10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Efektifitas
Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard, bahwa
efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama. Barnard,
1992:27
Dalam Ensklopedia umum 1977: 129, disebutkan bahwa efektivitas menunjukkan taraf tercapaunya suatu tujuan. Usaha dikatakan efektif jika usaha
itu mencapai tujuannya secara ideal, taraf intensitas dapat dikatakan dengan ukuran yang agak pasti.
Menurut Cambel, J.P, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paing menonjol adalah:
1 Keberhasilan program.
2 Keberhasilan sasaran.
3 Keputusan terhadap program.
4 Tingkat input dan output.
5 Pencapaian tujuan menyeluruh Cambel, 1989:121.
Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
11 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas kata benda berasal
dari kata dasar efektif kata sifat. Dimana efektif adalah: 1
ada efeknya akibatnya, pengaruhnya, kesannya 2
manjur atau mujarab seperti obat 3
dapat membawa hasil; berhasil guna seperti usaha, tindakan 4
mulai berlaku seperti undang-undang, peraturan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga tahun 2003:284
Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan jumlah penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas
sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Singkatnya efektivitas memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung pada
kerangka acuan yang dipakai. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas tersebut, maka tidaklah mengherankan jika
sekian banyak pemdapat mengalami pertentangan sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengatur, dan bahkan csra menetukan indikatot dari
efektivitas.
2.2 Pengertian Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial terdiri dari dua kata, yaitu pelayanan dan sosial. Pelayanan berarti usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain,
baik materi dan non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Dapat disimpulkan dari batasan tersebut bahwa pelayanan bukan hanya pemberian
berupa uang, makanan, sandang, perumahan, dan lain-lain yang bersifat materi melainkan juga bersifat non materi seperti bimbingan. Sedangkan sosial berarti
Universitas Sumatera Utara
12 kawan, yaitu : 1 suatu badan umum ke arah kehidupan bersama manusia dan
masyarakat, 2 suatu petunjuk ke arah usaha-usaha menolong orang miskin dan sengsara Soetarso, 1977:78
Selanjutnya Syarif Muhidin memberikan defenisi pelayanan sosial dalam arti luas dan sempit, yaitu:
1 Pelayanan dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi
pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan tenaga kerja, dan sebagainya.
2 Pelayanan dalam arti sempit adalah pelayanan sosial yang mencakup
pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung.. Motif utama dalam pelayanan sosial adalah masyarakat mempunyai
tanggung jawab untuk membantu masyarakat yang lebih lemah dan kurang beruntung serta memberikan perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang
tidak mungkin dupenuhi oleh mereka sendiri secara perorangan. Motif inilah yang kemudian mendorong terbentuknya lembaga-lembaga pelayanan sosial seperti
yayasan yang berusaha membantu, menghibur, dan memberikan kepada kliennya dengan berbagai aktivitas kegiatannya
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.1 Klasifikasi Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial sebagai suatu kegiatan yang terorganisir bertujuan untuk membantu tercapainya penyesuaian timbal balik antara seseorang atau kelompok
dengan lingkungannya. Klasifikasi pelayanan sosial dikemukakan oleh Alfred J. Khan dengan
berdasarkan pada fungsinya sebagai berikut, yaitu: 1.
Pelayanan sosial untuk tujuan sosialisasi dan pengembangan. Tujuan kegiatan ini adalah sosialisasi, menanamkan pemahaman akan
tujuan dan motivasi, serta meningkatkan mutu perkembangan kepribadian. 2.
Pelayanan sosial untuk tujuan penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi dan perlindungan sosial.
Pelayanan ini dapat berupa bntuan singkat, intensif dan pribadi sifatnya dengan program-program perbaikan situasi lingkungan sosial, antar orang
atau unsur-unsur kepribadiannya juga termasuk pemulihan kemampuan pelaksanaan peranan-peranan sosial individu.
3. Pelayanan sosial untuk membantu orang menjangkau dan menggunakan
pelayanan sosial yang sudah ada dan pemberian informasi dan nasihat. Pelayanan sosial yang disusun dengan baik dan disampaikan dengan
efektif akan dapat memenuhi kebutuhan dan bahkan menciptakan kepuasan.
Pelayanan sosial yang dilaksanakan secara luas dan mempunyai karakter fundamental akan dapat memperluas perubahan sosial dan meningkatkan kondisi
kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.2 Program-Program Pelayanan Sosial
Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari intervensi kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial melalui kegiatan-kegiatan atau intervensi
kasus yang dilanksanakan secara diindvidualisasikan, langsung, dan terorganisir yang bertujuan membantu individu, kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya
mencapai penyesuaian. Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah
sebagai berikut: 1
Pelayanan akses, mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat dan partisipasi. Tujuannya membantu orang agar dapat mencapai
atau menggunakan layanan yang tersedia. 2
Pelayanan terapi, mencakup pertolongan dan terapi, atau rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan. Misalnya, pelayanan
yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah,
perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia. 3
Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga berencana, pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi
bagi pemuda dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre Nurdin 1989 : 50.
Universitas Sumatera Utara
15
2.2.3 Standart Pelayanan Sosial
Kata “standart” yang digunakan disini dapat berarti: • Suatu norma bagi pelayanan sosial.
• Suatu bentuk norma atau peraturan tertentu yang sengaja disusun untuk digunakan sebagai pedoman.
Adapun jenis standart pelayanan sosial itu adalah: 1
Standart minimum. Standart ini digunakan apabila pemerintah menginginkan penetuan
persyaratan wajib untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan sosial. Badan-badan sosial didorong untuk melampaui standart
minimum tersebut. 2
Standart maksimum. Standart ini merupakan sasaran pencapaian mutu pelayanan tertinggi yang
ditentukan oleh pemerintah selama jangka waktu tertentu. Standart maksimum ini dapat digunakan dalam perencanaan sosial jangka panjang.
3 Standart realistis.
Standart ini lebih banyak berfungsi sebagai pedoman dan oleh karenanya tidak mempunyai kkuatan memaksa. Tujuan utama standart ini adalah
mendorong badan-badan sosial untuk meningkatkan pelayanannya.
Universitas Sumatera Utara
16 Pelayanan sosial secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yang
saling menunjang dan saling melengkapi yaitu pelayanan yang melalui panti dan pelayanan diluar panti. Keduanya harus tercakup dalam standart yang berisikan:
1 Bangunan dan fasilitas lingkungannya.
Bangunan dan fasilitas lingkungan merupakan objek yang secara langsung digunakan untuk menampung atau menyembuhkan penerima pelayanan.
Biasanya luas panti untuk satu orang klien digunakan sebagai standart lias bangunan. Veifikasi, tata lampu, peralatan kesehatan, dan keselamatan
merupakan hal-hal yang dimaksudkan dalam jenis-jenis bangunan yang akan dibangun.
2 Peralatan.
Peralatan ini mencakup tempat tidur, meja, kursi, dan lain-lain yang digunakan baik secara perorangan maupun bersama-sama.
3 Pelayanan operasional.
Mencakup hal-hal sebagai berikut: a.
makanan kalori, mutu, jenis menu, fasilitas dapur, perabotan pecah belah dan lain-lain.
b. pakaian jumlah fasilitas cucian, frekuensi pergantian
c. kesehatan dan kebersihan.
d. rekreasi dan kegiatan-kegiatan pengisian waktu luang.
Universitas Sumatera Utara
17 4
Pelayanan professional. Mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Asuhan jumlah dan tugas-tugas pengasuh
b. Pekerja sosial dan pelayanan professional lain yang terkait jumlah
dan tugas-tugas pekerja sosial, psikolog, psikiater, perawat, penyuluh, dan sebagainya.
c. Pelayanan pendidikan.
d. Latihan kerja
e. Pelayanan bimbingan lanjut
5 Tenaga.
Standart ini mencakup kualifikasi petugas, dan peremajaan, kondisi kerja, perawatan kesehatan, dan jaminan-jaminan lainnya.
6 Administrasi.
Mencakup supervisi, latihan dan pengembangan petugas, pencatatan tugas- tugas professional maupun pelayanan rutin, ketatausahaan keuangan,
peraturan-peraturan intern, hubungan dengan masyarakat dan sebagainya.
2.3. Panti Asuhan 2.3.1 Pengertian Panti Asuhan
Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional, 2001:826 mendefinisikan panti asuhan sebagai rumahtempat memelihara dan
merawat anak yatim piatu dan sebagainya. Departemen Sosial Republik Indonesia 1997:4 menjelaskan bahwa :Panti
asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan social yang mempunyai
Universitas Sumatera Utara
18 tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak
terlantar denganmelaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar,memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial padaanak asuh,
sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepatdan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuaidengan yang diharapkan sebagai bagian dari
generasi peneruscita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional.Kesimpulan dari uraian di atas bahwa
panti asuhan merupakanlembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental
dansosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatanyang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuaidengan harapan.
2.3.2. Tujuan Panti Asuhan
Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia 1997:6 yaitu:
1 Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi
pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantudan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yangwajar serta
mempunyai keterampilan kerja, sehingga merekamenjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuhtanggung jawab, baik
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. 2
Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang
dan berdedikasi, mempunyai keterampilankerja yang mampu menopang
Universitas Sumatera Utara
19 hidupnya dan hidup keluarganya.Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan pantiasuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilankepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.
2.3.3. Fungsi Panti Asuhan
Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia 1997:7 panti asuhan
mempunyai fungsi sebagai berikut: 1
Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak.Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan.
2 Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraansosial anak.
3 Sebagai pusat pengembangan keterampilan yang merupakanfungsi
penunjang.Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak
remaja Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi panti asuhan
adalah memberikan pelayanan, informasi, konsultasi dan pengembangan keterampilan bagi kesejahteraan sosial anak
2.4. Kerangka Pemikiran
Anak terlantar identik dengan kemiskinan sehingga bertambahnya populasi mereka dapat menjadi indikator bertambahnya keluarga miskin.
Kemiskinan memunculkan gelandangan dan pengemis gepeng, mereka
Universitas Sumatera Utara
20 menjadikan tempat apapun sebagai arena hidup termasuk pasar, kolong jembatan,
trotoar ataupun ruang terbuka yang ada. Penanganan anak, seperti anak terlantar sering dimanfaatkan oleh orang-
orang yang tidak bertanggungjawab. Sementara anak jalanan berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar, sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dalam ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang Undang No. 23 Tahun 2002 disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kemudian anak terlantar dijabarkan dalam dalam pasal 1 ayat 6 yakni yang dimaksud anak terlantar adalah
anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Sementara ketentuan yang lebih tinggi, yakni Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam pasal 28B ayat 2 disebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dengan berbagai payung hukum yang telah diberikan berarti Negara
sebenarnya telah memberikan perlindungan terhadap keberadaan anak jalanan dan terlantar tersebut. Namun dalam banyak hal seringkali masih terjebak dalam
paradigma lama, kuat dalam konsep, namun lemah dalam tataran implementasi. Political will yang tidak kuat, serta kurangnya pemenuhan hak secara
komprehensif kepada anak terlantar menjadi alasan tingkat anak jalanan di Indonesia masih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
21 Oleh karena itu, selain dari peran pihak pemerintah diharapkan masyarakat
juga ikut berperan aktif dalam penanganan masalah anak terlantar juga disikapi dengan serius. Dimana anak terlantar yang merupakan calon pemimpin bangsa
yang seharusnya mendapat kasih sayang dan pendidikan yang memadai, bukan bekerja di jalanan demi menghasilkan uang dan agar mereka tetap bisa hidup.
Peran masyarakat juga turut andil dimana masyarakat bisa membina dan mengajar anak-anak terlantar yang tidak mempunyai orangtua, kita bisa menjadi orangtua
asuh bagi mereka dengan membangun rumah singgah atau panti asuhan dimana mereka merasa terlundungi dan merasakan kasih sayang yang sama dengan anak-
anak yang masih memiliki orangtua. Yang hasilnya diharapkan kelak anak terlantar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam arti mampu berintegrasi
melalui komunikasi dan interaksi secara wajar dalam hidup bermasyarakat. Salah satu panti asuhan yang terlibat langsung dalam hal pemberian
pelayanan sosial kepada anak terlantar adalah Panti Asuhan Yayasan Amal-Sosial Al-Washliyah yang berlokasi di Medan Johor. Dimana panti asuhan ini membina
anak-anak terlantar dengan metode pembinaan melalui pendidikan formal dan pendidikan agama islam. Proses pelayanan ini merupakan suatu upaya untuk
membina wawasan pengetahuan si anak dan berahklak mulia serta melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan dan penghidupan ditengah-tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
22
Panti Asuhan Yayasan Amal- Sosial Al-Washliyah
Bagan 1 Kerangka Pemikiran Secara Sistematis
Metode Pelayanan:
a. Pendidikan formal
b. Pendidikan agama islam
Anak Asuhan anak terlantar, fakir miskin, dan anak yatim piatu
a.
Perkembangan yang dihasilkan:
Berwawasan luas b.
Dapat berfungsi sosial dengan baik c.
Mandiri sesuai dengan kemampuannya
Universitas Sumatera Utara
23
2.5. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1. Defenisi Konsep.