diharapkan akan dapat saling melengkapi dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang terlebih dahulu dikenal dalam sistim perbankan kita.
Disamping itu, pendirian jenis bank bagi hasil ini akan dapat memberi pelayanan kepada bagian dari masyarakat yang karena prinsip agama atau
kepercayaa tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank konvensional. Bagaimana pun juga harus diakui bahwa dalam masyarakat banyak kelompok yang memiliki
prinsip bahwa sistem bunga yang dianut oleh perbankan merupakan pelanggaran terhadap syari’at agama dan merupakan riba yang di dalam hukum Islam
merupakan perbuatan dosa atau haram, sejalan dengan itu, bank dengan prinsip bagi hasil dimaksudkan untuk melayani segmen pasar tersebut.
B. Ciri-ciri Perbankan Syariah
Sistem perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang beropersi berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank
konvensional. Ciri-ciri yang berdapat dalam sistem perbankan syariah antara lain: 1.
Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah yang nominal, yang besarnya tidak
kaku. Hal ini sesuai dengan S. Al-Baqarah ayat 280.
2. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindarkan, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian sudah berakhir.
3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank Islam tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti fixed return yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang
mengetahui untung ruginya suatu proyek yang dibiayai oleh bank hanya Allah semata.
4. Bank Islam tidak menerapkan jual beli dan sewa menyewa uang dari
mata uang yang sama, yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
5. Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syari’ahnya.
23
Ciri-ciri perbankan syariah seperti tersebut di atas bersifat universal dan kumulatif. Artinya bank syariah yang beroperasi di mana saja harus memiliki ciri-
ciri yang disebutkan di atas, jika tidak dipenuhi, maka hilanglah identitasnya sebagai bank syariah.
Selain itu sistem perbankan yang menggunakan prinsip syari’ah memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan
2. Membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif.
3. Prinsip bahwa pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang halal
sesuai dengan prinsip syari’ah dan memiliki keunggulan imperatif terhadap sistem perbankan konvensional.
24
Selain itu sistem perbankan syari’ah yang menerapkan pola pembiayaan usaha dengan prinsip bagi hasil sebagai salah satu usaha pokok dalam kegiatan
perbankan syari’ah juga akan menumbuhkan rasa tanggungjawab pada masing- masing pihak, baik bank maupun debiturnya akan memperhatikan prinsip kehati-
hatian dan akan memperkecil kemungkinan resiko terjadinya kegagalan usaha. Adanya karakteristik perbankan syari’ah dengan bank konvensional
menyebabkan timbulnya keengganan bagi pengguna jasa perbankan terutama bagi pengguna jasa yang akan berpindah dari bank konvensional ke bank syari’ah.
Keengganan tersebut disebabkan antara lain karena hilangnya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Hal ini menjadi
salah satu kendala bagi bank syari’ah untuk mendapatkan nasabah dengan cepat.
23
Ibid, hlm. 20.
24
Ashari Akmal Tarigan ed, Ekonomi dan Bank Syari’ah pada Millenium ketiga, IAIN Press bekerjasama dengan IKAPI, Medan, 2002, hlm. 80.
Universitas Sumatera Utara
Produk-produk Perbankan Syariah
Kalau kita mencermati isi Pasal 6 sampai dengan Pasal 15 Undang- Undang Perbankan yang diubah, maka telah dan membatasi kegiatan usaha bank,
yakni: pertama, mengatur kegiatan-kegiatan usaha yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank; kedua, kegiatan usaha bank tersebut dibedakan antara Bank
Umum dan Bank Perkreditan rakyat; dan ketiga, bank umum
dapatmengkhususkan untuk melaksanakan kegiatan usaha tertentu dan memilih jenis usaha yang sesuai keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkannya.
Kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank Umum lebih luas dari pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh Bank Perkreditan Rakyat, karena ada
kegiatan bank umum yang dilarang untuk dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat. Bagi bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah, wajib menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiataan usahanya. Karena sifat yang berdasarkan syariah, maka produk-produk syariah bank
konvensional, yaitu diantaranya bank maupun nasabah tidak diperkenankan menerima bunga bank. Akan tetapi, jika ada hasil, maka hasil tersebutlah yang
dibagi di antara bank dengan pihak nasabah. Selain itu, produk-produ dari bank syariah harus disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam yang melarang riba.
Beberapa produk syariah memang ada counterpart-nya dalam prodik bank umum, sementara yang lainnyaterasa asing sama seali. Bahkan, beberapa prinsip dalam
perbankan konvensional terpaksa dilarang dan ini memang merupakan konsekunsi dari pengakuan terhadap eksistensi bank syariah itu sendiri. Di antara prinsip
hukum perbankan yang dilanggar oleh bank syariah adalah menjadi pemegang
Universitas Sumatera Utara
saham pada perusahaan lain yang dibiayainya sendiri menjadi pembeli barang modal barang atau perdaganagn untuk perusahaan atau orang lain
Pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menentukan bahwa: “Usaha bank umum dalam menyediakan pembiayaan
danatau melalukan kegiatan usaha lain berdasarkan prinsip syariah ditetapkan dengan ketentuan Bank Indonesia.“ Berdasarkan ketentuan di atas, kegiatan-
kegiatan usaha yang dilakukan Bank Umum dengan menerapkan prinsip syariah, dirinci lebih lanjut dalam Pasal 28 dan Pasal 29 Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia Nomor 3234KEPDIR. Dikatakan Bank Umum Syariah wajib menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang
meliputi: a.
Giro berdasarkan prinsip wadiah; b.
Tabungan bedasarkan prinsip wadiah atau mudharabah; c.
Deposito berdasarkan prinsip mudharabah; atau d.
Bentuk lain berdasarkan wadiah atau mudharabah. 2.
Melakukan penyaluran dana melalui: a.
Transaksi jual beli berdasarkan prinsip: 1
murabah; 2
istisnah; 3
ijarah; 4
salam; 5
jual beli lainnya. b.
Pembiyaan bagi hasil berdasarkan prinsip: 1
mudharabah; 2
musyarakah; 3
bagi hasil lainnya. c.
Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip: 1
hiwalah; 2
rahn; 3
qardh. 3.
Membeli, menjual danatau menjamin atas risiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
underlyimng transaction berdasarkan prinsip jual beli atau hiwalah;
4. Membeli surat-surat berharga Pemerintah danatau Bank Indonesia
yang diterbitkan atas dasar prinsip syariah; 5.
Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri danatau nasabah berdasrkan prinsip wakalah;
Universitas Sumatera Utara
6. Menerima pembayaran tagihan atas surat surat yang diterbitkan dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip wakalah;
7. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
berharga berdasarkan prinsip wadiyah yad amanah; 8.
Melakukan kegiatan penitipan termasuk penata usahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip
wakalah;
9. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah laian dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat dibursa efek berdasarkan prinsip ujr;
10. Memberikan fasilitas letter of credit berdasarkan prinsip wakalah,
murabahah, mudharabah, musyarakah dan wadiah serta memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip kafalah;
11. Melakukan kegiatan usaha kartu debit berdasarkan prinsip ujr;
12. Melakukan kegiatan wali amanat berdsarkan prinsip wakalah;
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank Umum Syariah
sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional. Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas, bank
Umum Syariah dapat pula: 1.
Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdsarkan prinsip sharat, 2.
Melakukan kegiatan pernyataan modal berdsarkan prinsip musyarakah danatau mudharabah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan
dengan syarat harus menarik kembali pernyatannya; dan
3. Melakukan kegiatan pernyataan modal sementara berdasarkan prinsip
musyarakah danatau mudharabah untuk mengatasi akibat 4.
Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus.
25
Seperti halnya dalam bank Konvensional, produk perbankan yang ditawarkan bank syari’ah pun terbagi kepada dua bagian pokok, yaitu produk
pengerahan dan penyaluran dana.
25
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2002. hlm. 55
Universitas Sumatera Utara
Peranan Perbankan Syariah dalam Meningkatkan Usaha Mikro
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil perlu memperhatikan klasifikasi dan tingkat perkembangan usaha kecil, tetapi dengan tetap menerapkan
keluwesan dalam pembinaan sehingga tidak justru menghambat upaya pembinaan dan pengembangan dari Usaha Kecil Dunia Industri Kecil.
Dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat, bank syariah menawarkan beberapa produk perbankan sebagi berikut:
1. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerja sama antara pemilik dana shahibul maal dengan pengusaha mudharib untuk melakukan suatu usaha bersama.
Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan nisbah yang disepakati sebelumnya. Prinsip mudharabah ini dalam perbankan digunakan
untuk menerima simpanan dari nasabah, baik dalam bentuk tabungan atau deposito. Dan juga untuk melakukan pembiayaan.
Adapun rukun dan syaratnya adalah sebagai berikut. Rukun Mudharabah:
1. Ada shahibul maal modalnasabah;
2. Mudharib pengusahabank ;
3. Amal usahapekerjaan;
4. Hasil bagi hasilkeuntungan, dan
5. Aqad ijab-qabul,
26
Sedangkan syarat-syaratnya, khususnya berkaitan dengan modal, maka modalnya harus dalam bentuk uang tunai atau barang yang dapat dihargakan
dengan harga pada masa itu sesuai dengan mata uang yang dapat berlaku; dan
26
Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan, Mandar Maju, Bandung, 2002, hal 75
Universitas Sumatera Utara
modal tersebut juga harus diketahui dengan jelas dapat diukur. Pembagian keuntungan antara mudharib dan shahibul maal berdasarkan nisbah sesuai
kesepakatan awal dan tidak dalam jumlah yang pasti. Nisbah bagi hasil disetujui dalam kontrak; dan perbandingan bagi hasil dapat ditentukan dalam
persen atau pembagian. Dari segi kerugian: kerugian finansial menjadi beban pemilik dana sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas uasaha
yang telah dilakukan. Adapun kerugian akibat salah urus atau kelalaian mudharib menjadi beban mudharib.
Dari karakteristik mudharabah di atas, maka aplikasi perjanjian jenis ini harus memenuhi ketentuan tersebut syarat dan rukun serta ketentuan-
ketentuan khusus lainnya. Misalkan isi perjanjian tentang bagi hasil:…… dan pihak pertama pemilik dana shahibul maal deposan pemegang rekening dan
pihak kedua bankpengelola danmudharib berjanji akan berbagi hasil atas dana pihak pertama dalam bentuk …. deposito tabungan usaha dengan
perbandingan bagi hasil… 40empat puluh persen ….. Untuk pihak pertama dan… 60enam puluh persen.. untuk pihak kedua…. “, dan
begitu pula seterusnya tentang kerugian, jumlah modal, jangka waktu penempatan , dan lainnya.
Selanjutnya, pada saat jatuh tempo nasabah berkewajiban mengembalikan modal kepada bank, baik dengan cara dicicil atau dilunasi seluruhnya.
Keberlakuan bagi hasil antara nasabah dan bank berlangsung selam modal yang di berikan bank belum dikembalikan seluruhnya. Dalam operasionalnya, pembiayaan
Universitas Sumatera Utara
mudharabah ini dibedakan antara: “Pembiayaan mudharabah mutlaqah dengan pembiayaan mudharabah muqayyadah.”
27
Dalam pembiayaan mudharabah mutlaqah nasabah diberikan kebebasan untuk melakukan usaha dan tidak terikat dengan syarat-syarat yang ditetapkan
oleh pihak bank, sedangkan dalam pembiayaan mudharabah muqayyadah nasabah hanya melakukan jenis usaha tertentu dan terikat dengan syarat-syarat yang
ditetapkan oleh bank sebagai penyedia modal. Proses aplikasi kedua pembiayaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 4.1 Proses Aplikasi Pembiayaan
Mudharabah Muthlaqah
27
H. A Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Ummat, Sebuah
Pengenalan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 74
Perjanjian bagi hasil
Mudharib Nasabah
Rab al-Mal Bank
Proyekusaha
Pembagian keuntungan
Modal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Proses Aplikasi Pembiayaan
Mudharabah Muqayyah 2 dana
1 proyek
3 paper
investasi investasi
2. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan sebagian dari modal usaha, yang mana pihak bank dapat dilibatkan dalam proses manajemennya. Modal yang
disetor bisa berupa uang, barang perdagangan trading asset, property, equipment, atau intangible asset seperti hak paten dan googwill dan barang-
barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dalam pelaksanaan kegiatan usaha pemilik modal diperkenankan
menyerahkan pengelolaan usahanya kepada pihak lain ketiga. Dalam hal seperti ini dapat dilakukan dalam dua bentuk perjanjian, yaitu perjanjian musyarakah
antar pemilik modal atau perjanjian murabahah antara pemilik modal dengan pengelola usaha. Pembagian keuntungan ditentukan dalam perjanjian sesuai
dengan proporsi masing-masing pihak, yakni antara bank dan nasabah penerima NASABAH
BANK PROYEK
Bank Reksadana
Manajer Investasi Ekuiti
Obligasi Bagi hasil
Lain-lain
Universitas Sumatera Utara
modal. Proses aplikasi pembiayaan musyarakah ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 4.3. Aplikasi Pembiayaan Musyarakah
3. Pembiayaan Murabahah
Murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual beli atas barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjual belikan termasuk harga pembeliaan dan keuntungan yang diambil. Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank selaku
penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual-beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat
murabahah dalam perbankan adalah sama dengan syarat dalam fiqh dalam hal jual-beli. Syarat-syarat lain seperti barang-barang, harga dan cara pembayaran
adalah sesuai dengan kebijaksanaan bank yang bersangkutan. Adapun rukun dan syaratnya adalah sebagai berikut.
Nasabah
Parsial: Asset
Value Bank Syari’ah
Parsial: Asset Value
ProyekUsaha
Bagi Hasil Keuntungan Sesuai Porsi Kontribusi Modal Nasabah
Keuntungan
Universitas Sumatera Utara
Rukun murabahah: a.
“Penjual; b.
Pembeli; c.
Barang yang diperjualbelikan; d.
Harga; dan e.
Ijab-qabul.”
28
Sedangkan syaratnya: mengenai barang yang diperjualbelikan: sifat, jenis dan jumlahnya jelas dan tidak termasuk kategori barang haram. Harga pembelian
dan keuntungan serta cara pembayarannya harus disebut dengan jelas dan dinyatakan secara tertulis.
Murabahah dalam teknis perbankan: harga jual bank adalah harga beli dari supplier ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi, nasabah
mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank. Selama akad belum berakhir, maka harga jual beli tidak boleh berubah. Apabila terjadi perubahan, akad
tersebut menjadi batal; cara pembayaran dan jangka waktu yang disepakati bersama, dapat lumpsum atau secara angsuran.
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan untuk membeli barang nasional ataupun internasional. Dalam produk ini bank tidak melakukan
perdagangan baik dengan pemasok maupun dengan penerima kredit, karena barang yang dibeli langsung diatasnamakan penerima kredit. Harga jual adalah
harga beli diatambah mark up yang diperhitungkan secara lum sum dan disetujui penerima kredit. Sekalipun barang yang dibeli diatasnamakan penerima kredit,
tetapi surat tanda bukti pemilikan tetap dipegang bank selama harga pembelian
28
Neni Sri Imaniyati, Op.Cit, hal 78
Universitas Sumatera Utara
belum dilunasi. Proses aplikasi pembiayaan murabahah ini dapat digambarkan sebagi berikut.
Tabel 4.4. Aplikasi Pembiayaan Murabahah
1.Negosiasi Persyaratan
4. Pembiayaan Al Bai’ Bithaman Ajil
Pembiayaan Al Bai’ Bithaman Ajil adalah pembiayaan untuk pembelian barang dengan cicilan. Syarat-syarat dasar dari produk ini hampir sama
dengan pembiayaan murabahah. Perbedaan di antara keduanya terletak pada cara pembayaran, dimana pada pembiayaan murabahah pembayaran
ditunaikan setelah berlangsungnya akad kredit, sedangkan pada pembiayaan Al Bai’ Bithaman Ajil cicilan baru dilakukan setelah nasabah penerima barang
mampu memperlihatkan hasil usahanya. 5.
Pembiayaan salam Pembiayaan salam diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan berjangka
pendek untuk produksi agribisnis atau industri jenis lainnya. Pembelian produksi agribisnis atau industri sejenis lainnya harus diketahui jenis, macam,
ukuran, mutu, dan jumlahnya secara jelas. Harga jual yang disepakati harus dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
BANK BANK
Supplier Penjual
Universitas Sumatera Utara
Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka produsen harus bertanggung jawab dengan cara antara lain harus
mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti dengan barang yang sesuai dengan pesanan.
6. Pembiayaan Istishna’
Pembiayaan istishna’ diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan manufaktur, industri kecil-menengah, dan kontruksi. Dalam pembiayaan ini kriteria barang
pesanan harus ada kejelasan mengenai jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlah barang yang dipesan. Harga jual yang disepakati dicantumkan dalam
akad istishna dan tidak boleh berubah selama akad masih berlaku. Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad
ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung oleh nasabah. Dalam pelaksanaannya, pembiayaan istishna dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni pihak produsen ditentukan oleh bank atau pihak produsen ditentukan oleh nasabah. Pelaksanaan salah satu dari kedua cara tersebut harus
ditentukan dimuka dalam akad berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 7.
Pembiayaan sewa beli Pembiayaan sewa beli ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bi tamlik
adalah akad sewa suatu barang antar bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli objek sewa pada akhir akad atau dalam
dunia usaha dikenal dengan finance lease. Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama diawal perjanjian. Dalam pembiayaan ini yang menjadi
obyek sewa disyaratkan harus barang yang bermanfaat dan dibenarkan oleh syari’at dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur.
Universitas Sumatera Utara
Pembiayaan sewa beli ini dapat dilakukan dengan cara: Pertama-tama lembaga pembiayaan atau perusahaan leasing yang
berdasarkan syariah Islam membeli asset yang akan dibeli oleh nasabah. Setelah terbeli, maka lembaga tersebut menyewakan asset itu dalam
jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam perjanjian kedua belah pihak.
29
8. Hiwalah
Hiwalah adalah produk perbankan syariah yang disediakan untuk membantu supplier dan mendapatkian modal tunai agar melanjutkan
produksinya. Dalam hal ini bank akan mendapatkan imbalan fee atas jasa pemindahan piutang. Besarnya imbalan yang akan diterima bank ditetapkan
berdasarkan hasil kesepakatan antar bank dengan nasabah. 9.
Rahn Produk perbankan ini disediakan untuk membantu nasabah dalam
pembiayaan kegiatan multiguna. Rahn sebagai produk pinjaman berarti bank hanya memperoleh imbalan atas penyimpanan, pemeliharaan, asuransi, dan
administrasi barang yang digadaikan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka produk rahn ini biasanya hanya digunakan bagi keperluan sosial, seperti
pendidikan dan kesehatan. Pembinaan dan pengembangan terhadap usaha kecil yang telah berhasil
berkembang menjadi usaha menengah, masih dapat dilanjutkan dalam jangka waktu 3 tiga tahun lagi untuk lebih memantapkan usahanya
setelah menjadi usaha menengah tersebut masih dapat memanfaatkan bantuan pembinaan dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
30
Lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan adalah lembaga yang sudah ada atau yang akan dibentuk, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
29
M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Bangkit, Jakarta, tt, hlm. 104
30
Florianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Visimedia, Jakarta, 2007, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
berlaku, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun dunia usaha. Sedangkan lembaga pendukung lainnya antara laian dapat berupa lembaga pendidikan dan
pelatihan, lembaga pengkajian, lembaga pemasaran dan informasi, klinik konsultasi bisnis, inkubator, lembaga bantuan hukum dan pembelaan.
31
Lembaga pembiayaan menyediakan dukungan modal untuk pembinaan dan pengembangan
usaha kecil antara lain meliputi skim modal awal, modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit program dan kredit modal kerja usaha kecil, kredit kemitraan, modal
ventura dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara, anjak piutang dan kredit lainnya untuk meningkatkan ekspor dan pengembangan teknologi usaha
kecil. Secara prinsip, kemitraan usaha tetap diarahkan dapat berlangsung atas
dasar dan berjalan berdasar norma-norma ekonomi yang berlaku dan atau lazim, serta adanya kebutuhan dalam keterkaitan usaha yang saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam kaitannya dengan keperluan untuk memberi perhatian dan dorongan yang lebih besar kepada terwujudnya
kemitraan Usaha Besar dan Usaha Menengah dengan Usaha Kecil, prinsip prinsip di atas pada prinsipnya juga tetap diberlakukan.
Yang diberi penekanan adalah, adanya penciptaan iklim dan pembinaan sehingga dapat mempercepat perwujudannya.
32
Termasuk dalam pengertian Usaha Kecil juga badan hukum koperasi yang didirikan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Salah satu bentuk pembinaan usaha mikro adalah dengan menjalankan sistem waralaba. Meskipun
31
Peraturan Pemerintah PP RI No. 32 Tahun 1998, tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, Op.Cit., Pasal 14.
32
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 1997, tentang Kemitraan.
Universitas Sumatera Utara
didorong untuk bermitra dengan cara pemberian waralaba dengan Usaha Kecil, tetapi tetap perlu diperhatikan faktor kemampuan atau kesesuaian usaha di bidang
yang diwaralabakan tersebut. Hal ini penting agar dorongan untuk mewujudkan kemitraan tersebut tidak malah merusak iklim usaha pada umumnya.
Secara bersamaan, langkah-langkah tersebut dimaksud untuk mencegah berlangsungnya praktik persaingan tidak sehat. Dalam kehidupan perekonomian
pada umumnya, praktik curang atau persaingan tidak sehat tersebut meliputi kegiatan yang beraneka ragam, seperti antara lain:
1. Tindakan yang menyesatkan atau membingungkan atau juga memberi
kesan yang salah kepada konsumen dalam menentukan pilihan atas produk yang dikehendaki.
2. Memberikan pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai
alasan atau jumlah pengurangan harga. 3.
Pemberian keterangan asal atas barang atau jasa yang membingungkan atau meyesatkan.
4. Pemberian pernyataan tentang kualitas atau standar, model, dan kadar
suatu produk yang tidak benar.
33
Pencegahan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat di atas juga dibarengi dengan kebijakan juga perlu diarahkan untuk mencegah
penyalahgunaan posisi dominan, dan berlangsungnya persekutuan untuk menghindari persaingan. Upaya pencegahan penyalahgunaan posisi dominan
dilakukan dengan beberapa praktik yang lazim dan tidak dibenarkan antara lain: 1.
Menolak dengan alasan yang tidak wajar untuk mengadakan jual beli dan atau melakukan diskriminasi harga, mutu, jumlah, cara
pembayaran, atau waktu penyaluran dalam jual beli.
2. Menetapkan persyaratan agar pembeli tidak menjual barang atau jasa
lain yang sejenis, dan atau harus membeli berikut barang barang aatau jasa lain.
3. Melakukan perbuatan yang tidak wajar yang baerakibat merugikan,
menghalangi, dan atau membatasi pesaing.
33
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. Mengeluarkan pernyataan palsu atau tindakan menyesatkan mengenai
sifat, kegunaan, mutu, ukuran, dan spesifikasi barang atau kasa yang dihasilkan atau dijual.
5. Dengan sengaja melakukan pembatasan, penghentian produksi,
penjualan, penyaluran barang atau jasa, yang berakibat menaikkan harga secara tidak wajar.
34
Praktik persekutuan lain yang juga perlu ditangkal adalah tindakan yang
dapat atau dimasuksudkan untuk mengurangi atau menghindari persaingan. Dalam hal ini yang biasa dilakukan dengan cara:
1. Membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar yang menyebabkan
terhambatnya persaingan sehat. 2.
Secara langsung atau tidak langsung menetapkan harga yang tidak wajar sehingga menghalangi atau menyingkirkan pesaing.
3. Membatasi atau menghentikan produksi, penjualan atau penyaluran
barang atau jasa, yang berakibat menaikkan barang secara tidak wajar. Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang telah sepakat untuk
bermitra, membuat perjanjian tertulis dalam bahasa Indonesia atau juga bahasa yang disepakati dan terhadapnya berlaku hukum Indonesia, perjanjian tersebut
dapat berupa akta di bawah tangan atau akta Notaris.
35
Perjanjian tertulis tersebut sekurang-kurangnya memuat: Nama, Tempat kedudukan kedua pihak, bentuk usaha yang dimitrakan, pola mitra yang
digunakan, hak dan kewajiban kedua belah pihak, jangka waktu berlakunya perjanjian, cara pembayaran, bantuk pembinaan yang diberikan oleh Usaha Besar
atau oleh Usaha Menengah dan cara penyelesaian dari perselisihan.
36
34
Ibid.
35
Lihat, Pasal 18 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997.
36
Penjelasan Peraturan Pemerintah R. I Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan. Pasal 18
Universitas Sumatera Utara
Usaha Kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat sebagai bagian integral dunia usaha yang mempunyai kedudukan, potensi dan peran yang setrategis untuk
mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang dan pemerataan pembangunan berdasarkan demokrasi ekonomi. Usaha Kecil perlu
diberdayakan dan diberikan peluang berusaha agar mampu dan sejajar dengan pelaku ekonomi lainnya untuk mengoptimalkan peran sertanya dalam
pembangunan. Dengan berdasarkan hal tersebut, dipandang perlu bidang atau jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang usaha yang terbuka
untuk usaha menengah atau usaha besar dengan tetap mengacu kepada Peraturan Pemerintah R. I Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.
37
37
Keppres R. I Nomor 127 Tahun 2001 Tentang Bidang Usaha yang dicadangkan untuk Usaha Kecil dan Bidang jenis Usaha yang terbuka untuk Usaha Menengah atau Usaha Besar,
dengan syarat Kemitraan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGATURAN PEMBIAYAAN USAHA MIKRO MENURUT