibu dan bayinya, misalnya pada saat pelaksanaan inisiasi menyusui dini dan rooming in.

3. Bagi peneliti selanjutnya


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningrum, M. (2013). Tingkat Pengetahuan ibu nifas tentang Bounding Attachment di RSUD Kota Surakarta. Surakarta : Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Karya Tulis Ilmiah.

Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data Jakarta : Salemba Medika.

Kuntjojo.(2010). PentingnyaBounding dan Attachment dalam perkembangan bayi Dalam perkembangan bayi. http;//bekunt.wordpress.com 4 oktober 2012 Machfoedz,I. (2009). Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan,

Kebidanan, kedokteran, disertai contoh KTI, Skripsi, Tesis.Yogyakarta : Fitramaya.

Marmi, (2009). Asuhan Kebidanan pada masa nifas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Muslihatun, W.N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha ilmu Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas. Yogyakarta :

Andi.

Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Varney, H. Kriebs, JM, dan Gegor CL. 2008. Buku ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC


(56)

Lembar Observasi

1. Identitas Responden No responden :

Pelaksanaan Bounding attachment Pada Ibu Nifas

No Perilaku yang di observasi Ya Tidak

1 Sentuhan

Membelai tubuh bayi, kemungkinan bayi akan dipeluk dilengan ibu,memberikan usapan lembut untuk menenangkan bayi, menggenggam pada satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan diantara keduanya

2. Kontak Mata

Ibu dan bayi melakukan saling memandang

3. Aroma

bayi belajar cepat untuk membedakan aroma susu ibunya. Bayi akan berinteraksi untuk mencari bau susu ibunya apabila dia sudah mendapatnya dia akan berhenti berinteraksi

4. Kehangatan Tubuh

Seorang ibu akan dapat langsung meletakkan bayinya diatas perut ibu, setelah proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong Kontak kulit ini akan membantu agar bayi tetap hangat.

5 Suara

Orang tua menantikan tangisan bayi saat kelahiran.


(57)

6. Gaya bahasa

Bayi bergerak-gerak sesuai dengan struktur gaya pembicaraan orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendang kaki.

1. Rawat Gabung

Setelah bayi lahir Ibu dan bayi berada didalam satu ruangan, tidak dipisahkan.

2. Inisiasi Dini

Setelah melahirkan diletakkan diatas ibu sehingga bayi merangkak mencari puting susu dan melakukan Reflek sucking


(58)

Master Tabel

no umur pendidikan pekerjaan Imd sentuhan Kontak mata

aroma Kehangatan tubuh

suara Gaya bahasa

Rawat Gabung

1 0 2 2 0 1 1 0 1 1 1 0

2 0 2 2 0 1 1 0 1 1 1 1

3 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

5 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0

7 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 2 2 0 1 1 1 0 1 1 1 1

9 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1

10 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

12 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

13 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

14 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

15 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1

16 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 1 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0

18 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1

20 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

21 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1

22 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1

24 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1


(59)

27 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1

28 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0

29 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

30 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

31 2 3 2 0 1 1 0 1 1 1 0

32 0 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

33 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

34 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1

35 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

36 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1

37 0 2 0 0 1 1 0 1 1 1 0

38 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1

39 1 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1

40 1 4 2 0 1 1 0 1 1 1 1

41 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1

42 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

43 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1

44 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

46 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0

47 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

48 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1

49 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1

50 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1

51 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0

52 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1

53 0 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1

54 0 2 0 0 1 1 0 1 1 1 1

55 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

56 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1


(60)

58 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

59 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1


(61)

Frequencies

FREQUENCIES VARIABLES=imd sentu konta aroma keha suara gaya rawat /ORDER=ANALYSIS. [DataSet0] Statistics inisiasi menyusu dini sentuha n kontak

mata aroma

kehangatan

tubuh suara

gaya bahasa

rawat gabung

N Valid 60 60 60 60 60 60 60 60

Missin g

0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

inisiasi menyusu dini

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan 17 28,3 28,3 28,3

melakukan 43 71,7 71,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

Sentuhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan 5 8,3 8,3 8,3

melakukan 55 91,7 91,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

kontak mata

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan 5 8,3 8,3 8,3

melakukan 55 91,7 91,7 100,0


(62)

aroma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan 5 8,3 8,3 8,3

melakukan 55 91,7 91,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

kehangatan tubuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan 5 8,3 8,3 8,3

melakukan 55 91,7 91,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

suara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan 5 8,3 8,3 8,3

melakukan 55 91,7 91,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

gaya bahasa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan 5 8,3 8,3 8,3

melakukan 55 91,7 91,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

rawat gabung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak melakukan 12 20,0 20,0 20,0

melakukan 48 80,0 80,0 100,0


(63)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalammualaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan Hormat,

Nama saya Dewi Komalasari Nasution, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan Penelitan Yang berjudul “Pelaksanaan Bounding Attachment Pada Ibu nifas”

Bounding adalah suatu langkah untuk untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih Sayang) oleh ibu kepada anaknya segera setelah lahir. Attachment adalah interaksi Antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.

Menurut Maternal Neonatal HealthBounding Attachment adalah kontak dini Secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada saat Persalinan kala III sampai dengan Post partum (Muslihatun, 2010).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Bounding Attachment Pada Ibu Nifas.

Saya akan melakukan Observasi kepada Ibu tentang pelaksanaan Bounding Attachment Pada ibu nifas yaitu dengan cara melihat melalui sentuhan, kontak mata, Aroma, kehangatan Tubuh, Suara, Gaya bahasa, Rawat Gabung dan Inisiasi dini.


(64)

Partisipasi Ibu bersifat suka rela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam Penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk Penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan Penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Dewi Komalasari Nasution

Alamat : Jln. Thamrin Lubuk Pakam No 126 No hp : 083194838223

Terimakasih saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian Ini. Keikutsertaan Ibu dalam Penelitian Ini akan Menyumbangkan Sesuatu yang Berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu Bersedia menjadi menjadi partisipan saya yang akan saya observasi yang telah saya Sediakan.

Medan, 2014

Peneliti


(65)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang penelitian “Bounding Attachment pada ibu nifas” maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2014


(66)

(67)

(68)

(69)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTIFIKASI PRIBADI

Nama : Dewi Komalasari Nasution Am.Keb Tempat/Tanggal lahir : Lubuk Pakam/ 06 juni 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara Nama Ayah : H. Ismail Nasution Nama Ibu : Hj. Nurhasiyah

Alamat : Jln. Thamrin, Kec. Lubuk pakam, Kab. Deli Serdang

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1998 – 2004 : SDN. 108384 Lubuk Pakam Tahun 2004 – 2007 : SMP Negeri 3 Lubuk Pakam Tahun 2007 – 2010 : SMA Negeri 1 Lubuk Pakam

Tahun 2010 – 2013 : Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam


(1)

Partisipasi Ibu bersifat suka rela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam Penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk Penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan Penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Dewi Komalasari Nasution

Alamat : Jln. Thamrin Lubuk Pakam No 126 No hp : 083194838223

Terimakasih saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian Ini. Keikutsertaan Ibu dalam Penelitian Ini akan Menyumbangkan Sesuatu yang Berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu Bersedia menjadi menjadi partisipan saya yang akan saya observasi yang telah saya Sediakan.

Medan, 2014

Peneliti


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang penelitian “Bounding Attachment pada ibu nifas” maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2014

( )


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTIFIKASI PRIBADI

Nama : Dewi Komalasari Nasution Am.Keb

Tempat/Tanggal lahir : Lubuk Pakam/ 06 juni 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara Nama Ayah : H. Ismail Nasution Nama Ibu : Hj. Nurhasiyah

Alamat : Jln. Thamrin, Kec. Lubuk pakam, Kab. Deli Serdang

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1998 – 2004 : SDN. 108384 Lubuk Pakam Tahun 2004 – 2007 : SMP Negeri 3 Lubuk Pakam Tahun 2007 – 2010 : SMA Negeri 1 Lubuk Pakam

Tahun 2010 – 2013 : Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam