peningkatan teknologi untuk program konservasi genetik dan pemuliaan agar hutan Jati rakyat dapat berkembang dengan baik.
Salah satu dasar yang dibutuhkan untuk melakukan program konservasi genetik dan pemuliaan adalah data mengenai struktur genetik sifat genotipe jenis
tanaman tersebut. Dan metode yang dapat dilakukan untuk penelusuran sifat tanaman dari segi genotipenya adalah metode isozim dan ADN. Namun teknik
isozim memiliki kelemahan yaitu sulit untuk mendeteksi keragaman genetik diantara gen-gen yang memiliki hubungan dekat.
Salah satu metode untuk analisis ADN adalah dengan menggunakan metode Random Amplified Polymorphic DNA
RAPD. RAPD adalah metode untuk mendeteksi dengan cepat genom yang polimorfik. RAPD adalah modifikasi dari
PCR yang dikembangkan pada tahun 1990 oleh J. Williams Williams et al. 1990 dalam
Kaidah 1999.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dan hubungan kekerabatan Jati rakyat Tectona grandis Linn. f. yang dikembangkan di
beberapa propinsi di Pulau Jawa.
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diuji adalah adanya keragaman genetik dan hubungan kekerabatan Jati rakyat Tectona grandis Linn. f. di beberapa populasi yang
diteliti di Pulau Jawa.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi dasar tentang keragaman genetik Jati rakyat Tectona grandis Linn. f. yang
terdapat di Pulau Jawa untuk program konservasi genetik dan pemuliaan masa datang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jati Tectona grandis Linn. f.
2.1.1 Taksonomi dan tata nama
Jati merupakan salah satu jenis pohon besar yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau. Pada kondisi lingkungan yang baik, Jati dapat tumbuh
mencapai tinggi 30 - 40 m. Pohon Jati memiliki kulit batang tebal, abu-abu atau coklat muda keabu-abuan Gambar 1. Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu
bermutu tinggi yang dikenal dunia dengan nama teak bahasa Inggris. Nama ini berasal dari kata thekku, dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala
di India selatan. Nama ilmiah Jati adalah Tectona grandis Linn.f. Dalam sistem klasifikasi tumbuhan, tanaman Jati mempunyai penggolongan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledoneae Ordo
: Verbenales Famili
: Verbenaceae Genus
: Tectona Spesies : Tectona grandis Linn. f.
Gambar 1 Pohon Jati
Selain jenis Tectona grandis Linn. f, famili Verbenaceae juga memiliki 2 jenis lain yang mirip Jati di Indonesia, yaitu Tectona hamiltoniana Wall. yang tumbuh
di daerah kering Myanmar dan Tectona philippinensis Benth Hooker yang tumbuh di hutan Batangas dan Mindoro Pulau Iling, Filipina. Dari ketiga jenis
Tectona tersebut, Tectona grandis-lah yang mempunyai kualitas paling baik Sumarna, 2001. Selain itu, ada jenis-jenis pohon atau tumbuhan lain yang
dinamai Jati meski tidak berkerabat, yaitu Jati sabrang, Jati putih, dan Jati pasir.
2.1.2 Penyebaran dan habitat
Jati secara alami menyebar di India, Myanmar, Thailand dan bagian barat Laos sampai ke Jawa. Jati menyebar pada garis lintang 90
o
LU di India sampai garis lintang 25
o
LU di Myanmar dan tersebar antara garis bujur 70
o
-100
o
BT. Hutan Jati biasanya terpisah oleh pegunungan, tanah-tanah datar, tanah-tanah
pertanian dan tipe hutan lainnya. Di Indonesia, Jati bukan tanaman asli, akan tetapi ditanam sejak beberapa abad lalu di Pulau Kangean, Muna, Sumbawa dan
Jawa oleh pemerintah Belanda yang dibawa dari India Departemen Kehutanan, 2002.
Jati tumbuh di hutan-hutan gugur yang menggugurkan daun di musim kemarau. Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata,
namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200–3000 mmtahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat
yang optimal adalah antara 0–700 m dpl, meski Jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl.
Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6–8, sarang memiliki aerasi yang baik, mengandung cukup banyak kapur Ca, calcium dan
fosfor P. Jati tidak tahan tergenang air. Pada masa lalu, Jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan diintroduksi ke Jawa, ditanam oleh orang
Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasi isozyme yang dilakukan oleh Kertadikara 1994 menunjukkan bahwa Jati di Jawa telah berevolusi sejak
puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam Mahfudz et al. 2004. Karena nilai kayunya, Jati kini juga dikembangkan di luar daerah
penyebaran alaminya. Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, New Zealand,
Pasifik dan Taiwan. Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, Jati juga dikembangkan di Bali dan Nusa Tenggara.
Di hutan Ngawi dan Muna, Jati tumbuh sempurna di lahan-lahan berkapur. Terdapat sekurang-kurangnya kayu Jati log dengan volume sebesar 8,6 ribu m
3
pada 2001, dan setahun kemudian meningkat menjadi 12,2 ribu, lalu menjadi 5,9 ribu pada 2003, dan meningkat lagi menjadi 21,1 ribu m
3
pada 2004 Aminuddin, 2006. Jati di Muna biasa disebut kulidawa yang artinya Jati yang asalnya dari
Jawa. Benih Jati tersebut dibawa oleh Paelangkuta, ketika kapitalao panglima perang itu pulang dari membantu rakyat Jepara berperang melawan Inggris.
Orang Muna menyebut Jati mereka sebagai Jati Muna Kompas, 2006. Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal
VOC yang melayari samudera pada abad ke-17.
2.1.3 Pemanfaatan
Kayu Jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis.
Untuk interior, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furnitur, kayu Jati juga digunakan dalam struktur bangunan seperti rumah-rumah tradisional di Jawa
dimana semua bagian tiang-tiangnya, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir menggunakan kayu Jati.
Industri kayu saat ini mengolah kayu Jati menjadi venir veneer untuk melapisi wajah kayu lapis yang mahal, serta dijadikan keping-keping parket
parquet penutup lantai. Selain itu juga Jati diekspor ke mancanegara dalam bentuk exterior. Ranting-ranting Jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk
meubel, dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu Jati mampu menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu banyak digunakan sebagai bahan
bakar lokomotif uap. Jati dikenal luas sebagai jenis tanaman yang terdapat pada tapak beriklim
tropik. Jati juga sering dijumpai sebagai tanaman pokok pada sistem agroforestry. Jati merupakan kayu serbaguna yang digunakan sebagai konstruksi ringan dan
berat, bahan bangunan rumah, kayu pertukangan, ukiran dan lain-lain
Departemen Kehutanan, 2002. Sebagian besar kebutuhan kayu Jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.
2.1.4 Ciri-ciri morfologi
Jati merupakan pohon besar dengan batang yang bulat lurus dengan tinggi total mencapai 40 m. Jati memiliki tinggi batang bebas cabang clear pole yang
dapat mencapai 18–20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula pohon Jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian Jati blimbing
memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam, dan Jati pring bambu nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-
abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang. Jati memiliki daun yang besar, berbentuk bulat telur terbalik dan berhadapan
dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar sekitar 60–70 cm × 80–100 cm, sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi
sekitar 15 × 20 cm, berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah
berwarna merah darah apabila diremas Gambar 2. Ranting yang muda berpenampang segi empat dan berbonggol di buku-bukunya.
Jati memiliki tipe bunga majemuk yang terletak dalam malai besar berukuran 40 cm × 40 cm atau lebih besar dan berisi ratusan kuntum bunga yang
tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting yang jauh di puncak tajuk pohon. Tajuk mahkota berjumlah 6–7 buah dan berwarna keputih-
putihan dengan ukuran 8 mm serta merupakan tipe bunga berumah satu. Ukuran bunga kecil dengan diameter 6–8 mm, berwarna keputih-putihan dan berkelamin
ganda yang terdiri dari benang sari dan putik yang terangkai dalam tandan besar. Jumlah kuncup bunga sekitar 800–3.800 per tandan, bunga mekar dalam waktu 2–
4 minggu Departemen Kehutanan, 2002. Buah berbentuk bulat agak gepeng berukuran 0,5–2,5 cm dan memiliki
rambut kasar dengan inti yang tebal. Biasanya berbiji 2–4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang
menggelembung menyerupai balon kecil.
Gambar 2 Daun, Bunga dan Buah Tectona grandis Linn. f Wikipedia Indonesia, 2006
Kayu teras Jati berwarna coklat muda, coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal di bagian luar berwarna putih dan kelabu kekuningan. Pola-pola
lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
2.2 Prinsip-prinip genetika 2.2.1 Asam Deoksiribonukleat ADN
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan ADN, adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap
organisme. Menurut Finkeldey 2005 ADN adalah makromolekul untuk menyimpan informasi genetik. Sedangkan menurut Suryo 1986 ADN
merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari makhluk hidup dalam
keseluruhannya dari suatu generasi ke generasi berikutnya. ADN dapat dijumpai dalam inti sel dan beberapa pada organel lainnya.
Pada tumbuhan tingkat tinggi ADN dijumpai hanya sebatas pada inti sel, mitokondria dan kloroplasma Gambar 3. Biasanya ada perbedaan cara
penurunan antara informasi genetik yang disimpan dalam inti sel dengan
informasi genetik yang disimpan dalam plastid mitokondria dan kloroplasma. Informasi genetik pada inti sel diturunkan melalui satu induk jantan dan satu
induk betina atau penurunan secara biparental. Sedangkan material genetik yang dianalisis dari plastida biasanya hanya berasal dari sifat satu tetuanya kalau tidak
dari jantan atau dari betinanya saja atau disebut dengan penurunan secara uni- parental. Pada kebanyakan angiospermae, ADN mitokondria biasanya diturunkan
hanya melalui induk betina atau penurunan maternal. ADN kloroplasma pada konifer biasanya diturunkan malalui serbuk sari atau secara parental.
ADN secara ekslusif terletak dalam kromosom. Kromosom adalah bahan dasar berupa benang-benang halus kromonema dan kromosom merupakan
pembawa keturunan. Secara kimiawi kromosom terdiri dari ADN, ARN, protein histon dan protein non-histon, bahan-bahan tersebut disebut kromatin karena
mempunyai daya serap pada zat pewarna tertentu. Jumlah suatu ADN dapat diukur dengan jumlah pewarna fuelgen. ADN terletak pada seluruh inti sel,
sedangkan ARN terletak pada inti sel dan sitoplasma.
Gambar 3 ADN dapat ditemukan pada inti sel, kloroplasma dan mitokondria Anonim, 2006
ADN merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen. Sebuah unit monomer ADN
yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga ADN tergolong sebagai polinukleotida.
Rangka utama untai ADN terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang- seling. Gula pada ADN adalah gula pentosa berkarbon lima, yaitu 2-
deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada
gula lainnya. ADN terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda.
Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel.
Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai ADN satunya pada heliks. Kedua untai
pada heliks ganda ADN disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada ADN adalah
Adenin dilambangkan A, Sitosin C, dari cytosine, Guanin G, dan Timin T.
Adenin berikatan hidrogen dengan timin, sedangkan guanin berikatan dengan sitosin.
2.3 Keragaman genetik Jati