Taksonomi dan tata nama Penyebaran dan habitat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jati Tectona grandis Linn. f.

2.1.1 Taksonomi dan tata nama

Jati merupakan salah satu jenis pohon besar yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau. Pada kondisi lingkungan yang baik, Jati dapat tumbuh mencapai tinggi 30 - 40 m. Pohon Jati memiliki kulit batang tebal, abu-abu atau coklat muda keabu-abuan Gambar 1. Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi yang dikenal dunia dengan nama teak bahasa Inggris. Nama ini berasal dari kata thekku, dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah Jati adalah Tectona grandis Linn.f. Dalam sistem klasifikasi tumbuhan, tanaman Jati mempunyai penggolongan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona Spesies : Tectona grandis Linn. f. Gambar 1 Pohon Jati Selain jenis Tectona grandis Linn. f, famili Verbenaceae juga memiliki 2 jenis lain yang mirip Jati di Indonesia, yaitu Tectona hamiltoniana Wall. yang tumbuh di daerah kering Myanmar dan Tectona philippinensis Benth Hooker yang tumbuh di hutan Batangas dan Mindoro Pulau Iling, Filipina. Dari ketiga jenis Tectona tersebut, Tectona grandis-lah yang mempunyai kualitas paling baik Sumarna, 2001. Selain itu, ada jenis-jenis pohon atau tumbuhan lain yang dinamai Jati meski tidak berkerabat, yaitu Jati sabrang, Jati putih, dan Jati pasir.

2.1.2 Penyebaran dan habitat

Jati secara alami menyebar di India, Myanmar, Thailand dan bagian barat Laos sampai ke Jawa. Jati menyebar pada garis lintang 90 o LU di India sampai garis lintang 25 o LU di Myanmar dan tersebar antara garis bujur 70 o -100 o BT. Hutan Jati biasanya terpisah oleh pegunungan, tanah-tanah datar, tanah-tanah pertanian dan tipe hutan lainnya. Di Indonesia, Jati bukan tanaman asli, akan tetapi ditanam sejak beberapa abad lalu di Pulau Kangean, Muna, Sumbawa dan Jawa oleh pemerintah Belanda yang dibawa dari India Departemen Kehutanan, 2002. Jati tumbuh di hutan-hutan gugur yang menggugurkan daun di musim kemarau. Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200–3000 mmtahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0–700 m dpl, meski Jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl. Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6–8, sarang memiliki aerasi yang baik, mengandung cukup banyak kapur Ca, calcium dan fosfor P. Jati tidak tahan tergenang air. Pada masa lalu, Jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan diintroduksi ke Jawa, ditanam oleh orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasi isozyme yang dilakukan oleh Kertadikara 1994 menunjukkan bahwa Jati di Jawa telah berevolusi sejak puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam Mahfudz et al. 2004. Karena nilai kayunya, Jati kini juga dikembangkan di luar daerah penyebaran alaminya. Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, New Zealand, Pasifik dan Taiwan. Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, Jati juga dikembangkan di Bali dan Nusa Tenggara. Di hutan Ngawi dan Muna, Jati tumbuh sempurna di lahan-lahan berkapur. Terdapat sekurang-kurangnya kayu Jati log dengan volume sebesar 8,6 ribu m 3 pada 2001, dan setahun kemudian meningkat menjadi 12,2 ribu, lalu menjadi 5,9 ribu pada 2003, dan meningkat lagi menjadi 21,1 ribu m 3 pada 2004 Aminuddin, 2006. Jati di Muna biasa disebut kulidawa yang artinya Jati yang asalnya dari Jawa. Benih Jati tersebut dibawa oleh Paelangkuta, ketika kapitalao panglima perang itu pulang dari membantu rakyat Jepara berperang melawan Inggris. Orang Muna menyebut Jati mereka sebagai Jati Muna Kompas, 2006. Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera pada abad ke-17.

2.1.3 Pemanfaatan