C. Pembiayaan Usaha Mikro
Secara empiris, selama ini UMKM terutama usaha mikro sangat sulit untuk memenuhi kriteria aturanmekanisme baku perbankan dalam penyaluran
kredit untuk membiayai usaha dan permodalan yang dikenal denan nama prinsip 5-C character, condition of economy, capacity to repay, capital, collateral.
Character yaitu data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat- sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang
keluarga maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata
lain ini merupakan willingness to pay. Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya
yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha business record nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola pernah mengalami
masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan. Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau kemampuan dalam membayar.
Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur
permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon
pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan. Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila
ternyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. “Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu
Universitas Sumatera Utara
kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.”
47
Oleh karenanya wajar apabila selama ini pemerintah melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan lebih
cenderung menciptakan sekaligus menyediakan skema ”kredit program” yang lebih banyak bersifat ”dana hibah bergulir” kepada berbagai kelompok
masyarakat pokmas yang bergerak dalam usaha mikro.
48
Skema kredit program tersebut merupakan salah satu alternatif strategi untuk membiayai kegiatan UMKM dan koperasi terutama usaha mikro yang
berkesan lebih cenderung untuk ”mengabaikan” rigiditas kriteria 5-C yang diberlakukan kalangan perbankan.Namun demikian, strategi dalam bentuk
penciptaan dan penyediaan skema kredit program tersebut dalam jangka panjang tidaklah efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Pertama, dibutuhkan dana pemerintah yang sangat besar untuk menyediakan
dana hibah bergulir tersebut sehingga setiap tahun akan memberatkan keuangan negara melalui APBN baik bersumber dari dana rupiah murni
maupun dana yang berasal dari hutang luar negeri. 2.
Kedua, pengalaman implementasi berbagai skema kredit program ternyata tidak terlalu berhasil terutama berkaitan dengan tingkat kemacetan kredit dan
semakin menipisnya dana hibah bergulir tersebut sebagai akibat rendahnya akuntabilitas di tingkat masyarakat yang disebabkan oleh persepsi yang
47
R. Subekti, 1996, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan Menurut Hukum Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
48
Ibid
Universitas Sumatera Utara
keliru bahwa dana tersebut adalah milik masyarakat yang tidak perlu dipertanggunggjawabkan kepada pemerintah.
3. Ketiga, skema kredit program tersebut cenderung tidak mendorong penerapan
dan pengembangan sistem dan mekanisme pembiayaan yang benar dan proporsional, yaitu melalui perbankan atau berbagai sistem dan mekanisme
pembiayaan lainnya yang dikembangkan oleh lembaga keuangan bukan bank.
49
D. Perkembangan Usaha Mikro di Indonesia